Konsep marketing mix 7P dapat diterapkan untuk memasarkan produk daur ulang dikalangan anak muda. Konsep marketing mix 7P meliputi product, price, place, promotion, people, process, physical evidence. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan memberikan kuesioner kepada anak muda dan pemilik usaha daur ulang dalam skala likert dan menggunakan teknik insidental sampling. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu anak muda. Sampel yang diambil adalah kaum milenial dengan menggunakan rumus Slovin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah strategi pemasaran produk daur ulang dengan konsep marketing mix 7P dapat membuat penjualan produk daur ulang menjadi lebih dikenal kaum muda dan memberikan income/profit terhadap pemilik usaha produk daur ulang. Hasil dari penelitian ini yaitu analisis mengenai konsep marketing mix dalam produk daur ulang. Didapatkan untuk aspek product didapatkan hasil 3,4, aspek price didapatkan hasil 3,3, aspek place didapatkan hasil 2,97, aspek promotion didapatkan hasil 2,51 aspek people didapatkan hasil 3,32, aspek process didapatkan hasil 2,62 ,dan aspek physical evidence didapatkan hasil 2,63 Sehingga aspek produk dan aspek harga perlu untuk ditingkatkan dan diperbaiki instrumennya supaya penjualan berjalan lebih baik dikarenakan masuk dalam kategori kurang baik.
Beban kerja mental ialah perbandingan antara tuntutan kerja mental dengan keahlian mental yang dipunyai oleh karyawan yang bersangkutan yaitu karyawan. Adapun permasalahan yang terjadi adalah kondisi pekerjaan yang menuntut supaya karyawan bisa menuntaskan pekerjaan dengan mutu yang baik dalam waktu yang sudah ditentukan, sehingga memiliki beban untuk menyelesaikannya. Tujuan penelitian ini guna mengetahui besar beban kerja mental yang didapatkan karyawan, mengetahui indikator yang paling mempengaruhi dan memberikan usulan perbaikan. Pengukuran ini dikerjakan dengan menggunakan NASA - TLX dengan mengambil sampel acak sebanyak 11 responden. Berdasarkan skor yang diperoleh, diketahui bahwa beban kerja mental agak tinggi dirasakan sebanyak 9%, kategori tinggi sebanyak 81 % dan sangat tinggi sebanyak 10%. Dan indikator tertinggi yang paling dirasakan karyawan adalah indikator temporal demand, performance, effort, serta mental demand. Oleh karena itu diberi usulan perbaikan berdasarkan fishbone diagram yaitu indikator temporal demand berupa manajemen diri serta manajemen waktu dalam menuntaskan sebuah pekerjaan, usulan performance yaitu melakukan penambahan karyawan, kemudian usulan indikator effort yaitu memberlakukan adanya reward, dan usulan mental demand yaitu memeriksa jobdesk dari pekerjaan yang diberikan dan memberikan evaluasi kerja secara berkala.
With the policy of learning from home, the role of information technology become more important. The use of technology in online learning can provide new learning experiences for students. There are several online learning application platforms available and the most popular platforms are Zoom Meeting application and Google Meet. In using the online learning platform, usability aspect is one the most important things. Usability is a measure of the quality of the user experience when interacting with the user-operated device application with the perceived expectations. The purpose of this study is to compare usability satisfaction of Google Meet and Zoom Meeting application using Customer Satisfaction Index (CSI) and GAP analysis. The Customer Satisfaction Index is measured from the five usability aspects of learnability, efficiency, memorability, errors, and satisfaction. Meanwhile, the GAP Analysis is measured based on the perception and expectations of the user of Google Meet and Zoom Meeting application. The result shows that Google Meet has a higher level of usability satisfaction compared to Zoom Meeting application. Google Meet has a usability satisfaction level of 84.29%, meanwhile Zoom Meeting has a usability satisfaction level of 76.67%. The results of GAP analysis on both platforms show that the users made a lot of errors when using Google Meet and find it difficult when using Zoom Meeting application for the first time.
Analisa postur kerja perlu dilakukan sebab postur kerja yang tidak sesuai bisa menyebabkan gangguan dan kelelahan pada karyawan. Dengan begitu dapat menurunkan produktivitas, kualitas, serta munculnya masalah kesehatan bagi karyawan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi seberapa besar tingkat resiko postur kerja karyawan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) pada departemen Operations and Surface Facilities PT. Pertamina Hulu Sanga Sanga dan memberikan usulan perbaikan untuk menciptakan kenyamanan kerja pada karyawan departemen Operations and Surface Facilities PT. Pertamina Hulu Sanga Sanga berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode REBA. Hasil REBA akan menjadi acuan dalam memberikan rekomendasi perbaikan lingkungan kerja dan perbaikan postur kerja. Penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina Hulu Sanga Sanga. Pengambilan data diperoleh dari dokumentasi beberapa karyawan yang berada di dalam perkantoran departemen Operations and Surface Facility. Postur kerja karyawan yang digunakan berjumlah 10 postur. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode REBA. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat risiko rendah (mungkin diperlukan tindakan) memiliki persentase 50% dan tingkat risiko sedang (diperlukan tindakan) memiliki presentase 50%. Adapun usulan perbaikan yaitu disarankan untuk mengganti kursi karyawan 1, 3, 4, 5, 8, dan 10 menggunakan kursi adjustable sehingga dapat diatur pada ketinggiannya sesuai postur tubuh karyawan dan mampu menopang badan karyawan.
Beban kerja merupakan upaya yang dikeluarkan individu dalam memberikan performa untukmelakukan suatu aktivitas. Beban kerja dalam kajian ergonomi terbagi menjadi beban kerja fisikdan beban kerja kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur beban kerja kognitif karyawandepartemen quality control di PT. XYZ. Subjek penelitian ini berjumlah 17 karyawan departemenquality control dan menggunakan metode Subjective workload assessment technique (SWAT).Metode SWAT menggunakan tiga variabel yaitu Time Load, Mental Effort Load danPsychological Stress Load. Tahapan SWAT terdiri dari 2 tahapan yaitu : Scale Development danEvent Scoring. Hasil penelitian dengan menggunakan metode SWAT menunjukan variabelPsychological Stress Load dominan mempengaruhi beban kerja karyawan (45,40%), artinyafaktor motivasi, kelelahan, rasa takut, dan tingkat keahlian, dan lingkungan mempengaruhi bebankerja kognitif karyawan departemen quality control. Kata Kunci : Beban Kerja Kognitif, Scale Development, Event Scoring, SWAT
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.