1) Mahasiswa pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK Unsrat Manado. 95115. 2) Staf pengajar pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK Unsrat Manado. 95115. ABSTRACTSemi-refined carrageenan are a type of carrageeanan product that have a low level of purity because it still contains a small amount of cellulose within the carageenan. The purpose of this study is to find out the effect of the concentration of both NaOH and KOH towards rendemen, and the physical and chemical characteristic of semi refined carrageenan made from Kappaphycus alvarezii seaweed, and also to minimize the use of chemical product on SRC production process. The method used in this study is steaming method. The results are the rendemen from NaOH is 10% and KOH 14%. This proves that the concentration of alkali affects the amount of rendemen. The higher the amount of alkali used, the higher the amount of rendemen obtained. Water content obtained from the NaOH samples are 3,75%; while those from the KOH samples are 5%. The ash content of semi-refined carrageenan obtain from NaOH samples are 55,42% and KOH are 55,27%. For the pH level on semi -refined carrageenan obtain from the NaOH samples are 8,06; and KOH are 8,69. The alkali concentration greatly affects the amount of rendemen that is obtained because a higher concentration of alkali during the alkalization process will result in higher pH level, therefore the extration ability of alkali are increased. Keyword:Seaweed, Kappaphycusalvarezii, Semi-refined carrageenan.Semi refined carrageenan (SRC) merupakan salah satu produk karaginan dengan tingkat kemurnian yang rendah karena masih mengandung sejumlah kecil selulosa yang ikut mengendap bersama karaginan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaOH dan konsentrasi KOH terhadap rendemen, sifat fisik, dan sifat kimia pada pembuatan Semi Refined Carageenan dari rumput laut Kappaphycus alvarezii serta meminimalisir penggunaan bahan kimia pada pembuatan Semi Refined Carageenan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode uap. Hasil penelitian yang diperoleh seperti rendemen dengan perendaman NaOH adalah 10%, KOH 14%. Hal ini membuktika n bahwa konsentrasi alkali mempengaruhi jumlah rendemen. Semakin tinggi jumlah alkali, semakin tinggi rendemen yang didapatkan. Kadar air yang diperoleh adalah kadar air pada sampel dengan NaOH yaitu 3,75%; sedangkan untuk kadar air sampel KOH yaitu 5%. Hasil kadar abu Semi Refined Carrageenan (SRC) untuk sampel dengan NaOH yaitu 55,42%; sedangkan untuk sampel KOH yaitu 55,27%.Untuk nilai pH Semi Refined Carrageenan (SRC) pada sampel dengan NaOH 8,06; sampel dengan KOH 8,69. Konsentrasi alkali sangat mempengaruhi rendemen yang dihasilkan karena semakin tinggi konsentrasi alkali selama proses alkalisasi berlangsung, menyebabkan pHnya semakin tinggi sehingga kemampuan alkali dalam mengekstrak semakin besar. Kata kunci: Rumputlaut, Kappaphycusalvarezii, Semi Refined Carrageenan.
ABSTRAKIkan japuh (Dussumieria acuta C.V) dikenal dengan nama lokal tandipang merupakan salah satu jenis ikan yang dihasilkan dari proses pengeringan yang dikombinasikan dengan pengasapan. Produk ini memberikan citarasa tersendiri yang lezat, gurih dengan aroma yang khas disebabkan oleh proses pengasapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan mutu ikan tandipang asap kering selama penyimpanan. Hasil yang di dapat bahwa nilai kadar air tertinggi adalah 15,70 % pada ikan tandipang asap kering yang disimpan 40 hari. Sedangkan nilai kadar air terendah adalah 15,20 % pada ikan tandipang asap kering tanpa penyimpanan. Untuk nilai pH tertinggi adalah 6,63 pada ikan tandipang asap kering yang disimpan 40 hari dan nilai pH terendah adalah 6,06 pada ikan tandipang asap kering tanpa penyimpanan. Nilai TVB yang tertinggi adalah 96,60 mg N/100 gr sampel pada ikan tandipang asap kering yang disimpan selama 40 hari dan nilai TVB-N terendah adalah 64,80 mg N/100 gr sampel pada ikan tandipang asap kering tanpa penyimpanan. Nilai uji hedonik nilai tertinggi adalah 7,17 pada ikan tandipang asap kering tanpa penyimpanan, sedangkan nilai terendah adalah 6,47 pada ikan tandipang asap kering penyimpanan selama 40 hari. Proses pengasapan dan pengeringan dapat mempertahankan mutu ikan tandipang asap kering sampai pada penyimpanan selama 40 hari dengan kadar air, pH dan TVB yang rendah serta tingkat kesukaan panelis terhadap produk masih disukai panelis selama penyimpanan 40 hari.
Rumput laut atau dikenal dengan nama seaweed merupakan salah satu organisme laut yang berpotensi sebagai sumber bioaktif, pangan dan obat-obatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar air dan kandungan senyawa bioaktif seperti, alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, tanin dan saponin pada tiga jenis rumput laut segar Turbinaria sp., Gracilaria sp., dan Halimeda macroloba. Rumput laut yang dijadikan sampel didapatkan dari daerah Minahasa Utara (pulau Nain). Ekstraksi senyawa bioaktif dilakukan dengan metode maserasi (perendaman) dengan pelarut teknis (etanol), dan perbandingan (1:2 b/v), selama 48 jam pada suhu ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan air pada ketiga jenis rumput laut ini bervariasi yaitu 75,6% untuk Turbinaria sp. 90,6% untuk Gracilaria sp. dan 72,7% untuk Halimeda macroloba. Dari penelitian ini juga menunjukkan ketiga jenis rumput laut mengandung senyawa bioaktif seperti; alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, saponin dan tanin. Dari hasil penelitian pada ketiga jenis rumput laut tersebut dapat disimpulkan bahwa tiga jenis rumput laut tersebut dapat digunakan sebagai pangan fungsional, obat-obatan dan industri makanan karena memiliki senyawa bioaktif.
This study aims to determine the proximate value of Sonneratia alba mangrove flour. The flour was made from young (d ≤ 3 cm) and old S. alba fruit. S. alba fruit were collected from Desa Wori, Kec.Wori, Kab. Minahasa Selatan, North Sulawesi. The measured parameters were moisture content by the oven method, the ash content by the dry ashing method, the protein content by the Kjeldahl method; fat content by the Soxhlet method and carbohydrate content were calculated by difference. The results showed that the proximate content of young S. alba fruit flour was 10.53% of moisture, 5.18% ash, 8.735 protein, 1.44% fat and 74.12% carbohydrate. The proximate content of old S. alba mangrove flour was moisture content 9.63%, ash 5.39%, protein 8.34%, fat 1.54% and carbohydrate 75.1%. Moiture and protein content of young S. alba mangrove flour is slightly higher compared to old S. alba mangrove flour. Meanwhile, ash, fat and carbohydrate content of old S. alba mangrove flour is slightly higher compared to young S. alba mangrove flour. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar proksimat pada tepung buah mangrove Sonneratia alba muda (d ≤ 3 cm) dan proksimat tepung buah mangrove S. alba tua (d ≥ 3cm) yang diambil di Desa Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Sulawesi Utara. Parameter yang dianalisa adalah kadar air dengan metode oven, kadar abu dengan metode pengabuan kering, kadar protein dengan metode kjeldahl meliputi tiga tahap yaitu destruksi, destilasi dan titrasi; kadar lemak dengan metode soxhlet dan kadar karbohidrat dihitung berdasarkan metode (by difference). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan proksimat pada tepung buah mangrove S. alba muda adalah kadar air 10,53%, abu 5,18%, protein 8,735, lemak 1,44% dan karbohidrat 74,12%. Kandungan proksimat pada tepung buah mangrove S. alba tua adalah kadar air 9,63%, abu 5,39%, protein 8,34%, lemak 1,54% dan karbohidrat 75,1%. Perbandingan kandungan proksimat tepung buah mangrove S. alba muda dan tua adalah sebagai berikut: kadar air dan protein pada tepung buah mangrove S. alba muda sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tepung buah mangrove S. alba tua. sedangkan kadar abu, lemak dan karbohidrat kandungan tepung buah mangrove S. alba tua sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tepung buah mangrove S. alba muda.
Quantitative descriptive analysis and physicochemical analysis were carried out to assess the relationship of the sensory attributes of bakasang (a traditional Indonesian fermented fish product) to its physicochemical properties. Pearson correlation analysis and partial least-squares regression (PLS-R) were used to analyze the data. Two PLS-R models were established for relating six physicochemical properties to 12 sensory attributes. The first PLS-R model indicated that salty, umami, bitter, and bitter aftertaste showed an excellent correlation to moisture content, water activity (a w ), salt content, and free amino nitrogen. The second model indicated that sulphury meaty, overripe cheese, sweaty, and ammonia were positively correlated with the moisture content, a w , salt content, and total volatile bases. A microbiological quality test of this product indicated that it meets the standards of the Indonesian National Standard Quality of fish sauce.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.