Without family support, HIV patients face negative responses and a tough life situation, which can lead to worries, guilt and sometimes ideas about ending their life. Family support can improve the confidence of HIV patients and it can lead to a longer life if it encourages the HIV patient to take their antiretroviral therapy (ARV) medicine. ARV treatment is necessary for HIV patients. When HIV patients do not comply with their ARV treatment or stop their ARV therapy, resistance to ARV becomes more likely, there is an increased risk of infecting other people with HIV, and a higher likelihood of the HIV patient dying. This study aimed to determine the relationship between family support and adherence of HIV patients to ARV therapy. This study was conducted using an analytical survey with a cross-sectional design. The total sample was 40 subjects. Data were analyzed using the Chi Square test. The results showed that there was a relationship between family support and HIV patient compliance with undergoing ARV therapy (p = 0.001). Types of family support included emotional support, instrumental support and informational support. It can therefore be concluded that the role of the family is very influential on the adherence of HIV patients to ARV therapy. Keywords: family support, obedience, HIV
Background:Osteoarthritis is a degenerative disease that affects joint-prone joints. Ginger is an herbal plant that can be used to warm compresses, gingerol content found in ginger can reduce osteoarthritis pain. Objectives: The study aimed to determine the influence of red ginger compress on the intensity of osteoarthritis pain in elderly with age 60 years and over. Methods: This study was conducted using Quasi time series design experiment. The total sample included in this study was 16 subjects that selected using purposive sampling techniques. The inclusion criteria were elderly aged 60 years and over had osteoarthritis pain and not under medication analgetic for 4 hour last. The red ginger compress is intervention was done 30 minutes and carried out as many as 3 times in 3 days, interval 1 day. Data were analyzed using Friedman test. Results: Of total subjects joined in this study, the median scale of pain on the 1st day before was given red ginger compress that is 5.00 (SD = 5.00), on day 3 is 4.00 (SD = 0.793), on the 5th day that is 3.00 (SD = 0.885) and on day 7 that is 2.00 (SD = 0.845). The results of the Friedman test found significant difference of intensity of osteoarthritis pain before and after intervention (p<0.001). Conclusion: Therapy of red ginger compress (Zingiber Officinalle Linn Var.Rubrum) was useful to reduce intensity of osteoarthritis pain among patients with osteoarthritis. A promotion such of intervention to all people in the community is essential.
Introducción: La relajación muscular se considera una terapia alternativa para el síndrome de las piernas inquietas (SPI). Objetivo: Determinar el efecto de la relajación muscular progresiva (RMP) sobre el síndrome de piernasinquietas en pacientes sometidos a hemodiálisis. Metodología: Se llevó a cabo un estudio con diseño cuasi-experimental en la unidad de hemodiálisis. Lamuestra reclutada fue de 12 encuestados tanto en el grupo de intervención como en el de control, siendo elmuestreo de conveniencia. El instrumento de investigación utilizado fue la Escala Internacional del Grupo de Estudio del SPI. Resultados: En el grupo de intervención, las puntuaciones medias del SPI antes y después fueron de22,92 y 17,42, respectivamente. En el grupo de control, las puntuaciones medias del SPI antes y despuésde la intervención fueron de 24,33 y 23,50, respectivamente. La RPM fue eficaz para mejorar el SPI (p<0,005). Conclusión: La RMP podría ser una alternativa para reducir el SPI en pacientes sometidos a hemodiálisis. Se necesitan estudios futuros para aclarar los hallazgos utilizando métodos más robustos y un tamaño de muestra mayor.
ISBAR and effective communication between nurses and doctors Background: The communication errors the main cause of events reported to the United States Joint Commission between 1995 to 2006 of 25000-30000 preventable incidents that cause permanent disability. 11% of these adverse events are due to 6% different communication problems and also because inadequate level of skills. In Indonesia, data on unexpected-events (UEs)) let alone the event of near‐miss events (NMEs) is still scarce, but on the other hand there is an increase in accusations of "mal practice", which is not necessarily in accordance with the final proof, Patient safety targets, the main element of care services to patients is effective communication. At Cibabat hospital uses SBAR communication between nurses and doctors, but there is still an element lacking in the nurse's self-introduction component when calling doctorsPurpose: This study aims to determine the description and effectiveness of ISBAR communication as effective communication between nurses and doctorsMethods: The sample of 79 nurses by survey and another nurses of 45 by observation, it done in ICU and inpatient ward. Surveys Questioners filled up direct by respondents and observation sheets filled up by supervisors through look directly at the moment a communication. The data collected is analyzed by frequency distribution from the results of surveys and all data analized by a statistical test to find the effectiveness of communication with the Wilcoxon TestResults: The survey found that has improved of 80% to 93.3% (ICU) and of 78.1% to 87.5% (Inpatient ward) of the communication component Introduction; by mention the name. Observation results introduction; mention the name of ISBAR communication there was a significant improve from 57.1% to 100% (ICU) and from 20.8% to 79.2% (inpatient ward). Wilcoxon test results were found from observations in ICU with a value of 0.003 (p <0.05) and in the inpatient ward with a value of 0.00 (p <0.05) for the introduction aspect. Therefore, this study found that ISBAR communication more effective than SBAR in terms of mentioning the names in the aspects of IntroductionConclusion: That ISBAR Communication is more effective than SBAR communication in terms of the component of name's Introduction aspect. As a result, ISBAR communication can be implemented as a standard of communication for Cibabat General Hospital and other hospitals.Keywords: ISBAR; Communication; Effective; Nurses and Doctors; HospitalPendahuluan: Kesalahan dalam komunikasi adalah penyebab utama peristiwa yang dilaporkan ke Komisi Bersama Amerika Serikat antara 1995 dan 2006 yaitu dari 25000-30000 kejadian buruk yang dapat dicegah menyebabkan cacat permanen 11% kejadian buruk ini adalah karena masalah komunikasi yang berbeda 6% dan juga karena tidak memadai tingkat ketrampilannya. Di Indonesia data tentang kejadian tidak diharapkan (KTD) apalagi kejadian nyaris cedera (KNC) masih langka, namun di lain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Sasaran keselamatan pasien, unsur yang utama dari layanan asuhan ke pasien adalah komunikasi efektif.RSUD Cibabat menggunakan komunikasi SBAR dalam komunikasi dengan dokter, tapi masih ada unsur kurang dalam komponen mengenalakan diri perawat saat menelpon dokterTujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan keefectivan komunikasi ISBAR sebagai komunikasi efektif antara perawat dan dokterMetode: Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 79 perawat untuk survey ruang ICU dan rawat inap dan 45 perawat untuk observasi di ruang ICU dan rawat inap. Questioner di berikan kepada responden survey dan lembar observasi di berikan kepada tim Supervisor rumah sakit dengan melihat langsung komunikasi yang dilakukan. Data yang terkumpul di analisa dengan disribusi frequency dari hasil survey dan observasi dan kemudian data observasi di lakukan uji statsistik untuk melihat keefectivan dengan Uji WilcoxonHasil: Hasil penelitian didapatkan untuk Survey ditemukan bahwa peningkatan dari dari 80% menjadi 93,3%. (ICU) dan 78,1 % menjadi 87,5% (Rawat inap) dari komponen komunikasi Introduction; menyebutkan nama. Hasil observasi Introduction; menyebutkan nama dari komunikasi ISBAR terjadi peningkatan significan dari 57,1 % menjadi 100% (ICU) dan dari 20,8% menjadi 79,2 % (Rawat inap). Uji hasil test wilcoxon ditemukan dari hasil observasi di ruang ICU dengan nilai 0,003 (p< 0.05) dan di ruang rawat inap dengan nilai 0,00 (p< 0,05) untuk aspek introduction. Sehingga dari penelitian ini disimpulkan bahwa Komunikasi ISBAR lebih efective untuk diterapkan dari pada komunikasi SBAR dalam hal komponen Meneyebutkan nama di aspek IntroductionSimpulan: penelitian ini menyimpulkan bahwa Komunikasi ISBAR lebih efective untuk diterapkan dari pada komunikasi SBAR dalam hal komponen menyebutkan nama di aspek Introduction. Sehingga komunikasi ISBAR bisa jadikan standard komunikasi untuk RSUD Cibabat Khususnya dan Rumah sakit lain pada umumnya.
Latarbelakang : Kejadian pasti hiperurisemia di masyarakat masih belum jelas. Namun dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Cipageran pada tanggal 8 agustus 2018 terjadinya peningkatan angka kejadian asam urat yang meningkat setiap bulann ya (Januari-Juni 2018), asam urat (gout) mencapai 17 kasus. Sedangkan menurut data dari Rikesdas 2013 1 prevalensi gagal ginjal kronis di Indonesia sebesar 0,2 % dan penyakit batu ginjal sebesar 0,6 %. Peningkatan kadar asam urat terdapat supersaturasi urat dalam plasma dan cairan tubuh dan diikuti dengan pengendapan kristal-kristal urat di luar cairan tubuh dan endapan dalarn dan sekitar sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Apabila terjadi hiperurisemia dalam jangka waktu lama akan menyebabkan fungsi ginjal dalam melakukan filtrasi akan meningkat dan dapat memungkinkan terjadinya penurunan fungsi ginjal. D ari keadaan hiperurisemia ini dapat mengakibatkan terjadinya kondisi patologis yaitu gagal ginjal. Sehingga untuk mengetahui fungsi ginjal masih dalam batas normal harus dilakukan upaya deteksi awal dari mengetahui kadar tingginya asam urat dalam darah dengan kejadian penurunan fungsi ginjal melalui beberapa indikatornya. Tujuan : Penelitian ini bertujuan umum mengidentifikasi korelasi early skrinning hiperurisemia dengan resiko gagal ginjal akut. Sedangkan pada tujuan khususnya yaitu mengidentifikasi rata-rata kadar asam urat yang tinggi, tekanan darah, MAP, Ureum, Kreatinin dan GFR, mengetahui korelasi hiperurisemia dengan GFR, mengetahui korelari hiperuresemia dengan tekanan darah, MAP, Ureum, Kreatinin. Metode : Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian deskripsi korelatif dengan jenis rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan terhadap 30 responden dengan kadar asam urat lebih dari normal melalui teknik purposive sampling. Kriteria responden yaitu usia 36-65 tahun dan kadar asam urat darah lebih dari normal. Responden yang memenuhi kriteria selanjutnya di lakukan pemeriksaan tekanan darah, MAP, berat badan, ureum dan kreatinin dalam darah dan GFR. Analisa data pada penelitian ini adalah univariat menggunakan data numerik dengan nilai mean pada kadar asam urat, tekanan darah, MAP, Kreatinin, Ureum. Analisa Bivariat didapatkan data tidak berdistribusi normal, sehingga sebagai uji alternatif menggunakan uji rank spearment. Analisa multivariat untuk melihat hubungan variabel variabel digunakan uji Regresi linier. Hasil : Rerata setiap variabel, yaitu variabel tekanan darah dengan nilai mean sistolik 138,43 , nilai mean diastolik 81,47 , nilai mean MAP 100.733 , nilai mean asam urat (hiperuresemia) 7,190 , nilai mean ureum 19,777 , nilai mean kreatinin 1.265 dan nilai mean GFR 52.533. Nilai korelasi hiperiresemia dengan GFR adalah 0,066 (p value > α (0,05) yang menunjukkan bahwa korelasi hiperuresemia dengan fungsi ginjal melalui pemeriksaan GFR tidak bermakna. Nilai korelasi ...
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.