INTISARI Bintang laut bertanduk merupakan salah satu biota laut yang digunakan sebagai obat tradisional. Salah satunya adalah pengobatan infeksi. Infeksi merupakan salah satu penyebab penyakit yang sering terjadi di daerah yang beriklim tropis khususnya Indonesia. Salah satu infeksi yang sering terjadi adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol bintang laut bertanduk dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang terdiri atas lima perlakuan dan tiga kali pengulangan dengan menggunakan metode pengujian paper disk. Sampel uji yang diteliti adalah bintang laut bertanduk (Protoreaster nodosus) yang dilarutkan dalam DMSO 10% hingga didapatkan varian konsentrasi 5%, 10%, dan 15% kemudian dilakukan uji daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bintang laut bertanduk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus masing-masing konsentrasi 5%, 10% dan 15% yakni 5,99mm, 6,69mm dan 7,64mm. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol bintang laut bertanduk(Protoreaster nodosus) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara signifikan. Kata kunci : Zona Hambat, Bintang Laut Bertanduk, Staphylococcus aureus. ABSTRACT Horned starfish are one of the marine biota used as traditional medicine. One of them is the treatment of infections. Infection is one of the causes of diseases that often occur in the tropics, especially Indonesia. One infection that often occurs is an infection of the skin caused by Staphylococcus aureus. This study aims to determine whether the horned starfish ethanol extract can inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. This type of research used in this study is an experimental study consisting of five treatments and three repetitions using a diskette testing method. The test sample studied was a horned starfish (Protoreasternodosus) dissolved in DMSO 10% to 5%, 10%, and 15% of the variant of concentration was obtained then the inhibitory test was performed on Staphylococcus aureus bacteria. The results showed that the horned starfish extract inhibited the growth of Staphylococcus aureus, each concentrations of 5%, 10% and 15% respectively 5.99 mm, 6.69 mm and 7.64 mm. Based on these results it can be concluded that the ethanol extract of the horned starfish (Protoreasternodosus) can significantly inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. Keywords: Inhibited zone, Horn Star, Staphylococcus aureus.
Today, in various countries, especially in Indonesia, the cost of health services is increasing. Hypertension is a degenerative disease that requires health costs for a long time. Increasing costs due to increasing chronic diseases threaten access and quality of health services, by which it is necessary to find a solution to overcome the problem of health financing. One method used is to analyze the guidelines for hypertension therapy and drug classes in the pharmacoeconomic aspects, namely Cost Effectiveness Analysis. This study aims to analyze the effectiveness of antihypertensive combination therapy in hypertensive patients at Bhayangkara Hospital, Kendari in 2019. The research method is descriptive with cross sectional study design. The analysis conducted is the cost effectiveness analysis (CEA) performed by calculating direct medical costs, the effectiveness of therapy based on blood pressure that reaches the target and calculating the value of ACER (Average Cost Effectiveness Ratio) and ICER (Incremenal Cost Effectiveness Ratio). Data were collected prospectively which fulfilled the inclusion and exclusion criteria. The results showed the therapeutic effectiveness and the value of ACER obtained from 31 hypertensive patients were a combination of Candesartan – Bisoprolol that was ACER value of 85.71% (2,314), and combination of Candesartan – Amlodipin of 70.58% (2,643). ICER value of 7,832 indicates that the price of drugs is more expensive but more effective therapy.Keywords : cost effective, ACER, ICER, Hypertension, Candesartan, Amlodipin Abstrak: Dewasa ini, diberbagai negara khususnya di Indonesia biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat. Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang membutuhkan biaya kesehatan dalam jangka waktu yang lama. Peningkatan biaya akibat semakin meningkatnya penyakit kronik mengancam akses dan mutu pelayanan kesehatan, olehnya itu perlu dicari solusi untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan. Salah satu metode yang dilakukan yaitu dengan menganalisis pedoman terapi hipertensi dan golongan obat dalam aspek farmakoekonomi, yaitu Analisis Efektivitas Biaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas terapi kombinasi antihipertensi pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara Kendari tahun 2019. Metode penelitian ialah deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Data diambil secara prospektif yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang dilakukan adalah cost effectiveness analysis (CEA) dilakukan dengan menghitung biaya medik langsung, efektivitas terapi berdasarkan tekanan darah yang mencapai target dan menghitung nilai ACER (Average Cost Effectiveness Ratio) dan ICER (Incremenal Cost Effectiveness Ratio). Hasil penelitian menunjukkan efektifitas terapi dan nilai ACER yang diperoleh dari 31 pasien hipertensi ialah kombinasi Candesartan – Bisoprolol yaitu nilai ACER sebesar 85,71% (2.314), dan kombinasi Candesartan – Amlodipin sebesar 70,58% (2.643). Nilai ICER sebesar 7.832 menunjukkan bahwa harga obat lebih mahal namun terapi lebih efektif. Kata Kunci : Efektivitas biaya, ACER, ICER, Hipertensi, Candesartan, Amlodipin
Daun galing memiliki manfaat sebagai antidiabetik, hepatoprotektor, menurunkan kadar kolesterol dalam darah, meningkatkan kekebalan tubuh, sebagai antioksidan, antivirus, antibakteri dan antikanker. Keamanan adalah suatu syarat penting yang harus dimiliki suatu obat, oleh karena itu perlu dilakukan uji untuk mengetahui keamanan pemanfaatan daun galing perlu diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui LD50 ekstrak terpurifikasi daun galing dan mengetahui gambaran histopatologi hepar mencit setelah pemberian ekstrak terfurifikasi daun galing. Penelitian ini adalah penelitian ekperimental, dengan rancangan Post test only controlled group design yang terdiri dari 5 kelompok perlakuan, terdiri dari kelompok kontrol negatif yang diberi Na CMC 0,5% , kelompok perlakuan yang diberi ekstrak terpurifikasi daun galing 50 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, 5.000 mg/kgBB dan 50.000 mg/kgBB, tiap kelompok perlakuan yang terdiri atas 4 ekor mencit . Hasil penelitian menunjukkan ekstrak terpurifikasi daun galing bersifat sangat toksik berdasarkan klasifikasi toksisitas dengan nilai LD50 499,9 mg/kgBB, dengan gambaran histopatologi hepar mencit pada kelompok perlakuan ekstrak dosis 5.000 dan 50.000 (mg/kgBB) menunjukkan adanya kerusakan sel hepar, sedangkan pada kelompok perlakuan dosis 50, 500 (mg/kgBB) dan kontrol negatif tidak mengalami kerusakan (nekrisis) sel hepar. Kata Kunci: Daun galing, purifikasi, histopatologi hepar, toksisitas, mencit
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.