This study examines the principal's policy in managing learning during the COVID-19 pandemic in schools. This study uses a qualitative type of field research. Madrasah principals, teachers, and committees are the primary data sources. Meanwhile, secondary data sources are obtained from relevant journals, books, magazines. The location of this research is Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Malang. The findings of this study state that distance learning and problems during the Covid-19 period and analysis of basic policies by madrasah principals in managing distance learning with distance learning outcomes during the COVID-19 pandemic include policy analysis regarding student needs the use of learning applications. Evaluation activities and policies in the online learning process will be used. The importance of this research will be to provide solutions in learning to regulate flexibility in choosing a curriculum that is by the learning needs of students during the pandemic, as stipulated in the Decree of the Minister of Education and Culture related to the curriculum during an emergency.
Sebagai tokoh agama yang sangat cinta pada tanah kelahirannya, Indonesia, Hamka memiliki semangat Pancasila. Oleh karena itu, beliau selalu memberikan solusi pemikiran yang berlian dalam mengatasi permasalahan bangsa. Di antara masalah bangsa yang masih hangat dibicarakan hingga saat ini adalah tentang "moderasi beragama". Berbagai analisis bermunculan terkait diterima atau ditolaknya “moderasi beragama”. Atas dasar ini, akan diuraikan bagaimana “konsep moderasi beragama dalam pandangan pendidikan Hamka”. Penelitian ini berbentuk kualitatif dengan menggunakan analisis pemikiran Hamka melalui buku-bukunya di perpustakaan dan dikuatkan dengan pendapat lain tentang Hamka. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa moderasi beragama dalam pandangan Hamka adalah keseimbangan hidup bagi umat Islam. Rasulullah saw diutus Allah sebagai "Rahmatan lil 'alamin" dan bukan untuk membunuh non-Muslim. Oleh karena itu, Islam datang membawa kesejukan dan kedamaian antar umat beragama. Moderasi beragama dimaksudkan untuk membantu sesama, saling menghormati dalam arti memberikan kebebasan dalam menjalankan ibadah masing-masing, tidak saling menghina supaya tidak timbul kekerasan yang tidak diinginkan dalam beragama. Namun, Hamka menegaskan jika non-Muslim membuat kekacauan, seperti mengusir Muslim dari kampung halamannya, maka segala sesuatu yang dibolehkan bagi non-Muslim dilarang
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana peran guru sebagai pendidik profesional dalam pengembangan kurikulum. Hal ini penting, karena pengelolaan kurikulum yang baik, akan menghasilkan pendidikan yang baik. Begitu pentingnya pengembangan kurikulum dalam pendidikan, namun selama ini tugas guru hanya berperan sebagai pelaksana. Guru hanya nampak sebagai tenaga teknis saja dalam menjalankan kurikulum. Akibatnya kurikulum berbentuk seragam di seluruh Indonesia, tidak kreatif dan tidak memiliki inovasi pembelajaran. Oleh karena itu, untuk menghilangkan pandangan buruk ini, maka tulisan ini mencoba untuk membangunkan kembali peran guru dalam upaya pengembangan kurikulum, agar pendidikan menjadi lebih baik. Penelitian ini berbentuk kualitatif dengan menggunakan analisis pemikiran, melalui buku-buku dan jurnal yang membahas tentang pengembangan kurikulum. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam pengembangan kurikulum idealnya harus memahami tiga dimensi kurikulum; (1) kurikulum sebagai pengalaman belajar, (2) kurikulum sebagai program pembelajaran, dan (3) kurikulum sebagai mata pelajaran. Oleh karena itu, sejatinya guru sebagai pengembang kurikulum harus mampu sebagai developers dan researchers untuk memicu potensi guru dalam pengembangan kurikulum sebagai tenaga profesional. Dengan demikian sebagai ujung tombak maju mundurnya pendidikan, guru memiliki tanggung jawab profesional dalam memajukan pendidikan dengan mewujudkan visi dan misi sekolah yang disertai dengan perwujudan pengalaman belajar siswa sesuai dengan kebutuhan peserta didik
Belum maksimalnya pelaksanaan pendidikan Islam bagi anak di usia emas pada tataran praktiknya ternyata meninggalkan masalah dan tantangan. Oleh karena itu, seorang tokoh yang komit terhadap pendidikan Islam di usia dini “Dradjat” mencoba mengajukan gagasan atau ide mengenai metode dalam pendidikan karakter anak. Tokoh ini sangat berpengaruh, serta memiliki karya-karya monumental dalam bidang pendidikan karakter anak. Berdasarkan alasan ini peneliti tertarik mengkaji Bagaimana Penerapan Pendidikan Islam Bagi Anak di Usia Emas Menurut Zakiah Dradjat. Pembahasan penelitian kualitatif ini mengambil studi kepustakaan yang menyangkut kajian pemikiran tokoh. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pendidikan Islam bagi anak menurut Zakiah Drajat bukan saja dimulai sejak lahir, akan tetapi harus diterapkan sejak dari kandungan ibu. Usia emas periode golden age dimulai dari masa kehamilan 0 (nol) tahun. Adapun upaya yang harus dilakukan adalah dengan mewujudkan lingkungan yang baik bagi anak, terutama lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Menguatkan kedudukan kedua orang tua sebagai contoh teladan yang baik bagi anak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi landasan pengembangan kurikulum pada MAN 1 Aceh Tamiang. Hal ini mengingat bahwa kurikulum adalah senjata untuk memajukan pendidikan. Berpijak pada lemahnya pendidikan secara umum yang berakibat kurang puasnya orang tua siswa terhadap lulusan menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum harus dilakukan. Oleh karena itu, sebagai lembaga pendidikan Islam, MAN 1 Aceh Tamiang berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan inovasi terhadap kurikulum yang ada. Hasil olah data lapangan, mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian (display) data, verifikasi, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi landasan pengembangan kurikulum pada MAN 1 Aceh Tamiang menghasilkan pengembangan kurikulum yang baik dengan menunjukkan dua indikator. (1) Landasan filosofis, menghasilkan visi misi sebagai acuan yang ingin dicapai yakni “terwujudnya peserta didik unggul dalam ilmu pengetahuan, berakhlak mulia yang diikat dengan iman dan takwa kepada Allah SWT”. (2) MAN 1 Aceh Tamiang memiliki kurikulum madrasah yang telah dikembangkan sebagai dokumen resmi yang ditanda tangani, berupa pengesahan oleh pejabat berwenang, Kementerian Agama Aceh Tamiang atas nama menteri Agama RI yakni dengan memasukkan pembelajaran bakat dan minat siswa yang berlandaskan psikologis, sosiologis dan teknologis.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.