2019
DOI: 10.14421/ijds.060102
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Difa City Tour dan Pemenuhan Kebutuhan Wisata Difabel

Abstract: Various sectors seem to ignore the existence of persons with disabilities, including the tourism industry. The majority of tourist destinations have not provided accessible facilities for them. Transportation services also do not accommodate the mobility needs of persons with disabilities. This study focused on Ojek Difa in Yogyakarta. Through observation and interviews, qualitative data was obtained to see the recreational needs of persons with disabilities and how the roles of Ojek Difa. The study found that… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
4
1

Citation Types

0
1
0
7

Year Published

2020
2020
2023
2023

Publication Types

Select...
4

Relationship

0
4

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(8 citation statements)
references
References 5 publications
0
1
0
7
Order By: Relevance
“…Selanjutnya, wisata ramah disabilitas juga memperhatikan ketersediaan informasi terkait atraksi wisata agar difabel dapat menentukan atraksi wisata dan dapat mengerti informasi yang disampaikan. Banyak destinasi wisata belum memperhatikan aksesibilitas yang ramah bagi disabilitas karena masih adanya kesulitan dalam mengakses situasi lingkungan seperti jangkauan jarak jauh, naik tangga, mengambil atau memindahkan objek tertentu (Elfrida & Noviyanti, 2019). Hal mendasar ini kerap tidak didapatkan oleh wisatawan disabilitas (berkebutuhan khusus), baik disabilitas fisik, indera/sensor, dan mental.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Selanjutnya, wisata ramah disabilitas juga memperhatikan ketersediaan informasi terkait atraksi wisata agar difabel dapat menentukan atraksi wisata dan dapat mengerti informasi yang disampaikan. Banyak destinasi wisata belum memperhatikan aksesibilitas yang ramah bagi disabilitas karena masih adanya kesulitan dalam mengakses situasi lingkungan seperti jangkauan jarak jauh, naik tangga, mengambil atau memindahkan objek tertentu (Elfrida & Noviyanti, 2019). Hal mendasar ini kerap tidak didapatkan oleh wisatawan disabilitas (berkebutuhan khusus), baik disabilitas fisik, indera/sensor, dan mental.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Sementara itu, layanan yang dimaksud mencakup pelayanan informasi, pemandu wisata/pendamping, dan pelayanan khusus. Kriteria fasilitas inklusif diantaranya fasilitas toilet dilengkapi dengan wastafel khusus, emergency sound button, dilengkapi handrail; jalur pemandu menggunakan tekstur ubin garis-garis, pewarnaan ubin pemandu berwarna kuning/jingga; terdapat rambu marka dengan audio tunarungu, fasilitas teletext dan tv bagi tunarungu, dan rambu/merka menggunakan huruf braile (Elfrida & Noviyanti, 2019;Hasanuddin, 2019;Simanjuntak et al, 2018) Identifikasi wisata ramah juga melihat kesesuaian praktik dengan peraturan yang berlaku. Peraturan yang dijadikan referensi utama adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.…”
Section: Data Dan Metodeunclassified
“…Kemajuan yang telah diraih nyatanya dirasakan belum ramah dan cenderung kurang peduli dalam memberikan rasa nyaman bagi kaum penyandang cacat atau difabel. Hal ini tentunya karena belum banyak pengelola pariwisata baik pemerintah maupun pihak swasta masih berfokus pada pengembangan wisata secara umum (Elfrida & Noviyanti, 2019). Hal ini tentunya menyulitkan akses maupun fasilitas bagi kaum difabel untuk menikmati wisata.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Karena keterbatasan yang dimiliki sehingga masih ada penyedia layanan yang tidak memperhatikan kebetuhan mereka. Salah satunya adalah kurangnya ketersediaan fasilitas pendukung seperti layanan transportasi [1]. Padahal dalam mewujudkan pariwisata yang sustainable harus ditopang oleh atraction, accessibility, amenity, ancillary, dan community involvement [2], tentunya masalah sekecil apapun harus diperhatikan untuk keberlangsungan pariwisata [3].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Sedangkan [3] melihat persaingan antara negara Spanyol dan Australia dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan disabilitas, hasil yang ditemukan Spayol memiliki keunggulan iklim politik yang lebih baik serta aksesibiltas yang lebih pendek, sedangkan Australia kurang memiliki regulasi yang mendukung wisatawan disabilitas. [1] lebih melihat pada layanan transportasi bagi wisatwan difabel di Yogyakarta dalam menikmati daerah wisata kota.…”
Section: Pendahuluanunclassified