Tujuan kegiatan pengabdian (1) memberi pelatihan menulis proposal penelitian skripsi kepada mahasiswa semester VII Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Bengkulu agar memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang cara menulis proposal penelitian skripsi dan (2) memberi kemampuan, pemahaman, dan keterampian kepada mahasiswa semester VII Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Bengkulu dalam menulis proposal penelitian skripsi sesuai dengan kaidah penulisan proposal penelitian skripsi yang baik. Kegiatan pengabdian kepada mahasiswa semester VII Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Bengkulu mulai secara daring pada tanggal 2-3 November 2020 di Universitas Bengkulu. Khalayak sasaran yang dilibatkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah mahasiswa semester VII Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Bengkulu. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah sosialisasi dan pendampingan. Rancangan evaluasi untuk mengukur kebermanfaatan pelatihan menulis proposal dengan angket dan untuk mengukur kemampuan menulis proposal dengan pemberian tugas menulis proposal penelitian skripsi. Indikator untuk mengukur kebermanfaatan pelatihan penulisan proposal skripsi dan kemampuan mahasiswa menulis proposal penelitian skripsi dengan mencocokkan tabel rubrik yang berisi tentang kelengkapan dalam penulisan judul, masalah dan rumusan masalah, manfaat penelitian, kerangka teori dan kajian pustaka, dan metodologi penelitian. Hasil capaian pengabdian menunjukkan bahwa pelatihan menulis proposal penelitian skripsi bermanfaat bagi mahasiswa semester VII Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Bengkulu dan mahasiswa memiliki kemampuan mereka dalam menulis proposal penelitian skripsi dengan baik. Kegiatan pengabdian perlu dilanjutkan dengan pendampingan yang lebih intensif agar mereka lebih mampu dalam menulis proposal pada saat menyusun skripsi yang dibimbing oleh pembimbing utama dan pembimbing pendamping yang telah di-SK-kan oleh Dekan FKIP Universitas Bengkulu
AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengetahuan budaya dan praktik sosial merejung dalam tari adat pada kelompok etnik Serawai di Bengkulu. Sumber data penelitian adalah naskah-naskah Ulu, yakni MNB 07.18, MNB 07.30, dan MNB 07.70 (koleksi Museum Negeri Bengkulu). Penelitian ini berbasis filologi dan analisisnya didukung analisis wacana, khususnya discourse and practice. Ketiga teks dalam naskah ditransliterasi dengan menggunakan edisi kritis. Adapun data pengetahuan budaya dan praktik merejung dalam tari adat dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara di desa Ujung Padang dan Nanjungan di Kecamatan Semidang Alas, Kabupaten Seluma. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, dalam ketiga naskah Ulu tertulis teks rejung (sejenis pantun) sebagaimana yang ditemukan dalam tradisi lisan yang biasa dibawakan secara berbalasan antara bujang dan gadis dalam tari adat pada bimbang (pesta) pernikahan. Kedua, sebagai wacana, ketiga teks Ulu merepresentasikan pengetahuan budaya dan praktik sosial merejung. Ketiga, sebagai wacana, ketiga teks merupakan transformasi dan rekontekstualisasi praktik sosial merejung dari kelompok etnik yang bersangkutan.Kata kunci: teks Ulu, rekontekstualisasi, transformasi, praktik sosial RECONTEXTUALIZATION OF THE SOCIAL PRACTICE OF MEREJUNG IN THE ULU MANUSCRIPT IN THE SERAWAI ETHNIC GROUP IN BENGKULUAbstractThis study aims to describe the cultural knowledge and social practice of merejung in the traditional dance in the Serawai ethnic group in Bengkulu. The data sources were Ulu texts, namely MNB 07.18, MNB 07.30, and MNB 07.70 (a collection of the State Museum of Bengkulu). The study was based on philology and the analysis was supported by discourse analysis, especially discourse and practice. The three texts in the manuscripts were transliterated using a critical edition. The data of the cultural knowledge and practice of merejung in the traditional dance were collected through observations and interviews in Ujung Padang and Nanjungan villages, Semidang Alas District, Seluma Regency. The findings are as follows. First, in the three Ulu manuscripts, rejung (a kind of pantun) texts are written as they are found in the oral tradition which is usually performed in an exchange between a boy and a girl in a traditional dance in a wedding bimbang (party). Second, as a discourse, all the three Ulu texts represent the cultural knowledge and social practice of merejung. Third, as a discourse, the three texts are the transformation and recontextualization of the social practice of merejung in the ethnic group concerned.Keywords: Ulu texts, recontextualization, transformation, social practice
The purpose of this study was to describe the improvement in writing drama scripts through a contextual approach based on the folklore Musi Rawas grade VIII students of SMP Negeri Pedang. This type of research is classroom action research. The data source of this research is VIII grade students of SMP Negeri Pedang in the 2018/2019 academic year, while the research data is the ability to write media-based drama scripts of Musi Rawas folklore. Data collection techniques using test, observation, and documentation techniques. The study was conducted in two cycles, each cycle designed with the details of the activities of each meeting as follows: (1) planning, (2) action, (3) observation, and (4) reflection. Test the validity of the data using triangulation. The results of this study indicate that there was an increase in the ability to write drama scripts for VIII grade students of SMP Negeri Pedang by using a contextual approach based on Musi Rawas folklore. This is indicated by an increase in learning outcomes from cycle 1 to cycle 2. In cycle 1 students who completed 44.5% with enough categories and an increase in cycle 2 with the number of students who completed 86.1% with good categories.
This article is intended to discuss a text in the ulu manuscripts, numbered MNB 07.18, preserved in the State Museum of Bengkulu. The manuscript is a bamboo log, 58 cm in length and 7.8 cm in diameter, consisting of 16 lines. The manuscript belongs to the Ser awai ethnic, originating from the village of Jambat Akar, Seluma Regency and received by the State Museum of Bengkulu on January 12, 1998. The text en titled arawan bujang ataw gadis (hereinafter caled ABG text), contains spells or incantations of kayiak bet erang social rites among the Serawai ethnic of Bengkulu. This ritual serves to establish the position of a girl to be able to enter to the social life on the laman libagh, i.e the social world of Serawai ethnic. In that world and in the social interaction, a girl is obliged to master rejung, able to andun dance and merejung as well. The social function of andun dance and merejung , among others, is to find a lover (santing) who will later become her life partner as a family and to actualize her social rig hts and obligations. The kayiak beterang rite applies to girls aged 5-7 years, the age before adolescence, or the period before getting the first menstruation. The rite is led by a midwif e covering a series of actions, that are (a) purifying, (b) traditional dressing, (c) andun dancing and merejung, (d) enjoying meals with family and invitations. The ABG text is based on the knowledge and cultural experience of the scriber and was written to recontextualize and transform the social rite of the kayiak beterang.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses, fungsi, dan makna pantun bersahut dalam seni pertunjukan adat pernikahan di Kecamatan Kaur Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah metode etnografi. Data penelitian ini didapat dari pengamatan langsung , dokumentasi, dan wawancara secara mendalam kepada informan. Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap tradisi pantun bersahut, dalam penyelenggaraannya pantun bersahut diiringi dengan tarian mainang dan irama musik yang mengiringi tarian dan irama pantun yang diucapkan, adapun judul irama musik yang sering digunakan dalam pantun bersahut ini ialah yang pertama irama pembuka (1) Sumpaya, (2) Mainang Sayang, (3) Pulau Pinang, (4) Serawak, (5) Jali-jali, (6) Rembang Petangh,(7) Cerai kasih, (8) Bunga Mawar, dan penutup (9) Dayung Pariaman. Pada prinsipnya ini disajikan saat malam hari, warga dan perangkat desa setempat menyebutnya sebagai malam mainangan atau inai curi, dimana malam tersebut dilakukan khusus untuk tradisi pertunjukan pantun bersahut. Tradisi ini dilakukan setelah melalui proses lamaran, serah terima hantaran, dan akad nikah, belaak dan pengantin besanding. Makna teks dan konteks yang terkandung di dalam tradisi pantun bersahut mainangan ini adalah agar kita selalu beradab dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat serta terlebih lagi dalam berkomunikasi yang baik dan sopan dalam penggunaan bahasanya.Kata Kunci: Pantun, Tradisi Mainangan, Kaur
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.