Terjadi kenaikan kasus kecelakaan lalu lintas 5,13% dari tahun 2015 (96.233 kasus) ke 2016 (106.644 kasus)(BPS, 2019). Kecelakaan lalu lintas tersebut dapat dicegah dengan pengetahuan mengemudi aman yang tinggi dan masa kerja lama yang dimiliki oleh sopir bus. Sopir tersebut dapat lebih terampil dan mengetahui risiko dari pekerjaanya sehingga lebih berhati-hati dan menerapkan perilaku mengemudi aman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan mengemudi aman dan masa kerja dengan perilaku mengemudi aman. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Responden merupakan sopir bus PO. X Kutoarjo sejumlah 93 orang. Teknik sampling yang digunakan yaitu simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner untuk mengetahui pengetahuan mengemudi aman, masa kerja, dan perilaku mengemudi aman. Kemudian dilakukan analisis menggunakan uji Somers’d dan uji regresi ordinal berganda. Hasil uji somers’d diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan mengemudi aman dengan perilaku mengemudi aman (p= 0,000; r=0,683), dan terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan perilaku mengemudi aman (p= 0,000; r=0,606). Hasil uji regresi ordinal berganda menunjukkan bahwa pengetahuan mengemudi aman dan masa kerja sama-sama berpengaruh terhadap perilaku mengemudi aman, dan diketahui pengetahuan mengemudi aman memiliki kekuatan pengaruh yang lebih besar dibandingkan masa kerja terhadap perilaku mengemudi aman (p=0,000 ; OR=7,677 ; p=0,001 ; OR=6,060), artinya terdapat hubungan pengetahuan mengemudi aman dan masa kerja dengan perilaku mengemudi aman. Pengetahuan merupakan faktor pendahulu dalam perilaku seseorang. Pengemudi yang memiliki pengetahuan mengemudi aman yang baik akan memiliki kesadaran yang tinggi mengenai pentingnya mengemudikan kendaraan dengan aman. Masa kerja berhubungan dengan perilaku mengemudi aman, semakin lama masa kerja pengemudi maka semakin baik perilaku mengemudi aman yang dimiliki.
Sektor konstruksi merupakan salah satu penyumbang kecelakaan tertinggi. Sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh tindakan tidak aman, salah satunya kegagalan dalam menggunakan APD. Perilaku pemakaian APD dipengaruhi banyak faktor termasuk didalamnya pengetahuan dan pengawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan pengawasan terhadap pemakaian APD pada pekerja konstruksi PT WIKA Beton Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian Observasional Analitik dengan pendekatan Cross Sectional dengan tenik sampling yaitu Simple Random Sampling. Sampel penelitian adalah 54 tenaga kerja pria. Tingkat Pengetahuan, Pengawasan dan Perilaku Pemakaian APD diukur menggunakan kuesioner. Data yang didapat dianalisis dengan uji Gamma dan Somers'd untuk hubungan variabel bebas dengan variabel terikat, kemudian untuk analisis multivariat dengan uji Regresi Logistik Berganda. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pemakaian APD pada nilai signifikansi p = 0.018 dan nilai r = 0.538 dan hubungan antara pengawasan dengan perilaku pemakaian APD pada nilai signifikansi p = 0.012 dan nilai r = 0.291. Berdasarkan analisis multivariat diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan merupakan variable yang paling berpengaruh terhadap perilaku pemakaian APD dengan p-value = 0.005 dan OR = 37.263, kemudian pengawasan dengan p-value = 0.038 dan OR = 9.048 dan masa kerja dengan p-value = 0,074 dan OR = 0.115. Kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan pengawasan terhadap perilaku pemakaian APD. Variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap perilaku pemakaian APD adalah tingkat pengetahuan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.