Purpose of this community service activity is to improve the empowerment of the community in transferring information and skills from officers to the community and among fellow citizens and to bring basic health services especially related to the reduction of maternal mortality rate (MMR), infant mortality rate (IMR) and under-five mortality rate and to achieve the goals of Healthy Cities. The target to be achieved is that cadres can increase their knowledge and skills in carrying out posyandu activities independently. The method used is to provide cadre training with the number of hours of training for 3 days @ 5 hours of training (45 minutes per hour of training). The participants were posyandu cadres in the area of Kersanagara Village, Cibeureum District, Tasikmalaya City, as many as 22 people. Cadres are given a pretest at the beginning of the meeting and post-test at the end of the meeting as an evaluation of the activities carried out. Facilities and infrastructure to be used LCD, laptop, mic, TOA, posyandu cadre training modules & materials, posyandu props, sphygmomanometer, stethoscope, weighing scales, dacin scales, metlines. The results of cadre refresher activities were an increase in knowledge after training with an average pretest score of 68, post-test 80, so that the average increase in knowledge was 11 points. Cadres can also practice blood pressure measurement, weighing using dacin, system posyandu 5 table practices, counseling practices and recording reporting. The output of this community service activity is the production of modules and the publication of the results of community service activities. Facilities and infrastructure so that they can be equipped so that posyandu services can be optimized. Posyandu cadres further increase motivation to conduct counseling.
Penyakit Scabies merupakan penyakit kulit yang menular dimana penularan akan semakin cepat pada sekumpulan orang yang tinggal bersama, seperti pada santri di pondok pesantren. Tujuan penelitian adalah ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian Scabies pada santri di Pesantren Manbaul Ulum Jamanis Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian menggunakan analitik komperatif dengan cross sectional pada 68 sampel. Pengambilan sampel secara acak sederhana. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian adalah sebagain besar tingkat pengetahuan kategori kurang (61,8%) dan kejadian scabies lebih dari setengahnya (51,5%). Hasil uji Chisquare diperoleh nilai =0,001 (<0,05), berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian penyakit scabies pada santri. Pengetahuan santri tentang pencegahan, cara penularan, upaya pengobatan, serta menjaga kebersihan diri maupun lingkungan diharapkan mampu menekan bahkan meniadakan prevalensi scabies di pesantren. Simpulannya adalah pengetahuan santri tentang scabies berhubungan erat dengan kejadian scabies. Penulis menyarankan pada pengelola pesantren untuk memasukan materi kesehatan dengan kajian nilai-nilai islam terutama kebersihan diri dan lingkungan pada kurikulum pesantren.
Kejadian diabetes mellitus diakibatkan oleh beberapa faktor risiko baik itu yang bisa dikendalikan maupun yang tidak bisa dikendalikan. Usaha pengendalian bisa dilakukan baik secara farmakologi atau nonfarmakologi. Tatalaksana pengobatan diabetes mellitus tipe 2 dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi sel beta pankreas dalam mengsekresikan insulin serta meningkatkan sensitivitas reseptor insulin pada sel. Sedangkan untuk tatalaksana nonfarmakologi umumnya dilakukan dengan mengkonsumsi bahan yang dapat menekan faktor pencetus kejadian tersebut. Okra (Abelmoschus esculentus) merupakan tanaman yang secara empiris telah terbukti dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit diabetes mellitus, namun pembuktian secara ilmiah dari efektivitas tanaman ini masih sangat kurang. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait pengaruh ekstrak buah okra terhadap kadar insulin c-peptida dan kadar gula darah pada tikus diabetes mellitus yang diinduksi dengan streptozotosin intraperitoneal dalam rentang waktu 25 hari. Kadar c-peptida diukur pada hari ke 25 dengan metode Electro Chemiluminesencent Immune Assay (ECLIA). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunujukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna pada kadar insulin c-peptida pada semua kelompok uji (0,01 ng/ml). Hasil yang mengesankan diperoleh bahwa okra kering memiliki efek lebih kuat dibandingkan metformin (p = 0,002), okra cair (p = 0,754), dan blangko (p = 0.01) dalam menurunkan kadar gula darah. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa ekstrak okra baik kering (serbuk) atau cair dapat menurunkan kadar gula darah pada tikus DM yang diinduksi dengan streptozotosin.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.