Abstrak Berdasarkan World Health Organization (WHO) Covid-19 adalah penyakit menular baru yang disebabkan oleh virus corona. Gejala umumnya adalah demam, kelelahan, batuk, kejang, dan diare. Alasan petugas kesehatan merasa cemas antara lain persyaratan kerja yang tinggi, jam kerja yang panjang saat jumlah pasien meningkat, stigmatisasi masyarakat terhadap petugas kesehatan garda depan membuat dukungan sosial semakin sulit. Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan dan mengetahui lebih dalam gambaran stres kerja, symptom depresi dan ansietas pada perawat pasien Covid- 19 di RSU Royal Prima. Jenis penelitian adalah analitik korelasi menggunakan rancangan cross sectional. Pengumpulan data pada penelitian ini melalui data primer dengan metode kuesioner secara tertulis oleh responden pada bulan Maret 2021 – Juni 2021. Penggunaan metode kuesioner dikarenakan data yang didapatkan lebih akurat dan sebagai peneliti bisa memastikan semua responden mengisi data. Data penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan software SPSS versi 25. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling. Dengan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu perawat berjenis kelamin perempuan, usia 20-40 tahun, tidak sedang mengalami gangguan jiwa serta tidak memiliki riwayat penggunaan obat ansiolitik dan antidepresan. Pada penelitian didapatkan nilai rata-rata usia responden yang tidak mengalami stress kerja, depresi dan ansietas adalah 28 tahun sedangkan rata-rata usia yang mengalami stress kerja adalah 25 tahun serta rata-rata usia yang mengalami depresi dan ansietas adalah 27 tahun. Dimana nilai korelasi p= 0.859 (p 0.05) yang berarti terdapat hubungan yang tidak signifikan antara stress kerja terhadap simtom depresi dan ansietas. Kata kunci: Ansietas; COVID-19; Depresi; Perawat; Stres Abstract According to the World Health Organization (WHO), Covid-19 is a new infectious disease caused by the coronavirus. The common symptoms are fever, fatigue, cough, seizures, and diarrhea. Reasons of health workers feel anxious include high work requirements, long working hours as patient numbers rise, community stigmatization of frontline health workers making social support increasingly difficult. With the aim to know how the relationship and to know more deeply the frequency of work stress, depression symptom and anxiety in nurses of Covid-19 patients at RSU Royal Prima. The type of this research was correlation analytics using cross sectional design. Data collection was through primary data in writing by respondents. The use of questionnaire methods is due to the data obtained more accurately and as researchers can ensure all respondents fill out the data. The data in this study will be analyzed using SPSS version 25 software. Technique of sampling is done with consecutive sampling. With the criteria of inclusion and exclusion were female nurses, aged 20-40 years, are not experiencing mental disorders and do not have a history of using the ansiolytic drugs and antidepressants. In this study, the average age of respondents who did not experience work stress, depression and anxiety was 28 years, while those who experienced work stress was 25 years as well as depression and anxiety was 27 years. There was a correlation value of p = 0.859 (p 0.05) which means there was an insignificant relationship between work stress to symptoms of depression and anxiety.
Kejadian demam tifoid di Indonesia sekitar 760-810 kasus per 100.000 penduduk setiap tahunnya, dengan angka kematian 3,1-10,4%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran diagnostik dan penatalaksanaan pasien demam tifoid rawat inap. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi kasus. Populasi seluruh data pasien demam tifoid rawat inap di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran dan jumlah sampel yang ditentukan sebanyak 100 data yang diambil oleh petugas rekam medik. Penelitian ini menyimpulkan keluhan utama tertinggi pada pasien demam tifoid adalah demam (91%) dan keluhan tambahan tertinggi mual (76%). Berdasarkan jenis pemeriksaan, pemeriksaan fisik yang tertinggi adalah pemeriksaan pada lidah tifoid (68%), pemeriksaan darah rutin yang tertinggi dengan leukopenia (65%). Pemeriksaan serologis pada semua pasien yaitu uji widal (+) 89% dan uji tubex (+) 11%. Terapi cairan diberikan kepada semua pasien yaitu terapi RL(85%) dan NaCL (15%). Sedangkan pada lama rawatan, rata-rata 6 hari (minimum 2 hari dan maksimum 12 hari). Outcome perawatan paling banyak adalah pulang berobat jalan (49%). Status komplikasi tidak tercacat sehingga disarankan untuk lebih memperhatikan kelengkapan pada status data rekam medis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji daya hambat sabun antiseptik dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhi. Sampel yang dipakai adalah sebanyak 4 sabun antiseptik (sabun A, B, C dan D) dengan masing-masing konsentrasi sebesar 10%, 20%, 30% dan 40%. Proses pengenceran sesuai dengan konsentrasinya dapat mengubah kemampuan sabun dalam menghambat pertumbuhan bakteri yang diuji dengan metode difusi. Hasil penelitian didapatkan bahwa keempat sampel sabun antiseptik memiliki efektivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Salmonella typhi. Namun pada Escherichia coli, rata-rata diameter zona hambat yang paling besar adalah pada sabun antiseptik A dengan konsentrasi 40% yaitu 26 mm dan rata-rata diameter zona hambat paling kecil adalah pada sabun antiseptik D dengan konsenstrasi 10% yaitu 7 mm. Sedangkan pada Salmonella typhi rata-rata diameter zona hambat paling besar adalah pada sabun antiseptik A dengan konsentrasi 40% yaitu 20 mm dan rata-rata diameter zona hambat paling kecil adalah pada sabun antiseptik B dengan konsentrasi 10% yaitu 10 mm. Hal tersebut dapat terjadi karena dinding penyusun dari kedua bakteri tersebut berbeda dan kandungan dari masing-masing sabun juga berbeda.
Abstrak Pengalaman akademik pada pendidikan kedokteran dipenuhi dengan banyak perjuangan. Hal ini dapatmembuat mahasiswa menjadi rentan mengalami gangguan cemas. Ditambah lagi mahasiswa kedokteranmemiliki jadwal kuliah yang padat dan harus melalui banyak ujian di setiap blok. Kecemasan merupakan salahsatu faktor psikologis yang dapat menjadi pemicu terjadinya Dispepsia Fungsional. Penelitian ini bertujuanuntuk melihat apakah terdapat korelasi antara Kecemasan dan Dispepsia Fungsional pada MahasiswaKepaniteraan Klinik di RSU Royal Prima. Pada penelitian ini dilakukan pendekatan secara cross sectional.Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode simple random sampling. Instrumentdyangddigunakan adalah kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) untuk menilai Kecemasanxdan Short-Form Nepean Dyspepsia Index (SF-NDI) untuk menilai derajat Dispepsia Fungsional. Sampel padapenelitiian merupakan mahasiswa yang sedang menjalani Kepaniteraan Klinik di RSU Royal Prima denganjumlah sampel yaitu 51 orang. Korelasi dicari dengan koefisien korelasi. Digunakan Uji Anlisis Bivariat Pearsonkarena data berdistribusi normal. Pada hasil penelitiian didapatkan korelasi antara Kecemasanx dan DispepsiaFungsional (pe=e0,000).eKekuatanekorelasieantaraekeduaevariabelekuatedenganearahepositif (er=e0,732)dimana semakinetinggietingkateKecemasanx,emakaesemakinetinggi juga derajateDispepsia Fungsional.Kata Kunci ; Kecemasan, Dispepsia Fungsional, HARS, SF-NDI.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.