Abstact: The Non-test Evaluation Instrument That Is Ignored in the Assessment of Affective and Psychomotor domains. This study aims to see the description of Christian Religious Education teachers in using non-test evaluation instruments in evaluating the learning outcomes of the affective and psychomotor domains of students. The method used in this research is survey method and literature study. Where it is explained that to measure and assess the learning outcomes of the affective and psychomotor domains, the right type of instrument to use is the non-test. The findings of this study explain that Christian Education teachers in SMP Negeri 5 and SMP Negeri 20 Kota Kupang are still low in using non-test evaluation instruments. The indicator is that teachers have difficulty using non-test evaluation instruments, and do not have time to prepare non-test evaluation instruments in evaluating the affective and psychomotor domains of students.Abstrak: Instrumen Evaluasi Non-tes yang Terabaikan Dalam Penilaian Ranah Afektif dan Psikomotorik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat gambaran guru-guru Pendidikan Agama Kristen dalam menggunakan instrumen evaluasi non-tes dalam penilaian hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik peserta didik.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan studi pustaka.Dimana dijelaskan bahwa untuk mengukur dan menilai hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik, jenis instrumen yang tepat digunakan adalah non-tes. Temuan hasil penelitian ini menerangkan bahwa guru-guru Pendidikan Agama Kristen di SMP Negeri 5 dan SMP Negeri 20 Kota Kupang masih rendah dalam menggunakan instrumen evaluasi non-tes. Indikatornya adalah guru-guru meng-alami kesulitan menggunakan instrumen evaluasi non-tes, serta tidak memiliki waktu untuk mempersiapkan instrumen evaluasi non-tes dalam penilaian ranah afektif dan psikomotorik peserta didik.
Penulis mengkaji tentang pengembangan peserta didik di era digital. Penelitian ini berangkat dari keresahan penulis terhadap keadaan peserta didik di era digital.Para peserta didik belum mampu menggunakan teknologi secara maksimal. Sehingga guru dituntut untuk bertindak profesional untuk mendampingi nara didik untuk mengembangkan diri dalam penguasaan teknologi informasi. Dengan problematika tersebut maka, penulis mengupas tentang peran guru dalam pengembangan peserta didik di era digital. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan dalam penelitian tidak dipaksakan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh penulis dalam tulisan ini, kemampuan pengelolaan peserta didik, guru bertanggungjawabterhadap peserta didik dalam perancangan dan pelaksanaan hasil belajar.Pengembangan peserta didik, dengan sejumlah peran dan tanggung jawab yang dilakukan guru. Jadi guru wajib mahir, pandai, cermat, dan cerdas dalam menjalankan pekerjaan sebagai guru. Guru dituntut mampu mengaktualisasikan kompetensi pedagogik. Serta mampu mengimplementasikan pendidikan yang holistik. The author examines the development of students in the digital age. This study departs from the writer's anxiety about the condition of students in the digital age. The students have not been able to use technology maximally. So that teachers are required to act professionally to assist students to develop themselves in the mastery of information technology. On account of these problems, the authors explore the role of teachers in the development of students in the digital age. The method used is descriptive qualitative. In this study, the theory used in research is not forced to obtain a complete picture of a matter according to human views. Based on the study conducted by the author in this paper, the ability to manage learners, teachers are responsible for students in the design and implementation of learning outcomes. Development of students, with a number of roles and responsibilities undertaken by the teacher. So the teacher must be proficient, clever, careful, and smart in carrying out work as a teacher. Teachers are required to be able to actualize pedagogical competencies. And able to implement holistic education.
Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk menemukan potret pluralisme agama dalam masyarakat Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Kota Kupang memiliki pemahaman yang baik akan pluralisme agama. Hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang menghargai perbedaan dan kemajemukan agama, suku, dan ras. Kerukunan umat bergama juga terjalin dengan baik. Hal ini dapat terjadi oleh karena peran pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat yang membangun dialog dalam menyelesaikan konflik yang terjadi antar umat beragama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi pustakan dan observasi lapangan. Abstract – This study aims to find a portrait of religious pluralism in the people of Kupang City, East Nusa Tenggara. The results showed that the people of Kupang City had a good understanding of religious pluralism. This is reflected in the daily lives of people who respect the diversity and diversity of religious, ethnicities, and races. Religious harmony is also well established. This can happen because of the role of government, religious leaders, and the community that builds dialogue in resolving conflicts that occur between religious communities. The method used in this study is a qualitative method with a library study and field observation approach.
The discussion in this paper aims to dissect the problems related to the theoretical and practical aspects of learning evaluation in the 2013 Curriculum. In the theoretical aspects the teachers of Christian Religious Education are expected to understand the essence of the evaluation of learning and the nature of the 2013 curriculum. This understanding is important, because of good understanding and right the nature of the evaluation of learning and Curriculum 2013 will help and facilitate Christian Religious Education teachers in designing evaluation instruments for learning in the classroom. On the contrary, if the Christian Education teacher does not understand well the nature of the evaluation of learning and the nature of 2013 Curriculum, it can be ascertained that the Christian Religious Education teacher will have difficulty in designing and implementing classroom learning evaluations. Pembahasan dalam tulisan ini bertujuan untuk membedah problematika terkait aspek teoritis dan praktis evaluasi pembelajaran pada Kurikulum 2013. Dalam aspek teoritis guru-guru PAK diharapkan memahami dengan baik hakikat dari evaluasi pembelajaran dan hakikat Kurikulum 2013. Pemahaman ini penting, karena pemahaman yang baik dan tepat akan hakikat evaluasi pembelajaran dan Kurikulum 2013 akan menolong dan memudahkan guru PAK dalam merancang instrumen evaluasi pembelajaran di kelas. Namun sebaliknya, jika guru PAK tidak memahami dengan baik hakikat evaluasi pembelajaran dan hakikat Kurikulum 2013 dapat dipastikan guru PAK akan mengalami kesulitan dalam merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran di kelas. Kata-kata kunci: evaluasi, pembelajaran, kurikulum 2013
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.