<p class="Default"><strong><span>Introduction: </span></strong><span>This study aims to show the misrepresentation of minority groups, specifically widowed women (hereinafter referred to as <em>janda</em>) in the era of convergence of media content (television as well as streaming and social media) in Indonesia. Media as the fourth pillar of democracy are supposed to inform and represent everything in a balanced and fair manner, instead of favoring the interests of the majority. The question we attempt to answer is: how the misrepresentation of <em>janda</em> on converged media content (FTVs) in a patriarchal society?<strong></strong></span></p><p class="Default"><strong><span>Methods: </span></strong><span>This study applied feminist perspective in media convergence as well as the narrative analysis of Chatman.<strong></strong></span></p><p class="Default"><strong><span>Findings: </span></strong><span>In general, the results of the study show that the convergence has not been in favor of <em>janda</em>, indicating that internet technology does not only strengthen the gender-biased values of media industry person in massively distributing FTVs (via streaming and social media) that threaten minorities, but also ignores the opposing feedback from netizens. As a result, the minority groups are increasingly muted. Reproduction of labelling of <em>janda</em> is a strategy of media owners to obtain maximum profits.<strong></strong></span></p><strong><span>Originality: </span></strong><span>We noted many studies on <em>janda</em> conducted from various scientific perspectives. However, studies that observe the depiction of <em>janda</em> in the media convergence in the perspective of communication studies are scarce. This study provides a discussion on the representation of <em>janda</em> in the vortex of capitalism in media convergence as the major novelty in this line of study.</span>
Selama ini, struktur komunikasi antara buruh tani perempuan dan laki-laki masih bias. Hal ini mengakibatkan kesejahteraan buruh tani perempuan sangat jauh dibandingkan buruh tani laki-laki. Hal tersebut berakar dari struktur dominasi komunikasi laki-laki dalam pengelolaan dan penggarapan lahan Pertanian. Oleh karena itu, penelitian ini menghadirkan pengalaman pengelola lahan pertanian perempuan sebagai wujud pemberdayaan petani perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi. Fenomenologi digunakan untuk mengetahui pengalaman sadar seorang perempuan dalam mengelola lahan pertanian terkait struktur atau aturan yang dibuatnya bagi buruh perempuan petani yang bekerja di bawahnya. Teori yang digunakan adalah Strukturasi Gender dan Ekofeminisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur komunikasi asimetris merupakan penyebab utama perempuan pengelola lahan pertanian masih mengadopsi pola pikir patriarki. Informan dalam penelitian memiliki pekerja laki-laki dan perempuan. Namun, laki-laki diberi peran lebih banyak dalam pengolahan lahan bertanian sehingga mendapatkan insentif lebih besar dari pekerja perempuan. Selain itu, status informan yang seorang perempuan dan tidak lagi memiliki suami ternyata membuatnya tidak memiliki kepercayaan diri dalam mengelola lahan pertanian tanpa memberikan akses lebih kepada para petani laki-laki. Informan yang merupakan perempuan ternyata menganggap buruh tani perempuan lemah. Dengan demikian, struktur komunikasi asimetris memberikan kekuasaan lebih pada petani laki-laki dikarenakan bias bahasa yang mengangap perempuan lemah sehingga berimplikasi pada pembagian pekerjaan dan penciptaan teknologi pertanian yang hanya diperuntukkan bagi kaum laki-laki.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.