ABSTRAKPenelitian tentang hubungan antara produksi madu pada integrasi lebah madu dan kebun kopi telah dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Tujuan penelitian adalah menganalisis keberlanjutan model integrasi lebah madu dan kebun kopi. Metoda penelitian dirancang berdasarkan MDS (Multidimentional Scalling) dengan menggunakan lima dimensi keberlanjutan yang dianalisis menggunakan montecarlo dan laverage. Data sekunder maupun data primer yang didisain dan dikumpulkan melalui Focus Group Discusion (FGD). Selanjutnya dihitung masing masing indek keberlanjutan dari lima dimensi. Terakhir dimabdingkan antara sebelum dan sesudah penerapan integrasi Hasil penelitian menunjukan bahwa indek keberlanjutan sesudah penerapan integrasi adalah 75,96 atau pada posisi sangat baik. Hal ini jauh lebih tinggi yaitu 59,50 atau cukup pada sebelum penerapan integrasi. Artinya penerapan integrasi lebah madu kebun kopi meningkatkan pembangunan budidaya lebah madu dan perkebunan kopi yang berwawasan lingkungan.Kata kunci: Madu, kopi, integrasi, keberlanjutan, indek
ABSTRAKPenelitian ini dilakukan di Kepahiang, Provinsi Bengkulu dengan tujuan untuk mengevaluasi penerapan sistem integrasi perkebunan kopi dengan lebah madu Apis cerana terhadap produksi madu dan produksi kopi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua perlakuan dan 10 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi madu lebih tinggi 114% daripada madu yang dihasilkan di luar perkebunan kopi. Sejalan dengan produksi madu, produksi kopi juga lebih tinggi 10,55% dari pada produksi kopi pada kebun yang penyerbukannya tidak dengan Apis cerana.Key words: Apis cerana, kopi, integrasi, produksi.
SThis research aimed to compare the morphometric of worker bees Apis cerana lives at different altitudes which were high altitude (500-<1000 m above sea level) and low altitude (0-100 m above sea level). The experimental animals were 50 Apis cerana collected from each altitudes. A projector microscope (LAS EZ V2.0.0) of 8x magnification was used in body measurement which was conducted in Animal Laboratory University of Bengkulu. Results showed that body weight, length of proboscis, femur length of worker bees of high and low altitude (introduced and local bees) are significantly different (P<0.05). However, the length of tibia, hind metatarsus, width of wings and and the forth abdominal tergit (P>0.05). The highest body weight and hind femur length werel observed in high and low altitudes. Infact, prosbocis length was the highest in low level altitude habitat. In contrasly, the measurement of length of hind femur was the highest in high altitude (kepahiyang) and the the longest proboscis was found in low altitude (Bengkulu city). The results indicate that the differences were due to the adaptation processes to the environment. It can be concluded that the altitude of habitat plays an important role to the morphometric of workers group of Apis cerana. Keywords: Apis cerana, morphometric, the altitude ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk membandingkan morfometrik lebah madu pekerja Apis cerana berdasarkan perbedaan tempat hidup pada dataran tinggi (500-<1000 m dpl) dan dataran rendah (0-100 m dpl). Penelitian ini menggunakan sampel 50 ekor lebah Apis cerana di setiap lokasi. Pengukuran bagian tubuh lebah madu dilakukan di Laboratorium Peternakan Universitas Bengkulu dengan menggunakan mikroskop projektor (LAS EZ V2.0.0) perbesaran 8 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan (BB), panjang probosis (PP) dan panjang femur tungkai belakang (PFB) lebah madu pekerja di dataran tinggi dan dataran rendah (lebah introduksi dan lebah alami) berbeda nyata (P<0,05), sedangkan panjang tibia, metatarsus tungkai belakang, panjang sayap, lebar sayap dan ukuran tergit ke-4 abdomen secara statistik tidak ada perbedaan (P>0,05). Berat badan dan panjang femur tungkai belakang tertinggi diperoleh pada lebah madu dataran tinggi Novita, Rustama Saepudin, Sutriyono
This research was aimed to describe characteristic of milk candy consisting of physical, chemical, and organoleptic appearances added with ginger and curcuma. Methodology used in this research was Completely Randomized Design with five treatments, P0: control, P1: 0.6% ginger, P2: 1% ginger, P3: 0.6% curcuma, and P4:1% curcuma. Variabels measured were rendement, density, pH, moisture, ether extract, protein, Gross Energy (GE), and organoleptic tests consisting of color, aroma, taste, texture, tenderness, and general acceptance. Results showed that treatments did not show significant effects (P> 0.05) on rendement (40.84%), density (0.933 g/cm 3 ), pH (5.36), moisture (9.63%), ether extract (6%), protein (5.5%), GE (4098 Kcal) and tenderness (4.80%). Treatments decreased acceptance of panelist for aroma (37.5%-13.75%), color (52.50%-18.75%), taste (56.25%-11.25%), texture (47.50%-7.50%) and overall product. The highest modus was found in P0 candy (58.75%). Manufacturing milk into candy type was able to improve the quality of milk; however, addition of ginger and curcuma decreased acceptance of the panelists compared to the one without ginger and curcuma. Key words: caramel, curcuma, ginger, physical-chemical, organoleptic characteristics ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik produk permen susu (karamel) meliputi sifat fisik, kimia, dan organoleptik setelah adanya penambahan jahe dan temulawak. Metode penelitian ini menggunakan Rancang Acak Lengkap pola satu arah terdiri dari lima perlakuan dengan empat ulangan yaitu P0: Kontrol, P1: 0,6% jahe, P2: 1% jahe, P3: 0,6% temulawak, dan P4: % temulawak. Variabel yang diukur meliputi rendemen, kerapatan, pH, kadar air, lemak, protein, Gross Energy (GE) dan uji organoleptik meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, keempukan, dan produk secara umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rataan jumlah rendemen (40,84%), kerapatan (0,933 g/cm 3 ), pH (5,36), kadar air (9,63%), lemak (6%), protein (5,5%), GE (4098 Kkal) dan keempukan (4,80%). Perlakuan menurunkan tingkat kesukaan panelis dari parameter aroma (37,5%-13,75%), warna (52,50%-18,75%), rasa (56,25%-11,25%), tekstur (47,50%-7,50%) serta produk secara keseluruhan. Modus kesukaan tertinggi pada permen karamel P0 (kontrol) sebesar 58,75%. Pengolahan susu menjadi karamel dapat meningkatkan mutu produk karamel susu namun penggunaan jahe dan temulawak menurunkan persentase tingkat kesukaan panelis dibandingkan dengan karamel tanpa penambahan jahe dan temulawak.
ABSTRAKPemutihan sarang wallet hitam dengan menggunakan larutan Hidrogen Peroksida (H2O2). Telah dilaksanakan dengan kajian utama pada pengaruh derajat putih dan penurunan nilai nutrisinya. Potensi Sarang wallet hitam di Propinsi Bengkulu tergambar dengan hasil panen sekitar 1500 kg per tahunnya. Namun demikian kualitas sarangnya masih rendah. Untuk meningkatkan kualitas sarang dapat dilakukan dengan proses pemutihan tanpa mengurangi nilai gizi dari sarang tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan dua ulangan. Hasil kajian menunjukan bahwa konsentrasi 8,5 % Hidrogen Peroksida (H2O2). Memberikan hasil terbaik dengan derajat putih yang meningkat serta penurunan nutrisi yang masih rendah.Kata kunci: Hidrogen Peroksida, Sarang, hitam, walet.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.