ABSTRAKLatar belakang. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia. Stroke iskemik merupakan jenis stroke dengan prevalensi tertinggi. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko stroke iskemik, namun korelasinya dengan peningkatan risiko stroke iskemik masih belum jelas. Penelitian mengenai korelasi rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) dengan risiko stroke iskemik masih kontradiktif. Tujuan. Mengetahui korelasi RLPP dengan probabilitas stroke iskemik. Metode. Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk di Kecamatan Sekarbela Mataram berusia 55-84 tahun. Penduduk yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan sebagai subyek penelitian dan didapatkan 63 subyek penelitian, kemudian dilakukan wawancara untuk pengisian kuesioner, pengukuran RLPP, dan penilaian probabilitas stroke iskemik menurut Framingham Study. Analisis data digunakan uji korelasi Pearson. Hasil. Dari 63 subyek penelitian, terdapat 51 orang (81%) yang tergolong obesitas abdominal dan 12 orang (19%) yang tergolong normal berdasarkan RLPP. Berdasarkan uji korelasi Pearson diperoleh hasil bahwa RLPP tidak berkorelasi dengan probabilitas terjadinya stroke iskemik (p = 0,11). Simpulan. Tidak terdapat korelasi RLPP terhadap probabilitas terjadinya stroke iskemik pada penduduk di Kecamatan Sekarbela Mataram. Kata kunci:Obesitas abdominal, RLPP, stroke iskemik ABSTRACT Background. Stroke is the third cause of death worldwide. Ischemic stroke is the most common type of stroke with high prevalence. Obesity is one of ischemic stroke risk factor, but its correlation with higher ischemic stroke risk remains unclear. Studies about correlation of waist hip ratio (WHR) and ischemic stroke risk is still contradictive. Objective. This study was aimed to explore the correlation between WHR and ischemic stroke probability. Methods. This was a descriptive analytic study using cross sectional design. The population of this study was resident in Sekarbela Mataram aged 55-84 years old. This study was conducted 63 participants. They were interviewed and received a measurement of WHR and ischemic stroke probability. The ischemic stroke probability was assessed by using assessment of Framingham stroke risk score. Data were analyzed by using Pearson correlation. Results. Among 63 participants, 51 (81%) were abdominal obesity and 12 (19%) were normal based on WHR measurement. Pearson correlation analysis showed that there was no correlation between WHR and ischemic stroke probability (p = 0,11). Conclusion. There was no correlation between WHR and ischemic stroke probability of population in Sekarbela Mataram.
Penurunan fungsi kognitif merupakan salah satu komplikasi penting dari stroke, terutama pada stroke iskemik. Prevalensi penurunan kognitif pada pasien stroke iskemik sendiri saat ini diatas 70%. Deteksi dini terhadap penurunan fungsi kognitif terkait stroke iskemik dan faktor-faktor yang menyertainya dapat memberikan luaran klinis yang baik pada pasiennya. Dengan demikian, kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang ditujukan untuk deteksi dini penurunan kognitif pada pasien stroke iskemik dan edukasi terkait upaya pencegahannya sangat penting untuk dilakukan. Sebanyak 51 pasien stroke iskemik dewan waktu awitan stroke iskemik 3 bulan pertama yang datang ke Poliklinik Saraf RSI Siti Hajar Mataram mampu menyelesaikan partisipasinya secara penuh dalam kegiatan ini. Sebagian besar pasien memiliki rerata usia 54 tahun, sebagian besar laki-laki, memiliki pendidikan SMA, awitan stroke dalam 4 minggu pertama, dan memiliki hipertensi dan dislipidemia. Karakteristik pasien yang berhubungan secara signifikan dengan frekuensi terjadinya penurunan fungsi kognitif terkait stroke iskemik antara lain usia pasien, hipertensi, dan atrial fibrilasi (p<0.05). Seluruh pasien dan anggota keluarga penyerta menunjukkan antusiasme yang tinggi. Kegiatan deteksi dini penurunan fungsi kognitif ini sangat bermanfaat bagi pasien stroke iskemik dan edukasi yang diberikan bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan mereka terkait langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi kognitif terkait stroke iskemik.
Total colonic aganglionosis (TCA) merupakan salah satu bentuk yang relatif jarang dari penyakit Hirschsprung (HSCR). Angka kejadiannya sekitar 2% -13% dari total kasus HSCR. Penegakkan diagnosis TCA merupakan sebuah tantangan. Total colonic aganglionosis menunjukkan manifestasi klinis yang berbeda dengan standar manifestasi klinis HSCR pada umumnya, baik dari segi klinis, radiologis, maupun histologis. Patofisiologi yang mendasarinya juga diduga disebabkan oleh sejumlah mekanisme patofisiologi yang berbeda dari HSCR tipe lain. Belum jelas apakah TCA hanya merupakan bentuk panjang HSCR atau ekspresi dari penyakit yang berbeda. Selain itu, komplikasi dan dampak jangka panjang paska pembedahan juga menjadi tantangan. Saat ini penatalaksanaan postoperatif yang semakin baik menghasilkan angka mortalitas yang semakin rendah, yaitu kurang dari 5%. Namun angka morbiditasnya masih tinggi. Masalah utama pada TCA bukanlah pada tatalaksana operatifnya, namun terletak pada ketepatan diagnosis dan penanganan komplikasi setelahnya. Peningkatan pada perawatan suportif terutama paska pembedahan, deteksi dini dan tatalaksana yang tepat akan berdampak pada peningkatan kelangsungan hidup pasien dengan TCA.
Latar belakang. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia. Stroke iskemik merupakan jenis stroke dengan prevalensi tertinggi. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko stroke iskemik, namun korelasinya dengan peningkatan risiko stroke iskemik masih belum jelas. Penelitian mengenai korelasi rasio lingkar pinggang-panggul (RLPP) dengan risiko stroke iskemik masih kontradiktif. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi RLPP dengan probabilitas stroke iskemik. Metode. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk di Kecamatan Sekarbela Mataram berusia 55-84 tahun. Penduduk yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan sebagai subyek penelitian dan didapatkan 63 subyek penelitian, kemudian dilakukan wawancara untuk pengisian kuesioner, pengukuran RLPP, dan penilaian probabilitas stroke iskemik menurut Framingham Study. Analisis data digunakan uji korelasi Pearson. Hasil. Dari 63 subyek penelitian, terdapat 51 orang (81%) yang tergolong obesitas abdominal dan 12 orang (19%) yang tergolong normal berdasarkan RLPP. Berdasarkan uji korelasi Pearson diperoleh hasil bahwa RLPP tidak berkorelasi dengan probabilitas terjadinya stroke iskemik (p = 0,11). Kesimpulan. Tidak terdapat korelasi RLPP terhadap probabilitas terjadinya stroke iskemik pada penduduk di Kecamatan Sekarbela Mataram.
Background: Stunting is a child growth and development disorder that has been one of the nutritional problem in children living in developing countries until now. Maternal factor might be one of the risk factors of stunting. Method: This was an analytical observational study with cross sectional design that aimed to identify the correlation between the maternal factor and stunting, especially in children aged 6-12 months in 3 villages in Central Lombok. Result: There were 21,9% (33 of 151) of children suffering from stunting. Based on the maternal factor in stunting children, there were 6,1% of mothers who had low body mass index (BMI), 27,3% of mothers who had low arm circumference, 61% of mothers who had low weight gain during the pregnancy, and 39,4% of mothers who had height <150 cm. Maternal height was the only factor that significantly associated to the incidence of stunting (p = 0.044, OR = 2.3). Conclusion: Based on analysis of several maternal factors, there is a significant correlation between mother’s height and stunting (p<0,05 and OR=2,3). ABSTRAKLatar Belakang: Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak, yang sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah gizi anak terutama di negara berkembang. Faktor maternal adalah salah satu faktor risiko stunting. Metode: Penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor maternal dan stunting pada anak usia 6-12 bulan di 3 desa di Lombok Tengah. Hasil: Terdapat 21,9% (33 dari 151) anak yang mengalami stunting. Berdasarkan faktor maternal pada anak dengan stunting, sebanyak 6,1% memiliki ibu dengan indeks masa tubuh (IMT) rendah, 27,3% memiliki ibu dengan lingkar lengan atas rendah, 61% memiliki ibu dengan peningkatan berat badan yang rendah selama kehamilan, dan 39,4% memiliki ibu dengan tinggi badan <150 cm. Faktor tinggi badan ibu merupakan satu-satunya faktor yang berhubungan signifikan dengan kejadian stunting (p=0,044, OR=2,3). Kesimpulan: Berdasarkan analisis beberapa faktor maternal, terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan ibu dan stunting (p<0,05 dan OR=2,3).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.