2018
DOI: 10.21043/politea.v1i1.4320
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Fenomena Politik Cebong dan Kampret di Indonesia: Sebuah Analisis dari Perspektif Pemikiran Politik dalam Islam

Abstract: <p class="06IsiAbstrak"><span lang="EN-GB">Labelling <em>cebong</em> and <em>kampret</em> among supporters of Joko Widodo and Prabowo Subianto has been stronger in political phenomenon of Indonesia. This research aims to compare the political polarization after death of Prophet Muhammad with political polarization which is happening right now in Indonesia by using approach of Islamic political thought. This research also used library research as methodology of research to an… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1

Citation Types

0
0
0
6

Year Published

2020
2020
2023
2023

Publication Types

Select...
6

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 6 publications
(6 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
6
Order By: Relevance
“…Dua kelompok yang tidak setuju akan berakhir lebih tidak setuju dan lebih sulit bekerja sama. Seperti cebong dan kampret tidak bisa bekerja sama untuk menyelesaikan sesuatu (Hamid et. al., 2018).…”
Section: A B S T R a Kunclassified
“…Dua kelompok yang tidak setuju akan berakhir lebih tidak setuju dan lebih sulit bekerja sama. Seperti cebong dan kampret tidak bisa bekerja sama untuk menyelesaikan sesuatu (Hamid et. al., 2018).…”
Section: A B S T R a Kunclassified
“…Metode penelitian kepustakaan itu menganalisis kesamaan antara bhoth/dua fenomena untuk mengambil pelajaran dari fenomena lama dalam menjaga kesatuan masyarakat dalam fenomena kontemporer di Indonesia. Hasil penelitian menemukan bahwa perebutan kekuasaan politik selalu menimbulkan polarisasi dan konflik antar manusia dalam masyarakat yang berdampak pada kekuasaan politik yang membuat masyarakat terpolarisasi (Hamid et al, 2018).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Sebagai contoh perdebatan besar di ruang siber adalah ketika Pemilu Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 di mana masyarakat kita terpolarisasi antara "Cebong" dan "Kampret". Pendukung antar calon presiden pada saat itu saling serang dan hujat demi memenangkan opini publik di ruang siber (Hamid, Darwis, and Andriyani 2018). Tidak jarang, perdebatan yang berawal dari sosial media juga akan memengaruhi opini publik di dunia nyata.…”
Section: Pendahuluanunclassified