Namnam (Cynometra cauliflora L) and trigona honey are two potential natural ingredients to b e developed in Indonesia. However, scientific evidence of their active compounds and b ioactivity is still rarely found, particularly the combination of these two materials. Therefore , this research aimed to explore the active ingredients of the combination of the two materials, i.e. total phenolic, flavonoids, vitamin C and βcarotene and its b ioactive capabilities such as antioxidant activity and antibacterial activity. The analysis showed the methanol extract of Nam nam leaves (EMDN) and trigona honey either in their sole form or combined form has antioxidant and antib acterial activity. The EMDN was more active to Staphylococcus aureus (23.7±3.3 mm) than to Escherichia coli, while the Trigona honey (MT) more active to Escherichia coli (32.6±4.4 mm) than Staphylococcus aureus (16.6±4.1 mm). Similarly, the combination of EMDN and MT showed higher activity to Escherichia coli (23±1.9 mm) than Staphylococcus aureus (17.6±2.6 mm). Analysis of the antioxidant activity also showed that EMDN provided the highest activity with an IC 50 of 0.0048±0.000 mg/mL), while a comb ined EMDN and MT had an IC 50 of 0.0085±0.000 mg/mL) and MT with an IC50 of 3.736±0.112 mg/mL. Moreover, this analysis also showed that sole samples of MT and EMDN have total phenolic content, flavonoids, and vitamin C that were higher than the comb ination of MT and EMDN. However, the content of β-carotene in the combined form of MT and EMDN was higher. Thus trigona honey, methanol extract of leaves Nam nam (Cynometra cauliflora L) in a single form or in a combination are potential to b e utilized and developed as a source of antioxidants and antibacterial in the form of functional food.
AbstrakSerat pangan telah banyak digunakan sebagai pangan fungsional dan direkomendasikan untuk menurunkan kadar lipid darah untuk mencegah hiperkolesterolemia. Bekatul merupakan bahan pangan yang mengandung serat cukup tinggi. Tujuan penelitian untuk mempelajari pengaruh penambahan bekatul pada parameter lipid darah mencit jantan hiperkolesterolemia. Penelitian dilakukan di kandang hewan Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor periode Agustus 2011-Maret 2012. Desain penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif mencit normokolesterolemia yang diberi pakan standar tanpa suplementasi bekatul dan kontrol positif mencit hiperkolesterolemia tanpa suplementasi bekatul, selanjutnya kelompok mencit hiperkolesterolemia diberi suplementasi bekatul 16%, 38%, dan 57%. Parameter yang diukur ialah bobot badan, konsentrasi kolesterol total serum, hati, dan feses, kadar trigliserida, high density lipoprotein (HDL-c), low density lipoprotein (LDL-c), dan glukosa darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi bekatul dalam diet menurunkan bobot badan, konsentrasi kolesterol serum total dan hati, trigliserida dan LDL-c, serta menaikkan konsentrasi HDL-c dan kolesterol feses, tanpa mengubah konsentrasi glukosa darah. Suplementasi bekatul sebesar 57% menurunkan bobot badan sebesar 10,31%, kadar total kolesterol 17,28%, trigliserida 28,63%, dan LDL-c 79,35%, serta meningkatkan HDL-c sebesar 24,41%. Suplementasi bekatul menurunkan kolesterol hati 57,76% dan meningkatkan pembuangan kolesterol melalui feses sebesar 39,86%. Simpulan, bekatul sebagai suplemen makanan memperbaiki parameter lipida darah mencit jantan hiperkolesterolemia dengan meningkatkan pembuangan kolesterol melalui feses dan menurunkan bobot badan tanpa mengubah kadar glukosa darah. [MKB. 2013;45(1):1-9] Kata kunci: Bekatul, hiperkolesterolemia, lipid darah, mencit, serat pangan Improvement of Blood Lipid Parameters of Hypercholesterolemic Mice by Supplementation of Rice Bran AbstractDietary fiber is widely used as a functional food and recommended to reduce blood lipid level to prevent hypercholesterolemia. An experiment was conducted on the effects of rice bran that has high dietary fiber content on blood lipid parameters of hypercholesterolemic male mice, which was conducted at the Biology Education Department animal cages, Indonesia University of Education and the Veterinary Medicine Faculty Laboratory, Bogor Agricultural Institute from August 2011 to March 2012. The mice were randomly assigned into groups with 5 different treatments: negative control group i.e. normocholesterol mice with a standard diet without rice bran; positive control group i.e. hypercholesterolemic mice with a standard diet without rice bran; and groups with hypercholesterolemic mice with 16%, 38%, and 75% rice bran supplements. The parameters were body weight as well as blood serum, liver and feces cholesterol, triglyceride, high den...
ABSTRAKKecamatan Pangalengan berada pada ketinggian 10001400 mdpl dengan suhu per tahun berkisar antara 1228°C dengan kelembapan per tahun 6070%. Kondisi lingkungan Pangalengan ini dapat memengaruhi kondisi fisiologis dan kesehatan sapi perah, khususnya pada saat kering kandang. Informasi tentang nilai fisiologis sapi pada saat kering kandang sampai saat ini belum tersedia. Penelitian menggunakan 46 ekor sapi perah kering kandang dan pengukuran parameter fisiologis dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari. Data dianalisis menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil. Kisaran denyut jantung, respirasi, dan suhu tubuh secara berturutturut adalah sebesar 52,870,2 kali/menit, 18,936,6 kali/menit, dan 37,638,6°C. Kisaran hemoglobin, hematokrit, eritrosit, dan leukosit adalah 9,311,3 g/dl; 30,436,6%; 6,58,7 juta/µl, dan 7,412,8 ribu/µl. Kisaran diferensial leukosit meliputi limfosit, neutrofil, monosit, eosinofil, dan basophil secara berturut-turut adalah sebesar 29,6055,60%; 28,8056,20%; 0,304,30%; 5,5019,7%; dan 0,000,00%. Rasio neutrofil/limfosit didapatkan berkisar antara 0,451,91. Studi ini menyimpulkan bahwa sapi perah kering kandang yang dipelihara pada kondisi iklim Pangalengan yang sejuk menunjukkan nilai fisiologis yang berada dalam kisaran normal.Kata kunci: kering kandang, nilai fisiologis, pangalengan, sapi perah ABSTRACT Pangalengan is at an altitude of 10001400 m above sea level with annual temperatures range of 1228°C and annual humidity of 6070%. Pangalengan's environmental conditions can affect the physiological conditions and health of dairy cattle, especially during the dry period. The information about the physiological value of dairy cows when they are in a dry period is not yet available. This study used 46 dairy cows that were on a dry period, and measurements of physiological parameters were carried out in the morning, afternoon, and evening. Heart rate, respiration rate, and body temperature ranges were 52,870,2 times/min, 18.9−36.6 times/min, and 37,638,6°C, respectively. The ranges of hemoglobin, hematocrit, erythrocytes, and leukocytes were 9.311.3 g/dl; 30.436.6%; 6.58.70 million/µl; and 7.412.8 thousand/µl, respectively. The differential ranges of leukocytes including lymphocytes, neutrophils, monocytes, eosinophil, and basophils were at 29.6055.60%; 28.8056.20%; 0.304.30%; 5.5019.7%; and 0.000.00%, respectively. The neutrophil/lymphocyte ratio was obtained in the range of 0.451.91. This study concluded that dairy cows during dry period maintained in mild Pangalengan climatic conditions showed physiological values that were within the normal range.
ABSTRAKPangalengan terletak di wilayah pegunungan dengan ketinggian 1.0001.420 dpl, yang memiliki rataan temperatur sekitar 17,80 ± 1,46 C dan kelembapan 63,99 ± 2,74%. Kondisi ini sangat mungkin memengaruhi nilai fisiologis sapi perah, terutama selama periode laktasi. Namun demikian, informasi tentang nilai fisiologis sapi laktasi di Pangalengan sampai saat ini belum tersedia. Penelitian ini menggunakan 20 ekor sapi perah, dan nilai fisiologis diukur pada pagi, siang, dan sore hari. Kisaran frekuensi denyut jantung, respirasi, dan temperatur rektal sapi perah laktasi secara berturut-turut adalah 59,8272,02 kali/min, 26,0136,69 kali/min, dan 37,3238,36 C. Pangalengan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung, yang merupakan sentra peternakan sapi perah di Indonesia. Secara geografis, wilayah Pangalengan berada pada ketinggian 1.0001.420 mdpl memiliki suhu udara 1228 C dan kelembapan relatif 6070% (Qodarudin 1993). Mikroklimat suatu wilayah seperti temperatur udara, kelembapan, tekanan udara, kecepatan angin, dan arah angin memengaruhi parameter fisiologis ternak, terutama pada frekuensi respirasi, denyut jantung, dan suhu rektal (Suprayogi et al. 2013a). Kondisi fisiologis sapi yang ada di wilayah peternakan dapat bergeser dari zona nyaman (termonetral) ke kondisi yang tidak nyaman (stres), sebagai akibat dari berbagai faktor diantaranya pergeseran iklim. Pergeseran iklim ini dapat meme-1 Departemen
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh tombong kelapa yang dicampurkan ke dalam pakan terhadap parameter kesehatan tikus putih betina dara melalui nilai hematologi lengkap. Parameter hematologi yang dianalisa meliputi hemoglobin, eritrosit, leukosit, hematokrit, dan diff erensial leukosit. Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan dosis tombong kelapa 0 mg, 50 mg, 100 mg, dan 200 mg/ekor/hari, masing-masing terdiri dari 6 ulangan. Serbuk kasar tombong kelapa dicampurkan ke dalam pakan komersil dan dibentuk kembali menjadi pakan pelet. Dosis campuran tombong kelapa tersebut diberikan sebanyak satu kali/hari. Sampel darah diambil selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan, kadar hemoglobin tidak meningkat secara nyata (P>0,05). Jumlah Hb normal, yaitu 11.93-15.19 g%. Eritrosit dan leukosit, menunjukkan peningkatan dan penurunan secara nyata (P<0,05). Rata-rata jumlah eritrosit 6.03-8.96 juta/mm3, leukosit 7.18-15.77 ribu/mm3 terindikasi normal. Leukosit di minggu keempat pada dosis 50 mg, 100 mg, dan 200 mg/ekor/hari menurun dari batas normal, yaitu 6-10 ribu/mm3. Hematokrit tidak meningkat secara nyata (P>0,05). Diff erensial leukosit, yaitu limfosit minggu pertama, dan monosit minggu ketiga meningkat signifi kan (P>0,05). Netrofi l di minggu pertama terjadi penurunan secara signifi kan (P<0,05) dibandingkan kelompok kontrol. Eosinofi l menunjukkan perubahan secara signifi kan di minggu ketiga (P<0,05). Rata-rata nilai eosinofi l berada dalam jumlah normal, yaitu 1-4%. Basofi l tidak ditemukan pada pemberian diet pakan tombong kelapa. Kesimpulan bahwa, tombong kelapa tidak berpengaruh pada homoestasis darah. Dosis yang terbaik yaitu 50 mg, dan 100 mg/ekor/hari.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.