Math is taughtwith the aimto prepare students to be able to usemathematics andmathematicalmindset in everyday life. In studying mathematics,many students bothmen and women considermathematics as a boring subject. Based on this, the gender aspect in learning mathematics become educators concern. Gender differences not only result in differences in mathematical ability, but also a way of gaining knowledge of mathematics. Some of the notion that women are not quite managed to learn math than men. In addition, women almost never have a thorough interest in theoretical questions such as the male. Women are more interested in practical matters than the theoretical. But on the other hand, not a few female students who have success in math skills. Writing this article aims to analyze some of the results of research on gender differences in mathematics learning. The methodology used is a literature study. This study found evidence of differences in the strategies used boys and girls, even to solve the spatial.
AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis daya juang/Adversity Quotient (AQ) siswa dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aspek gender. Penelitian ini merupakan studi survey kuantitatif pada siswa di MTs Pondok Pesantren Al-Munawawarah Pekanbaru, siswa kelas VIII yang terdiri dari 75 siswa perempuan dan 63 siswa laki-laki. Data dikumpulkan melalui skala AQ dan dianalisis dengan statistik deskriptif dan inferensial (uji-t). Indikator AQ terdiri dari control, origin, ownership, reach, dan endurance. Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan masing-masing mean indikator untuk kedua kelompok, namun dari hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan AQ matematis siswa antara kedua kelompok jender siswa. Melalui uji variansi, AQ Matematis siswa pada kedua kelompok homogen. Indikator AQ siswa laki-laki berkategori tinggi yaitu endurance dan reach. Sedangkan pada siswa perempuan yaitu aspek control. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam studi literatur untuk mengidentifikasi AQ siswa serta upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan AQ siswa dalam pembelajaran matematika. Kata kunci: adversity quotient, jender, metakognitif AbstractThe aim of this study is to analyze students' Adversity Quotient (AQ) in mathematics learning viewed from gender aspect. This study is quantitative survey study on students in MTs AlMunawarah Boarding School, Pekanbaru. The subjects of study are 8 th grade students consisting of 75 girls and 63 boys. Data are collected by AQ scale and analyzed with statistic descriptive and inferential (test-t). The indicator of AQ consist of control, origin, ownership, reach and endurance.The result of descriptive analysis shows that there is difference in mean of each indicator for two groups, but analysis of test-t shows that there is no difference in students' mathematical AQ for two group of gender. Through variance test, students' mathematical AQ in two groups is homogeneous. The indicator of AQ in boys which is categorized as high are endurance and reach. While, the indicator in girls is aspect of control. This study contributes to literature study in identifying students' AQ and the effort done to enhance students' AQ in mathematics learning.
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan LKS matematika berbasis pendekatanRealistic Mathematic Education (RME) pada materi pokok segitiga. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Bengkalis. Model pengembangan yang digunakan adalah ADDIE, yaitu: (A)nalysis, meliputi analisis kurikulum dan analisis kebutuhan; (D)esign, meliputi penyusunan LKS; (D)evelopment, dilakukan pengembangan LKS matematika denganRME; (I)mplementation, dilakukan pada kelompok kecil dan kelompok besar untuk mendapatkan data praktikalitas dan kemampuan berpikir kritis matematis; (E)valuation, dilakukan untuk menganalisis data berdasarkan tahap implementation. Hasil penelitian melalui angket yang dilakukan oleh ahli media adalah 90%, ahli materi 85,45%, uji kelompok kecil 90,08%, uji kelompok besar 89,14%, dan hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa mencapai 84,79%. Data tersebut menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan layak dan praktis dalam menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.Kata kunci: Lembar Kerja Siswa, RME, kemampuan berpikir kritis matematis PENDAHULUANSebagai salah satu bidang studi yang terus berkembang dari waktu ke waktu, matematika menjadi lebih bersifat teoritis dan abstrak. Hal inilah yang membuat siswa merasakan bahwa matematika adalah pelajaran yang membosankan dan sulit serta siswa tidak mengetahui dan merasakan manfaat dari matematika itu sendiri.Teori dan konsep yang jarang dikenalkan dalam kehidupan sehari-hari dan jarang digunakanlah yang sering dibahas di bidang studi matematika. Belajar matematika tidak hanya sekedar menghapal rumus saja, tetapi siswa harus berpikir kritis bagaimana cara mendapatkan jawaban sesuai dengan konsep dan langkah-langkah. Berpikir kritis adalah berpikir dengan baik dan merenungkan atau mengkaji tentang proses berpikir orang lain (Surya, 2011). Berpikir kritis merupakan sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain (Johnson, 2011). Berpikir kritis adalah sebuah proses penggunaan kemampuan berpikir secara terarah dan jelas untuk membantu seseorang menyusun, mengevaluasi dan mengaplikasikan keputusan tentang apa yang dipercaya dan dikerjakan (Wijaya, 2012). Keinginan siswa mendapat jawaban dengan rumus praktis akan mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kritis. Sehingga guru harus bekerja ekstra agar siswa bisa memahami materi dengan baik dengan meningkatkan aktivitas belajar siswa. Selain itu, untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru seharusnya memberikan tambahan panduan siswa, yaitu bahan ajar. Bahan ajar yang digunakan dapat mempermudah siswa dalam mempelajari konsep dasar pelajaran. Salah satu bahan ajar adalah berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berguna untuk memahami dan memperkuat pemahaman siswa terhadap matematika.Sebagai seorang guru seharusnya memberikan tambahan panduan siswa, yaitu bahan ajar. Salah satunya bahan ajaradalah berupa Lembar Kerja Siswa untuk Suska Journal of Mathematics Education
Penyakit corona virus baru (COVID-19) yang telah menyebar ke banyak negara, termasuk Indonesia sangat berdampak besar bagi sendi–sendi kehidupan salah satunya adalah sektor pendidikan. Hingga memberi dampak pada dunia pendidikan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Proses pembelajaran yang biasanya terdapat pertemuan dikelas sekarang dialihkan dengan pertemuan daring atau online ataupun work from home (WFH). Pada abad 21 ini para pendidik baik dosen maupun guru dituntut untuk melek teknologi. Dengan melek teknologi paradigma proses pembelajaran dikelas diganti dengan proses pembelajaran jarak jauh menggunakan berbagai aplikasi seperti google classroom, group Whastap, zoom, google meet dan lain sebagai sumber media baru agar proses pembelajaran di sekolah dan universitas tetap dapat berjalan dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di MTS Swasta di pekanbaru yaitu MTS al-Mutaqqin dan Darel Hikmah sebagai sekolah dampingan program pintar tanoto foundation dan universitas Islam negeri sultan syarif kasim riau. Dari hasil penelitian ini ditemukan dampak positif dan negative proses pembelajaran jarak jauh (e-learning) yang dirasakan oleh guru dan siswa, tapi dampak ini lebih cenderung kepada dampak negative. Diharapkan para pemangku kebijakan dapat memberikan bantuan tidak hanya berupa masukan dan kebijakan tetapi dalam bentuk yang lebih konkrit dan mengena baik kepada para pendidik maupun siswanya.
Students' success in learning is inseparable from their high level of fighting power or the Adversity Quotient (AQ) they have. This study examines whether there was an Adversity Quotient (AQ) difference between Boarding Schools (BS) and Non-Boarding Schools (NBS) students through the application of metacognitive learning Think-aloud cooperative setting through the application of metacognitive learning Think-aloud cooperative setting Think-Pair-Share (MTPS), Think-Pair Square (MTPQ), and Conventional Class (CC). The researchers used quasiexperimental research design. The data collection in this study involves students in 2 schools namely; boarding schools (BS) and non-boarding schools (NBS) system in Pekanbaru. With statistics analysis of ANOVA, it was found that there was a difference of AQ of students to the learning of mathematics in the three groups of learning strategies (MTPS,MTPQ, CC). The strategies that best influence the successive AQ of students are the strategies of MTPS, CC, MTPQ. There was also an interaction effect between learning strategies with the school system on AQ students. Student AQ is higher in the NBS group in BS students. Student AQ indicators are high on control and reach aspects, while other indicators are categorized (origin, ownership, and endurance). This research contributes to the development of the study of metacognitive think-aloud strategy and adversity quotient in mathematics learning.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.