The discourse on the Qur'an, until now, is still dominated by the dimensions of the internality of the Qur'an rather than its external dimension. Such conditions create the gap between the Qur'an on one hand and the readers or users of the Qur'an on the other. With using some cases of creating external Quranic dialouging as the core of analysis, this paper will answer the question how to re-readsome classical ideas or concepts in Islamic teaching and studies, especially those relating to the Qur'an, which actually shows the development of discourse for the context of the externalities of the Qur'an in the form of vertical dialogue between readers of al-Quran and the Qur'an itself. Although the existing discourse is still stay in the theological nuances and human interaction with the God, but the discourse has the potential to be further developed to enrich the tradition of Qur'anic studies. At the same time, in the perspective of the classical living al-Qur'an, it shows that the dialogue of Qur'an in the context of its externality means to dialogue the Qur'an in the context of humanity. Although it can not be separated from the divine dimension, the Qur'an becomes more alive in society and its humanity in the form of dialoging Qur'an with its readers and humankind generally.Abstrak: Wacana tentang Alquran, hingga saat ini, masih didominasi oleh dimensi internalitas Alquran daripada dimensi eksternalnya. Kondisi seperti itu menciptakan kesenjangan antara Alquran di satu sisi dan pembaca atau pengguna Alquran di sisi lain. Dengan menggunakan beberapa kasus dialog eksternal Quran sebagai inti dari analisis, artikel ini akan menjawab pertanyaan bagaimana membaca kembali beberapa ide atau konsep klasik dalam pengajaran dan studi Islam, terutama yang berkaitan dengan Alquran, yang sebenarnya menunjukkan perkembangan wacana untuk konteks eksternalitas Alquran dalam bentuk dialog vertikal antara pembaca dan Alquran itu sendiri. Meskipun wacana yang ada masih tetap bernuansa teologis dan interaksi manusia dengan Tuhan, namun wacana tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut untuk memperkaya tradisi kajian Alquran. Pada saat yang sama, dalam
Scholars have long debated whether the relationship between Islam and Javanese culture should be considered syncretism or inculturation. This article analyzes Javanese literature to discuss post-syncretism in Islamic studies. It argues that Javanese literature exemplifies the vernacularization of Islamic theology into Javanese language and discourse. It describes how Islamic theology was used in eight Javanese texts at different historical points in the 19th Century. The leading Islamic theological terms (God, angels, Al-Qur’an, Prophet, and the Last Day) have consistent meanings in the Javanese text. Differences were only found in spelling, pronunciation, and written script that converted Arabic to Javanese and Pegon. Vernacularization functions as a tool for transmitting knowledge while the substance, meaning, and content remain unchanged. Therefore, there is no evidence of syncretism in using these terms. Syncretism may have operated in Javanese culture (e.g., Javanese Islamic rituals), but it does not appear that syncretism has penetrated the realm of theology. Accordingly, future studies on local Islam should explore discursive traditions and how knowledge has been generated alongside the process of Islamization.[Para sarjana telah berdebat lama apakah hubungan Islam dan budaya Jawa, sebaiknya berupa sinkretisme atau inkulturasi. Artikel ini membahas literatur Jawa untuk mendiskusikan post-sinkretisme dalam kajian Islam. Hasilnya menunjukkan bahwa literatur Jawa mencerminkan penyebaran teologi Islam melalui bahasa Jawa dan wacananya. Artikel ini menunjukkan teologi Islam dalam enam teks Jawa dengan penekanan historis yang berbeda pada abad 19. Istilah teologi penting seperti, Allah, malaikat, al-Qur’an, nabi dan kiamat, mempunyai makna yang tetap dalam teks Jawa. Perbedaan yang muncul hanya ejaan, pengucapan dan penulisan saat dialihkan dari bahasa Arab ke bahasa Jawa dan aksara pegon. Pribumisasi berfungsi sebagai alat transmisi pengetahuan, sedangkan substansi, makna dan kandungannya tidak berubah. Oleh karena itu tidak ada sinkretisme yang digunakan dalam pribumisasi ini. Sinkretisme mungkin berlangsung di wilayah budaya, tetapi tidak dalam konteks teologi. Dengan demikian, kajian ke depan tentang Islam lokal mengarah pada diskursif tradisi dan bagaimana pengetahuan berkembang seiring dengan proses islamisasi.]
Untuk mencari hubungan fungsional antara dua variabel yang berpasangan dapat digunakan Analisis regresi. Salah satu bentuk regresi adalah regresi linier. Adapun variabel tersebut dikelompokkan menjadi variabel tak bebas dan variabel bebas. Bentuk model persamaan regresi linier adalah , dimana merupakan variabel tak bebas dan meruapakan variabel bebas, sedangkan a dan b merupakan konstanta. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar derajat hubungan tersebut diguankan analisis korelasi. Untuk menganalisa dan menentukan persamaan regresi dan koefisien korelasinya serta pengujiannya terhadap persamaan regresi yang diperoleh dapat menggunakan aplikasi komputer. Saat sekarang ini banyak aplikasi komputer yang menyediakan fasilitas dalam menganalisis regresi dan korelasi. Melalui pemrograman Visual Basic dapat dibuat aplikasi untuk menganalisis regresi dan korelasi serta pengujiannya dengan tampilan sesuai kebutuhan yang di. Berdasarkan hasil pengolahan data Luas Lahan () dan Hasil Produksi Padi di Sumatera Utara dari tahun 2008 s/d 2019 diperoleh persamaan regresinya dengan derajat hubungan tersebut 90,71%. Dan terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan dan hasil produksi padi di Sumatera Utara.
Layanan proses pendidikan merupakan integrasi proses dan standar hasil pendidikan. Lembaga pendidikan menerapkan standar layanan dilandasi oleh rancangan masa depan lembaga sebagai organisasi yakni Visi. Lembaga pendidikan mempunyai visi dan tujuan organisasi sebagai pemandu dalam mencapai tujuannya, demikian halnya pondok pesantren. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena yang bertolak belakang terhadap kekuatan visi pondok pesantren dalam menciptakan proses dan layanan pendidikan yang sesuai standar kebutuhan konsumen. Kinerja pimpinan pesantren yakni kiai sangat menentukan visi yang menjadi harakah organisasi pesantren memberikan layanan pendidikan yang prima. Efektifitas organisasi di pondok pesantren sangat bergantung pada kerja kiai sebagai penuntun, motor perubahan lembaga, komunikator, dan pembimbing. Penyajian dalam laporan ini menggunakan formasi Pendahuluan, Metode Penelitian, Pembahasan, dan Penutup
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.