Domestic soybean production tended to fall from year to year. This is related to the low participation of farmers in soybean farm. This study aimed to obtain an objective picture about the profitability of soybean farming in three different agro-ecosystems, namely irrigated land, rain-fed lowland, and dry land. The analysis uses a matrix approach to policy analysis (PAM). Data obtained from the survey conducted in 2009 in three provinces, namely West Java, East Java and South Sulawesi. The research results showed that soybean farming in the three agro-ecosystems is quite efficient and competitive. The competitive advantage analysis indicates that domestic produced soybean could be a substitute for imported soybean. Increased participation of farmers in soybean farming is constrained by the lack of availability of high yielding variety of seeds, farming risk is quite high, and there is no price guarantee for soybean product. Key words: competitiveness, policy, soybean, production, farming ABSTRAKProduksi kedelai domestik cenderung turun dari tahun ke tahun. Hal ini terkait dengan rendahnya partisipasi petani dalam usahatani tanaman kedelai. Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran objektif mengenai profitabilitas usahatani kedelai di tiga agroekosistem yang berbeda yaitu di lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan tegalan. Analisis menggunakan pendekatan matrik analisis kebijakan (PAM). Data diperoleh dari hasil survei pada Tahun 2009 di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani kedelai di tiga agrosistem tersebut cukup efisien dan keunggulan kompetitifnya cukup memadai sebagai substitusi impor. Peningkatan partisipasi petani dalam usahatani kedelai terkendala oleh kurang tersedianya benih unggul bermutu, risiko usahatani yang cukup tinggi, dan tidak adanya jaminan harga jual kedelai yang layak.
<p><strong>English</strong><br />The concept of food sovereignty officially becomes an objective and an approach in national food development such as depicted in Law No. 18/2012 on Food along with food self-sufficiency and food security. However, up to now formulation and understanding of food sovereignty is various and unclear. This article aims to review the concept of food sovereignty at international and national levels. Food sovereignty is a strategy to improve food security as the ultimate goal of food development because the concept is in fact consistent and complementary. Food sovereignty is related with farmers' rights and access to the entire agricultural resources including land, water, production factors, technology, and marketing as well as on consumption. This condition is measurable at various levels at individual, household, community, regional, and national levels.</p><p> </p><p><strong>Indonesian</strong><br />Konsep kedaulatan pangan secara resmi telah menjadi tujuan dan juga pendekatan dalam pembangunan pangan nasional, sebagaimana tercantum dalam UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, bersama-sama dengan kemandirian pangan dan ketahanan pangan. Namun demikian, sampai saat ini perumusan dan pemahaman tentang kedaulatan pangan masih beragam dan kurang jelas. Tulisan ini bertujuan melakukan review konsep kedaulatan pangan yang berlangsung di dunia internasional dan dalam kebijakan-kebijakan pemerintah di Indonesia. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa kedaulatan pangan merupakan suatu strategi dasar untuk melengkapi ketahanan pangan sebagai tujuan akhir pembangunan pangan, karena kedua konsep ini sesungguhnya sejalan dan saling melengkapi. Hasil dari pendalaman terhadap berbagai konsep, dirumuskan bahwa kedaulatan pangan berkenaan dengan hak dan akses petani kepada seluruh sumber daya pertanian mencakup lahan, air, sarana produksi, teknologi, pemasaran, serta terhadap konsumsi. Kondisi ini dapat diukur pada berbagai level baik level individu, rumah tangga, komunitas, wilayah, dan juga nasional.</p>
Recently national milk production has not met the domestic consumption due to slow development of dairy cattle agribusiness. That is why the dairy cattle agribusiness needs to be developed to fulfill national milk consumption. Limited milk production is due to small dairy cattle agribusiness scale, low milk production capacity, and cheap selling price that is not equal to the relatively high production cost leading to low farmers' low income. In dairy cattle agribusiness the farmers are integrated with the milk-oriented cooperatives that play important role in the development of dairy cattle agribusiness. To encourage the development of dairy cattle agribusiness it is necessary to empower the cooperatives in order to improve agribusiness scale, to enhance milk production capacity, and to lower the production cost. Cooperatives empowerment is conducted through provision of improved female dairy cattle, high quality of concentrate at affordable price, and better management of the cooperatives. Key words : empowerment, cooperatives, agribusiness, milk ABSTRAKKonsumsi susu nasional Indonesia sampai saat ini belum dapat dipenuhi melalui produksi dalam negeri, sebagai akibat lambannya perkembangan agribisnis sapi perah. Oleh karena itu pengembangan agribisnis sapi perah dipandang perlu dipacu agar produksi susu memenuhi kebutuhan susu nasional. Faktor utama penyebab ketidakmampuan produksi susu nasional dalam memenuhi permintaan konsumsi susu nasional adalah karena skala usaha yang kecil, kemampuan produksi susu rendah, harga jual susu yang tidak memadai dan biaya produksi yang relatif tinggi. Hal ini menjadikan pendapatan peternak menjadi rendah. Dalam agribisnis sapi perah, peternak tidak bisa lepas dari keberadaan koperasi. Untuk memacu perkembangan agribisnis sapi perah, perlu adanya pemberdayaan koperasi untuk meningkatkan skala usaha, meningkatan kemampuan produksi susu dan menekan biaya produksi. Pemberdayaan dilakukan melalui penyediaan sumber bibit sapi perah betina, penyediaan pakan konsentrat yang berkualitas dengan harga yang terjangkau, maupun bisnis KPS. PENDAHULUANSusu mengandung zat gizi bernilai tinggi yang dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat dari segala lapisan umur untuk menjaga pertumbuhan, kesehatan, dan kecerdasan berpikir. Begitu pentingnya susu, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk membangun suatu bangsa yang cerdas dan sehat, penyediaan susu bagi masyarakat merupakan hal yang mutlak. Namun, disisi lain menunjukkan bahwa sebagian besar susu yang tersedia dan beredar di pasaran merupakan produk impor, kontribusi produksi nasional sangat kecil, itupun harus melalui "perjuangan" dari Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) untuk meningkatkan quota dan harga beli susu segar produksi dalam negeri dari indusri pengolah susu (IPS). Ketergantungan akan penerimaan dari IPS menyebabkan pengembangan agribisnis sapi perah di Indonesia relatif lamban. Pada periode tahun 2007 jum-
<strong>English</strong><br />Livestock industry in Indonesia is prosperous despite some constraints. The objective of this paper is to critically review livestock industry development in the country. Assessment was based on Statistical Center Agency data, research results, and many opinions to describe the present livestock industry. Assessment was focused on problems identification faced by the livestock industry in connection with domestic and global markets.<br /><br /><br /><strong>Indonesian</strong><br />Kondisi peternak di Indonesia saat ini memberikan janji masa depan yang baik sekalipun masih banyak persoalan yang dihadapi.Tujuan utama kajian ini adalah melakukan review secara kritis terhadap perkembangan industri peternakan di Indonesia. Kajian berdasarkan data BPS dan review literatur hasil penelitian dan pemikiran berbagai pihak dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan industri peternakan dan masalah-masalah yang dihadapi saat ini. Fokus kajian adalah mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh industri permintaan dikaitkan dengan permintaan dalam pasar domestik dan global.
<strong>English</strong><br />Red chili is one of the essential horticultural commodities because it is the main cooking spice for the Indonesian people. This paper discusses the integration of the red chili market in Indonesia using monthly price data for the period 2011-2016. Market integration is analyzed using Johansen cointegration models. The Engle-Granger (EG) causality test results show that producer prices and wholesale prices affect consumer prices, there is a one-way causal relationship. Therefore, the causality approach accepts the Law of One Price (LOP) hypothesis of red chili price. The results of the co-integration model show that the market for red chili is well integrated. Furthermore, variance decomposition analysis shows that Medan is the market leader for chili in Indonesia.<br /><br /><br /><strong>Indonesian</strong><br />Cabai merah adalah salah satu komoditas hortikultura yang penting karena merupakan bumbu masak utama bagi masyarakat Indonesia. Makalah ini membahas integrasi pasar cabai merah di Indonesia dengan menggunakan data harga bulanan periode 2011-2016. Integrasi pasar dianalisis dengan menggunakan Johansen kointegrasi model. Hasil uji kausalitas Engle-Granger (EG) menunjukkan bahwa harga produsen dan harga grosir mempengaruhi harga konsumen, ada hubungan kausal satu cara. Oleh karena itu, pendekatan kausalitas menerima hipotesis Hukum Satu Harga (LOP) komoditas cabai merah. Hasil dari model co-integration menunjukkan bahwa pasar cabai merah terintegrasi dengan baik. Selanjutnya, analisis variance decomposition menunjukkan bahwa Medan adalah pasar acuan (price leader) untuk harga cabai di indonesia.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.