The World Health Organization (WHO) and The United Nations Environment Program (UNEP) predict there are 1.5 million cases of pesticide poisoning that occur in the agricultural sector, most of which occur in developing countries. Pesticides are hazardous and toxic materials (B3) that must be managed properly. Farmers get many benefits from using pesticides. Pesticides are used by farmers to control pest attacks. Improper using of pesticides can endanger farmers. Horticulture plants need pesticides to control pest attacks. There are various factors that can affect the level of pesticide poisoning in farmers, one of them is the level of knowledge. Lack of knowledge about pesticides will increase the risk of pesticide poisoning. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of knowledge with symptoms of pesticide poisoning in horticultural farmers in Lembah Gumanti, Solok Regency in 2019. The type of this research was observational analytic research with cross sectional design. The population in this study were all horticultural farmers in the Gumanti Lembah Subdistrict of Solok Regency in 2018 totaling 128 people with a sample of 56 people. The sample is done by proportional random sampling technique. Data analysis was carried out by univariate and bivariate. The results showed that 41.1% of respondents had symptoms of risky poisoning, 46.4% of respondents knowledge was still low. Based on statistical tests it is known that there is a significant relationship between the level of knowledge with symptoms of pesticide poisoning. It can be concluded that the level of knowledge will affect the incidence of pesticide poisoning in horticultural farmers. It can be suggested to farmers to increase knowledge regularly.
Sumatera barat merupakan salah satu dari 18 provinsi yang memiliki prevalensi diatas prevalensi nasional gizi buruk dan gizi kurang balita. Data menunjukkan bahwa persentase balita kurus dan sangat kurus berumur 0-59 bulan di Provinsi Sumatera Barat adalah berturut turut 1,9% dan 7,0%.Pola pengasuhan anak adalah penyebab tidak langsung yang memengaruhi status gizi balita,terutama pola asuh makan. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan pola asuh dengan status gizi balita. Jenis penelitian studi observasional dengan desain cross sectional pada 60 sampel yang diambil secara accidental di Wilayah Kerja Puskesmas Dadok Tunggul Hitam kota Padang tahun 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 43,3% balita dengan status gizi tidak baik, 53,3% memiliki pola asuh yang tidak baik, uji chi-Square menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pola asuh dengan status gizi balita (p<0,05).
Latar Belakang: Prevalensi Demam Berdarah Dengue (DBD) diperkirakan mencapai 3,9 milyar orang di 128 negara berisiko terinfeksi virus dengue. DBD ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis dimana Asia berada pada urutan pertama di dunia dalam kasus DBD setiap tahunnya. WHO melaporkan Indonesia adalah negara dengan jumlah penderita DBD tertinggi di Asia Tenggara.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kasus DBD per kecamatan dan sebaran kerawanan penyakit DBD berdasarkan kelembaban udara dan kepadatan penduduk di Kota Padang.Metode: Penelitian ini menggunakan pemodelan spasial faktor-faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap kejadian DBD dengan menggunakan sistem informasi geografis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berbantuan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Data yang digunakan merupakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Padang dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang Tahun 2020. Analisa data menggunakan skoring untuk mengahasilkan zona kerawanan DBD.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Kurnji, Koto Tangah dan Padang Timur mempunyai kerawanan yang tinggi. Tingkat kerawanan penyakit demam berdarah di Kota Padang ditampilkan dalam bentuk peta.Simpulan: Perlunya upaya pencegahan penyakit DBD berbasis wilayah dalam pengendalian fakto risiko DBD
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman tahun 2015, didapatkan pencapaian program penyehatan lingkungan khususnya pemanfaatan jamban keluarga masih 64,79%. Sedangkan kasus diare termasuk salah satu distribusi penyakit terbanyak dimana terdapat 8.042 kasus diare. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan dan ketersediaan air dengan pemanfaatan jamban keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sikabu Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif yang telah dilakukan pada bulan Februari-Agustus 2016. Populasi dalam penelitian ini 540 KK yang memiliki jamban. Sampel pada penelitian ini adalah 84 KK diambil secara cluster sampling. Pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner. Didapatkan 56,0% responden kurang baik dalam pemanfaatan jamban, 51,2% responden memiliki ketersediaan air yang kurang, 56,0% responden kurang baik dalam pemanfaatan jamban. Terdapat hubungan pengetahuan dan ketersediaan air dengan pemanfaatan jamban keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sikabu Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2016. Kepada Puskesmas Sikabu Kecamatan Lubuk Alung diharapkan meningkatkan penyuluhan, baik secara berkelompok maupun kunjungan rumah dan kepada pemegang kebijakan di Nagari Sikabu agar mengajak tokoh masyarakat dengan cara advokasi untuk menggerakkan masyarakat agar mau memanfaatkan jamban keluarga misalnya lewat forum pengajian, PKK dengan metode ceramah dan diskusi yang dilakukan secara menyeluruh dan terpadu.
rata waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam atau 69% dari total 8 jam kerja. Penggunaan komputer yang berlebihan kerap kali mengakibatkan peningkatan risiko gangguan kerja. Data Riskesdas 2018 bahwa 94,6% pekerja mengalami cidera karena kelalaian /ketidaksengajaan Penelitian bertujuan untuk mengetahui determinan kejadian kelelahan mata pada pekerja kantor yang Work From Home (WFH) di Kota Padang. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data dengan menggunakan Google Form dilakukan selama satu minggu dengan accidental sampling diperoleh 85 pekerja WFH sebagai sampel. Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian kelelahan mata pada responden pekerja perkantoran yang WFH di Kota Padang sebesar 56,5%. Ada hubungan jarak pandang mata ke layar berisiko (p=0,000), waktu istirahat yang tidak cukup (p=0,000), lama bekerja > 8 jam (p=0,000), lama penggunaan HP/laptop/dll yang berisiko (p=0,000), dan lama bekerja WFH (p=0,001) dengan kejadian kelelahan. Disarankan untuk pekerja yang WFH untuk melakukan istirahat yang cukup atau peregangan diantara waktu penggunaan laptop/handphone yang lama serta melakukan kebiasaan menjaga jarak ketika menggunakan gadget.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.