Christian education, which is the implementation of the mandate of the 1945 Constitution, and the National Education System Law, has a strong theological foundation in the New Testament. This study aims to present the theological foundation of Christian education in the New Testament to be implemented in Christian education today. This study uses the literature method with a descriptive qualitative approach, where the researcher tries to answer the research problem by looking for literature sources that correlate with the research problem. These sources are textbooks, both physical books and e-books, and journals. The conclusion of this study is that there is a strong theological foundation in the New Testament, including in the example of the Lord Jesus the Great Teacher, in the practice of the apostle Paul's ministry and the life of the early church with a focus on education to shape character. This is relevant to be applied in Christian education today to become Christ-centric education, education as an agent of the Great mandate, a contextual Christian education approach that aims as a medium for the formation of Christ's character.AbstrakPendidikan Kristen yang merupakan pelaksanaan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan UU Sisdiknas memiliki landasan teologis yang kuat dalam Perjanjian Baru. Penelitian ini bertujuan untuk menampilkan landasan teologis pendidikan Kristen dalam Perjanjian Baru untuk diimplementasikan pada pendidikan Kristen masa kini. Penelitian ini menggunakan metode pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif, dimana peneliti berusaha menjawab permasalahan penelitian dengan mencari sumber-sumber literatur yang berkorelasi dengan masalah penelitian. Sumber-sumber tersebut adalah buku teks, baik buku fisik maupun e-books, dan jurnal. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat landasan teologis yang kuat dalam perjanjian Baru diantaranya terdapat dalam teladan Tuhan Yesus Sang Guru Agung, dalam praktik pelayanan rasul Paulus dan kehidupan jemaat mula-mula dengan fokus pendidikan untuk membentuk karakter. Hal tersebut relevan untuk diterapkan dalam pendidikan Kristen masa kini menjadi pendidikan yang Kristusentris, pendidikan sebagai agen amanat Agung, pendekatan pendidikan Kristen yang kontekstual yang bermuara sebagai media pembentukan Karakter Kristus
The role of believers and the church in actualizing the mission has a wrong mindset towards the basic concepts of missiology which results in not maximizing the preaching of the good news to others. Some people claim to be Christian but are reluctant to carry out the Great Commission and Paradigm that wrongly denounces the role of believers in evangelizing. For this reason, the church in Christian education is expected to be able to provide understanding to church members to be able to make Christian education the basis and means of evangelism. Using a qualitative descriptive approach, this research can be started by describing the mission and nature of the mission that Christian education must begin with an understanding related to the nature of missiology as the basis and driving force for the mission. Furthermore, the mission in Christian Education must also be a curriculum that is continuously taught to regenerate the Lord's congregation to continue to actualize the mandate of the Great Commission. so that the Church and Mission as a source of actualization can be realized and become the lifestyle of believers as part of the church.AbstrakPeran orang percaya dan gereja dalam mengaktualisasi misi memiliki mindset yang salah terhadap konsep dasar misiologi yang mengakibatkan tidak maksimalnya pemberitaan kabar baik bagi orang lain. Adanya orang yang mengaku Kristen, tetapi enggan untuk melakukan Amanat Agung dan Paradigma yang salah mengakibatkan tidak maksimalnya peran orang percaya dalam menginjil. Untuk itu gereja dalam pendidikan Kristen diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada anggota gereja untuk dapat menjadikan pendidikan Kristen sebagai dasar dan sarana penginjilan. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif penelitian ini dimulai dengan mendeskripsikan misi dan hakikat misi, selanjutnya pendidikan Kristen yang dimulai dengan pengertian yang berkaitan terhadap konsep dasar Misiologi sebagai motivasi atau penggerak dalam melakukan misi. Dan misi dalam Pendidikan Kristen juga harus menggunakan kurikulum misi yang terus diajarkan untuk meregenerasi jemaat Tuhan untuk terus mengaktualisasi mandat Amanat Agung. sehingga gereja dan misi sebagai sumber Aktualisasi dapat terwujud dan menjadi gaya hidup orang percaya sebagai bagian dari gereja.
The church is a chosen group or congregation, namely those who are called by God to come out of the world, go away from sin and enter into the realm of grace. The church has a relationship with God's people in the Old Testament, where in the Old Testament God chose Abraham as the embryo of the birth of the nation of Israel, which was God's chosen nation. Theologically, the idea of God's people being called out clearly existed in Old Testament times, as well as in New Testament times. Linguistically the Greek word ekklesia appears repeatedly in connection with Israel in the Septuagint translation. The elements in the Old Testament exist in the New Testament church, however, they cannot be correctly equated between the Old Testament congregation and the church, because the church is a new product, founded on the Lord Jesus, made by the Holy Spirit and contains people from all the races of all nations become one new people of God. The true church has the signs as described in the Word of God. The purpose of this research is to conduct a theological review of the true church and its application to the contemporary church. The method used in this research is literature study method. The true church has signs, joy, holiness, truth, mission, unity, love, proclaims the Word of God properly, uses the sacraments properly, and exercises church discipline. The conclusion of this study is that the true church has signs that can be applied in contemporary church ministry.Key words: Chruch, Contemporer, True, Ministry AbstrakGereja adalah kumpulan atau jemaat pilihan, yaitu mereka yang dipanggil Allah keluar dari dunia, pergi dari dosa dan masuk ke dalam wilayah anugerah. Gereja memiliki relasi dengan umat Allah dalam Perjanjian Lama, dimana dalam Perjanjian Lama Tuhan memilih Abraham sebagai embrio lahirnya Bangsa Israel yang merupakan bangsa pilihan Allah. Secara teologis gagasan tentang umat Allah yang dipanggil keluar jelas telah eksis pada masa Perjanjian Lama, sebagaimana pada masa Perjanjian Baru. Secara linguistik kata Yunani ekklesia muncul berulang kali dalam kaitannya dengan Israel dalam terjemahan Septuaginta. Unsur-unsur dalam Perjanjian Lama tersebut ada dalam gereja Perjanjian Baru, namun demikian tidak dapat disamakan dengan tepat antara Jemaah Perjanjian Lama dengan gereja, oleh karena gereja adalah sesuatu produk baru, didirikan diatas Tuhan Yesus, dijadikan oleh Roh Kudus dan berisi orang-orang dari segala ras dari seluruh bangsa menjadi satu umat Allah yang baru. Gereja sejati memiliki tanda-tanda sebagaimana dijelaskan dalam Firman Tuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan tinjauan teologis tentang gereja sejati dan aplikasinya bagi gereja kontemporer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi literatur. Gereja sejati memiliki tanda-tanda, sukacita, kekudusan, kebenaran, misi, kesatuan, kasih, memberitakan Firman Tuhan dengan benar, menggunakan sakramen dengan benar, dan menjalankan disiplin gereja. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa gereja sejati memiliki tanda-tanda yang dapat diaplikasikan dalam pelayanan gereja kontemporer.Kata kunci: Gereja, Kontemporer, Sejati, Pelayanan.
The success of Christian religious education can be observed from the joint corporation between Christian religious education teachers and students and maximizing the teaching which is the goal. Therefore, the role of the teacher in building models and learning strategies for Jesus based on the synoptic Gospels can be applied in the learning process. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that teachers and all church leaders are expected to be able to convey the value of the Jesus Learning model and strategy for the congregation and students. Because the learning carried out by Jesus in developing spiritual values and can be implemented is what is expected to be maximized in the teaching carried out. Because this is based first on the importance of Christian education, for the congregation's spirituality and for students who continue to aim and focus on Jesus as an example in learning. So that it can bring the role of Christian religious education teachers in learning to explore in studies in the Synoptic Gospels to obtain a Jesus Learning model. Keberhasilan pendidikan agama Kristen dapat dicermati dari koorporasi bersama antara guru Pendidikan Agama Kristen dan peserta didik serta memaksimalkan pengajaran yang yang menjadi tujuan tersebut. Oleh karena itu peran guru dalam membangun model dan strategi pembelajaran Yesus berdasarkan Injil sinoptik dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka maka didapatkan kesimpulan bahwa Guru dan seluruh pimpinan gereja sangat diharapkan dapat menyampaikan nilai dari model dan strategi pembelajaran Yesus bagi para jemaat maupun peserta didik. Sebab pembelajaran yang dilakukan oleh Yesus dalam mengembangkan nilai kerohanian serta dapat di implementasikan menjadi hal yang sangat diharapkan dapat dimaksimalkan dalam pengajaran yang dilakukan. Karena hal tersebut didasari pertama pentingnya pendidikan Kristen, bagi spiritual jemaat maupun peserta didik yang tetap mengarah dan berfokus kepada Yesus sebagai teladan dalam pembelajaran. Sehingga dapat membawa peran guru pendidikan agama Kristen dalam pembelajaran dapat mengeksplore dalam kajian dalam Injil sinoptik untuk didapatkan model Pembelajaran Yesus.
The ideal evangelism is evangelism that has directed growth, both qualitatively and quantitatively, management is fundamental and absolutely necessary in evangelistic services, so that the running of evangelism services can be coordinated and carried out well. Evangelism management is the process of handling, controlling and directing the work of evangelism by working with others. This study aims to find patterns in Paul's evangelistic management according to the Book of Acts 9-28 from the perspective of modern management science. This study uses a qualitative method with a library research approach and hermeneutics, where the researcher tries to answer the research problem by looking for literary sources that correlate with the research problem. These sources are the study of the text of the Book of Acts 9-28 as well as textbooks, both physical books and e-books, and journals. The conclusion of this research is that there is Paul's evangelistic management pattern in Acts 9-28, namely setting a clear vision, planning evangelism, organizing evangelism, conducting evangelism, and controlling evangelism. Paul's evangelistic management pattern can be used as a pattern for church evangelism today.Penginjilan yang ideal adalah penginjilan yang mengalami pertumbuhan yang terarah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, olehnya manajemen merupakan hal fundamental dan mutlak diperlukan dalam pelayanan penginjilan, sehingga berjalannya pelayanan penginjilan dapat terkoordinir dan terlaksana dengan baik. Manajemen Penginjilan adalah proses menangani, mengontrol dan mengarahkan pekerjaan penginjilan dengan bekerja sama dengan orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pola manajemen penginjilan Paulus menurut Kitab Kisah Rasul 9-28 dalam perspektif ilmu manajemen modern. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan penelitian kepustakaan dan hermeneutika, dimana peneliti berusaha menjawab permasalahan penelitian dengan mencari sumber-sumber literatur yang berkorelasi dengan masalah penelitian. Sumber-sumber tersebut adalah kajian teks Kitab Kisah Rasul 9-28 serta buku teks, baik buku fisik maupun e-books, dan jurnal. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pola manajemen penginjilan Paulus dalam Kisah Rasul 9-28 yaitu penetapan visi yang jelas, perencanaan penginjilan, pengorganisasian penginjilan, pelaksanaan penginjilan, dan pengendalian penginjilan. Pola manajemen penginjilan Paulus tersebut dapat dijadikan sebagai pola penginjilan gereja masa kini.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.