Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi karakteristik dasar literasi digital dan relasi sosial generasi milenial di Banten. Penelitian ini menggunakan metode survei. Pertanyaan terkait dengan literasi digital terbagi atas tiga kelompok, yaitu mengenai penggunaan perangkat, strategi membaca, dan strategi verifikasi informasi. Sementara pertanyaan terkait dengan relasi sosial terdiri dari bagaimana informan melakukan interaksi sosial, bagaimana kepeduliannya terhadap pandangan masyarakat terhadap dirinya, dan bagaimana relasi informan dalam kelompok. Hasil penelitian ini menemukan bahwa generasi milenial Banten memiliki karakteristik dasar literasi digital: (1) generasi milenial Banten mengandalkan buku sebagai sumber informasi; (2) bentuk visual informasi mulai dari yang paling disukai generasi milenial Banten ialah video; (3) gaya membaca generasi milenial Banten yang terbanyak adalah dengan menggunakan kata kunci atau fokus tertentu; (4) strategi verifikasi informasi generasi milenial Banten adalah dengan membandingkan sumber. Sementara pada karakteristik relasi sosial generasi milenial Banten ditemukan bahwa generasi milenial Banten lebih menyukai interaksi langsung dalam melakukan interaksi sosial, dan generasi milenial lebih menyukai aktivitas komunal dan aktif dalam kegiatan kelompok. Dengan demikian karakteristik generasi milenial di tingkat lokal Banten tidak sepenuhnya sama dengan karakteristik literasi digital maupun relasi sosial yang menjadi arus utama pandangan masyarakat luas maupun yang dijadikan dasar pengambilan kebijakan. Dengan begitu perlu dilakukan evaluasi secara menyeluruh atas keputusan perubahan yang menyandarkan diri pada generalisasi karakteristik generasi.
This article aims to explore the embeddedness bof the millennial generation to the internet in daily activities and educationat the local level. This research uses concurrent mixed methods with a survey and interview strategy simultaneously.The results showed the uniqueness of the Banten millennial generation’s engagement with the internet as follows: (i)informants learned to use the internet more by themselves; (ii) they use internet more for social media; (iii) they stilllike shopping and use conventional modes of transportation; (iv) most of them cannot carry out their daily activitieswithout the internet; (v) daily activities are undertaken without an agenda but have a specific target. Furthermore, inthe interaction between technology and education, it is found: (i) technology is related to information seeking for themillennial generation; (ii) they prefer to find information through browsing; (iii) only a small proportion of them haveexperimental learning attitudes; (iv) the majority of the millennial generation views that the existence of teachers is stillthe main factor in learning.
AbstrakTujuan artikel ini ialah untuk menggambarkan pembentukan konsep diri mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (FKIP Untirta) yang menggemari budaya populer Korea, dimana dalam penelitian ini ialah drama Korea dan musik K-Pop. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara terstruktur dan mendalam, serta dokumentasi. Subjek penelitian terdiri dari lima belas mahasiswi penggemar budaya populer Korea yang terbagi menjadi tiga karakteristik yaitu penggemar drama Korea, penggemar musik K-pop, serta penggemar drama Korea dan musik K-pop. Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswi penggemar budaya populer Korea melakukan tindakan konsumsi berupa makanan, pakaian, riasan dan merchandise K-pop. Mengenai pikiran (Mind), penggemar budaya populer Korea memberikan pemaknaan terhadap drama Korea dan musik K-pop sebagai hiburan dan impian. Sebagai diri (self) yang terbagi menjadi aku (i) dan diriku (me), penggemar budaya populer Korea melakukan tindakan yang spontan seperti melakukan fanwar dan terkontrol dengan cara memikirkan kembali tindakan yang telah dilakukannya. Mengenai masyarakat (society) yaitu lingkungan kampus, penggemar budaya populer Korea berinteraksi dengan sesama penggemar maupun non-penggemar.Kata-kata Kunci: sosiologi diri; budaya populer korea; konsep diri. AbstractThe purpose of this article is to illustrate the formation of the self-concept of the Sultan Ageng Tirtayasa University Teaching and Education Faculty (FKIP Untirta) students who are fond of Korean popular culture, in which in this study Korean drama and K-Pop music. This research uses descriptive qualitative method. Data collection techniques with observation, structured and in-depth interviews, and documentation. The research subjects consisted of fifteen female Korean popular culture fans who were divided into three characteristics namely Korean drama fans, K-pop music fans, and Korean drama fans and K-pop music. The results showed that female Korean fans of popular culture took food, clothing, makeup and K-pop merchandise. Regarding the Mind, fans of Korean popular culture give a meaning to Korean drama and K-pop music as entertainment and dreams. As a self that is divided into me (i) and myself (me), fans of Korean popular culture take spontaneous actions such as doing fanwar and being controlled by rethinking the actions they have done. Regarding society (ie the campus environment), fans of Korean popular culture interact with fellow fans and non-fans.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana konsep diri remaja pengguna aplikasi TikTok di Desa Pisangan Jaya, Kabupaten Tangerang dengan menggunakan teori looking glass self Charles Horton Cooley dengan 3 indikator sebagai pisau analisis untuk mengetahui gambaran konsep diri yang dimiliki remaja pengguna aplikasi TikTok. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan di Desa Pisangan Jaya, Kabupaten Tangerang dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kriteria pemilihan informan yaitu informan kunci yang merupakan remaja pengguna aktif aplikasi Tiktok dan informan pendukung yang merupakan ibu, kakak, dan teman dekat atau sahabat informan kunci. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, 1) terdapat 2 faktor yang membentuk konsep diri remaja pengguna aktif aplikasi TikTok di Desa Pisangan Jaya, Kabupaten Tangerang. 2) konsep diri remaja pengguna aktif aplikasi TikTok di Desa Pisangan Jaya, Kabupaten Tangerang adalah konsep diri positif, berdasarkan hasil temuan yakni mendapatkan ketenaran dengan viral dimedia sosial, kepuasan setelah menerima respon positif dari orang lain, menerima pujian secara wajar, menerima kritikan dan saran dengan terbuka, dan memperbaiki diri kearah yang lebih baik lagi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.