ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kebermanfaatan sosial ekonomi sapi Jabres sebagai ternak lokal potensial pada dua zona ekologi di Kecamatan Bantarkawung, Brebes, yaitu zona dataran rendah dan dataran sedang. Pengambilan data dilakukan dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu pendekatan yang melibatkan keluarga atau individu untuk menganalisis realita dari kondisi kehidupannya. Penelitian ini melibatkan 60 peternak dipilih secara purposive sampling berdasarkan 3 pertimbangan. Model analisis yang digunakan untuk menguji perbedaan adalah analisis independent Ttest. Hasil penelitian menunjukkan usia peternak pada zona dataran sedang lebih muda dibandingkan dataran rendah, sehingga tujuan pemeliharaan sebagai tabungan lebih tinggi pada dataran rendah (2.90±0.31) dan sebaliknya tujuan pemeliharaan ternak sebagai sumber penghasilan lebih tinggi pada dataran sedang (2.23±0.50). Hal ini diperkuat dengan nilai produksi bersih (185±27 kg/tahun), nilai tambah (Rp. 4.900.000±1.204.000) dan total kebermanfaatan (Rp. 9.289.000±1.542.000) yang lebih tinggi pada dataran sedang dibandingkan pada dataran rendah. Berdasar nilai tersebut disimpulkan bahwa peternak pada dataran sedang mampu lebih berpotensi untuk mempertahankan keberlanjutan peternakannya daripada petani pada dataran rendah.
ABSTRACTThis study aimed to explore the socio-economic benefits of Jabres cattle as potential local livestock in two agro ecological zones, lowlands and middle zone in Bantarkawung Sub-District, Brebes, Central Java. The data were collected by Participatory Rural Appraisal (PRA) method, which is an approach to families or individuals to analyze the reality of their living conditions. This study involved 60 farmers which selected by purposive sampling based on three considerations. The analytical model used to test differences is the analysis of independent T-test. The result showed that the farmers in the middle zone are younger and most of their cattle keeping motivation are for livelihood. Meanwhile, the farmers in the low lands are older and most of their cattle keeping motivation is for saving only (2.90±0.31). This condition caused the socio-economic benefit difference between those locations where the value of net production (185±27 kg/y), added value (IDR 4.900.000±1.204.000), and total benefits (IDR 9.289.000±1.542.000) were higher in the medium land than in the lowlands. Based on these reasons, it can be concluded that middle zone farmers have more possibility to sustain their farm than those of 220 * The different subscript indicate significant difference between means within rows based on independent ttest (P < 0.05)