Kepuasan pasien merupakan penilaian dari seseorang antara kinerja pelayanan yang dirasakan dan diharapkan. Apabila kinerja di bawah harapan maka pasien akan kecewa dan tidak puas, sebaliknya bila kinerja sesuai yang diharapkan pasien, maka pasien akan merasa puas. Pihak rumah sakit harus berhati-hati dalam memberikan pelayanan kesehatan, karena jika pasien sering merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan maka akan berdampak hilangnya pelanggan/pasien, serta tingkat kepuasan pasien sangat tergantung pada mutu pelayanan yang diberikan. Rancangan penelitian ini merupakan penelitian Observasional analitik (Non-Exsperimental) menggunakan pendekatan metode cross sectional. tehnik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah accidental sampling dengan jumlah responden 126 orang. dengan cara mewawancarai menggunakan kuisioner yang berisi berupa 15 pertanyaan yang sudah divalidasi. Kepuasan pelayanan kefarmasian diukur dengan mengunakan skala likert. Hasil penelitian tingkat kepuasan pasien pada dimensi tangible diperoleh skor 73,1%, realibility 71,3%, responsiveness 75,1%, assurance 72,3%, dan emphaty 80,3%. Secara keseluruhan didapatkan persentase skor rata-rata 74,4% maka dikategorikan pasien merasa puas terhadap pelayanan kefarmasian di RSUD Sekarwangi. Pada karakteristik pasien: umur, pekerjaan, kategori pasien (BPJS/Non-BPJS), dan pendidikan terakhir didapat nilai p-value <0.05 maka hal itu menunjukan adanya hubungan dengan tingkat kepuasan pasien, sedangkan pada karakteristik pasien jenis kelamin tidak terdapat hubungan dengan tingkat kepuasan pasien, karena nilai p-value >0.05.
Latar Belakang: Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu kumpulan gejala metabolik yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penderita DM tetap harus mengonsumsi pangan yang cukup agar kebutuhan zat gizi nya terpenuhi. Dalam rangka memenuhi kecukupan akan zat gizi didalam tubuh maka konsumsi pangan dibagi atas makanan utama dan selingan, namun penderita DM biasanya sulit untuk mendapatkan makanan selingan yang bergizi namun tetap dapat mengontrol kadar glukosa darahnya. Ubi ungu adalah jenis ubi jalar yang saat ini sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Ubi ungu memiliki warna keunguan yang disebabkan oleh adanya pigmen antosianin yang dikandung didalamnya. Antosianin memiliki aktivitas antioksidan yang mampu menghambat kerja radikal bebas serta meningkatkan sekresi insulin sehingga bermanfaat dalam pengendalian kadar glukosa darah. Ubi ungu merupakan sumber karbohidrat kompleks namun rendah akan protein, sehingga dibutuhkan bahan pangan sumber protein lainnya seperti kacang merah. Kacang merah merupakan jenis kacang-kacangan yang mengandung karbohidrat tinggi, kadar lemak yang lebih rendah, dan kandungan serat yang cukup baik. Selain mengandung serat yang baik dan nilai IG yang rendah, kacang merah juga mengandung protein yang cukup tinggi. Kemajuan teknologi pangan telah menghasilkan berbagai produk pangan yang praktis dikonsumsi seperti snack. Produksi snack sebagai makanan selingan semakin beragam, namun snack yang dibuat biasanya tinggi akan kalori, lemak, dan karbohidrat sederhana. Kombinasi ubi ungu dan kacang merah sebagai bahan baku pangan fungsional seperti snack bar dibuat dengan harapan dapat menghasilkan produk makanan selingan yang tidak hanya disukai namun memiliki manfaat lebih untuk kesehatan yaitu tinggi protein, kaya serat, dan rendah glukosa sehingga makanan selingan tersebut baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat terutama penderita DM. Pengembangan produk pangan fungsional berbahan baku lokal seperti tepung kacang merah dan tepung ubi ungu juga sebagai upaya dalam mengurangi penggunaaan bahan impor seperti gandum di Indonesia.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula snack bar yang memenuhi persyaratan mutu, memiliki kandungan zat gizi (KH, protein, lemak), aktivitas antioksidan, gula pereduksi. serta senyawa aktif (antosianin dan serat) yang baik dikonsumsi oleh penderita DM.Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain eskperimen secara random acak lengkap. Formula snack bar dibuat menjadi 4 dengan rasio antara tepung ubi ungu dan kacang merah yang berbeda yaitu F1 (100:0), F2 (90:10), F3 (80:20), dan F4 (70:30). Parameter yang diteliti pada studi ini adalah daya terima (kesukaan) panelis, proksimat (kadar air, kadar abu, KH, protein, dan lemak), aktivitas antioksidan, gula pereduksi, kadar antosianin, dan kadar serat pangan dari snack bar yang paling disukai.Hasil: Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa snack bar F3 adalah formula yang paling disukai oleh panelis. Fomula terpilih (F3) memenuhi persyaratan mutu fisik dan kandungan zat gizi yang baik yaitu protein (7,823%), lemak (4,38%) dan KH (81,857%). Snack bar ini juga mengandung aktivitas antioksidan yang sangat kuat yaitu (34,079 ppm), kadar gula pereduksi (3,56%), kadar antosianin (11,45 mg/kg), dan kadar serat (16,32%).Kesimpulan: Snack bar pada penelitian ini memiliki mutu fisik dan kimia yang sesuai dengan persyaratan mutu serta mengandung protein yang tinggi, lemak yang rendah, serta kandungan serat yang tinggi. Snack bar ini juga memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat karena kandungan antosianinnya yang tinggi serta mengandung gula reduksi yang rendah sehingga snack bar ini layak untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus.
Bekatul beras merah (Oriza glaberrima) dan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) memiliki aktivitas antioksidan yang berasal dari senyawa fenolik dan antosianin yang terkadung didalamnya. Penggunaan ubi jalar ungu dikombinasikan dengan bekatul beras merah pada formulasi biskuit diharapkan dapat meningkatkan kualitas gizi dan kandungan serat biskuit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formula biskuit dari campuran bekatul beras merah dan ubi jalar ungu yang memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dan rasa disukai panelis. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah daya terima panelis, aktivitas antioksidan, kandungan serat pangan, dan kandungan proksimat. Hasil analisis menunjukkan tidak ada pengaruh perbedaan formula terhadap parameter warna, rasa dan aroma. Hasil uji aktivitas antioksidan diperoleh bahwa Formula 1 dengan perbandingan bekatul beras merah : ubi jalar ungu (20:40) memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi dengan nilai IC50 pada 106,349 ppm, kadar serat sebesar 6,38%, kadar protein sebesar 6,92%, kadar air sebesar 2,52 %, kadar abu sebesar 1,45%, kadar lemak sebesar 16,178%, dan kandungan karbohidrat sebesar 72,562%.
Luka bakar adalah bentuk kerusakan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Gejalanya berupa sakit, bengkak, merah, melepuh karena permeabilitas pembuluh darah meningkat. Salah satu tanaman yang diduga berpotensi sebagai obat luka bakar adalah daun pucuk merah, yang mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, kalkon, tanin, dan terpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas gel ekstrak etanol daun pucuk merah pada luka bakar tikus putih jantan Sprague-Dawley. Kelompok perlakuan terdiri dari formula 1 (ekstrak daun pucuk merah 2%), formula 2 (ekstrak daun pucuk merah 4%), formula 3 (ekstrak daun pucuk merah 6%), Bioplacenton sebagai kontrol positif dan basis gel sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gel ekstrak daun pucuk merah memberikan efek sebagai obat luka bakar, dimana proses penyembuhan ditandai dengan penurunan diameter luka yang lebih cepat pada tikus. Formula 3 menunjukkan persentase penyembuhan luka bakar yang paling efektif yaitu 99,81% sembuh setelah 17 hari.
Functional food is a processed food that contains more than one component which based on scientific studies has benefits for the health of the body. Functional foods can be classified into several types based on the food source and the processing method. This study aims to determine the proximate composition, fiber and flavonoid contents, and the effect of the varying concentrations of the bay leaf extract on the cookies. Three formulas of bay leaf extract were made with different concentrations. The formula I use 3.0%, formula II uses 2.5%, and formula III uses 2%. The results of the hedonic test analysis showed that the best formula was formula III with a concentration of 2% bay leaf extract. These results indicate that the concentration of the bay leaf extract affects the taste and aroma of the cookies, even though it does not affect the color and texture. By using formula III, proximate tests were also carried out on these cookies to determine water content, ash content, protein content, fat content, and carbohydrate content. The proximate test results showed that the cookies met the quality requirements of cookies set by SNI 2973-2011. In formula III cookies, the content of flavonoids was 1.4278%, and food fiber was 6.04%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.