Gross enrolment rate of the participation of Indonesian children in Early Childhood Education has been increasing significantly every year. Ideally, it should be followed by an increase in children's readiness for elementary school as its main goal. However, the readiness of new students in the first grade of elementary school is still considered low in some aspects. The objectives of this research are to: 1) explore the perception of children's readiness for elementary school, according to the paradigm of teachers and parents, and 2) describe the aspects and indicators that are considered important for children's readiness for elementary school. The methodology of this research used qualitative case study. Participants involved amounted to 83, consisted of 43 teachers and 40 parents. Data were collected through Focus Group Discussion in teacher and parent groups also observations during group discussion process. The results of the study conclude three issues related to the children's readiness for elementary school: 1) readiness of children for elementary school in Indonesia is perceived dominant in the academic domain, 2) there are 6 aspects, 20 sub-aspects and 83 indicators of children's readiness for elementary school which were formulated in this study. Additional aspects cover moral and religious values. This also becomes the 'state of the art' of this research which may not be found in the concept of elementary school readiness in other countries.
All students have to face academic pressures, setbacks and challenges that are part of their everyday academic life. The capacity to deal with this, i.e. ‘academic buoyancy’, is needed to reduce the impact of academic adversity. Since academic buoyancy may be associated with personality, our study explored the role of personality trait, especially the ‘big five’, as predictors of the academic buoyancy in senior high school students in an Eastern culture. Methods: Using quota sampling, 356 respondents were sampled from the eight largest senior high schools in Bandung, Indonesia. Five personality factors were measured using the Big Five Inventory. Furthermore, academic buoyancy was assessed utilizing the Academic Buoyancy Scale. Multiple regression analysis was used to analyze the predictive value of each trait for academic buoyancy. Result: Academic buoyancy appears to be related to personality differences. We found three personality traits which predicted positively and significantly academic buoyancy, namely Conscientiousness, Agreeableness and Extraversion. Conclusions: The study has provided a new understanding of the relevance of personality for academic student’s life. Implications and differences in relation between personality and academic buoyancy in senior high school’ student are discussed.
Pada masa pandemi Covid-19 terjadi perubahan proses pembelajaran dari pembelajaran tatap muka menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Perubahan proses pembelajaran tersebut menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan pembelajaran. Pelaksanaan PJJ perlu diperhatikan efektivitasnya karena guru diharapkan dapat membantu siswa untuk melanjutkan jenjang kariernya dan dapat hidup mandiri di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perspektif guru SMA mengenai efektivitas PJJ selama pandemi Covid-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deksriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Responden pada penelitian ini adalah 101 guru SMA yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner online. Hasil penelitian ini menunjukkan 71,29% % guru menilai PJJ kurang efektif dan 28,71% guru menilai PJJ cukup efektif. Alasan guru yang menilai bahwa PJJ kurang efektif adalah guru kurang memahami penggunaan teknologi, kemampuan dan motivasi siswa rendah, guru kesulitan memantau siswa, guru kesulitan mengevaluasi siswa, siswa kurang berpartisipasi aktif, siswa tidak kondusif (melakukan hal lain di luar yang seharusnya), interaksi guru dan siswa kurang terbangun, kompetensi pembelajaran siswa tidak tercapai, hasil belajar tidak maksimal, materi pembelajaran tidak tersampaikan, keluarga tidak berpartisipasi dan keterbatasan fasilitas. Di sisi lain, alasan guru yang menilai bahwa PJJ efektif adalah guru dapat menggunakan teknologi dalam pembelajaran, guru dapat mengatur waktu, siswa memiliki karakteristik mandiri, guru dapat menyampaikan materi dengan menarik, siswa berpartisipasi aktif, siswa mengerjakan tugas serta ujian, guru membangun interaksi dengan orang tua dan siswa, nilai ulangan tercapai, materi pembelajaran tersampaikan, keluarga berpartisipasi dan fasilitas menunjang. Implikasi penelitian ini dijelaskan pada bagian pembahasan.
Mahasiswa tahun pertama seringkali dihadapkan dengan berbagai perubahan, salah satunya tuntutan akademik. Beberapa tahun terakhir, kebijakan MBKM mulai direalisasikan oleh seluruh perguruan tinggi, sehingga mahasiswa baru akan mengalami perubahan yang berbeda dengan mahasiswa sebelumnya Oleh karenanya, penyesuaian diri yang memadai dalam menghadapi tuntutan dan kebutuhan akademik diperlukan agar proses pembelajaran tetap dapat berjalan dengan optimal. Salah satu aspek yang mendorong pengembangan penyesuaian akademik pada mahasiswa adalah keyakinan mereka akan kemampuan dalam menghadapi tantangan akademik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran academic self-efficacy terhadap academic adjustment pada mahasiswa tahun pertama di program Merdeka Belajar Kampus Merdeka Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Partisipan merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2021 yang ditentukan dengan secara acak dengan proses simple random sampling (N=109). Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian noneksperimental. Pengukuran menggunakan alat ukur penyesuaian akademik yang dikembangkan berdasarkan konsep academic adjustment menurut Schneider (1964) dan alat ukur academic adjustment oleh Budiman et al. (2017). Analisis uji korelasi Pearson dan regresi linear berganda dilakukan dengan aplikasi IBM SPSS Statistics versi 23. Hasil menunjukan bahwa academic self-efficacy secara signifikan berperan terhadap academic adjustment pada mahasiswa tahun pertama program MBKM Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Upaya yang dapat dilakukan untuk membantu mahasiswa mencapai penyesuaian akademik di antaranya adalah memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan keyakinan yang kuat terhadap potensi diri, komitmen untuk menyelesaikan tugas serta pandangan positif kemampuan dalam bertindak secara efektif.
Mahasiswa bidik misi tergolong ke dalam students at risk – siswa dengan risiko gagal lebih tinggi daripada siswa lainnya. Mereka berasal dari golongan status sosial ekonomi menengah ke bawah dengan tuntutan wajib lulus 4 tahun, minimal IPK 2.5, dan ancaman dicabut beasiswa jika semua hal itu tidak terpenuhi. Untuk itulah kemampuan resiliensi diperlukan.Tujuan penelitian ini yaitu untuk membuat rancangan pendampingan 4 skills of resilience yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan resiliensi mereka. Penelitian ini mengggunakan definisi resliensi dari Reivich-Shatte (2002). Pendampingan dirancang untuk mahasiswa bidik misi Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran tingkat ketiga sebagai upaya antisipasi mereka menghadapi evaluasi akhir dari DIKTI. Berdasarkan analisis kebutuhan, sebagian besar mahasiswa bidik misi tingkat ketiga memiliki kemampuan resiliensi cenderung rendah terutama pada faktor impuls control, causal analysis, dan realistic optimism. Teknik purposive sampling digunakan untuk memilih partisipan yanng sesuai dengan kriteria peneliti sehingga didapatkanlah 3 partisipan. Empat keterampilan resiliensi yaitu Learning your ABC, Avoiding thinking traps, Challenging belief, dan Putting it in perspective akan dilatihkan untuk meningkatkan ketiga faktor yang rendah tersebut. Pendampingan ini dirancang dalam 6 sesi. Metode penelitian yang digunakan adalah Mixed Method: triangulation embedded design. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rancangan pendampingan untuk sesi I dan sesi II sudah sesuai untuk meningkatkan keterampilan resiliensi pada faktor Impuls Control. Sedangkan sesi III dan IV belum sesuai untuk meningkatkan keterampilan resiliensi (faktor Causal Analysis dan Realistic Optimism) sehingga dibutuhkan perbaikan pada konsten dan prosedur rancangan
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.