Penggunaan mikroba sebagai sumber senyawa bioaktif memiliki beberapa kelebihan di antaranya mempersingkat waktu produksi dan menghindari pemanfaatan sumberdaya laut secara berlebih. Penelitian terdahulu menghasilkan beberapa isolat mikroba yang berpotensi sebagai penghasil senyawa bioaktif, di antaranya adalah isolat kapang MFW 26-08. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi pertumbuhan isolat kapang MFW 26-08 dan produksi senyawa bioaktif yang disekresikan oleh kapang tersebut. Optimasi dilakukan dengan menggunakan 3 jenis media: Malt Extract Broth (MEB), Glucose Peptone Yeast (GPY), dan Minimal Fungal Media(MFM); serta waktu kultivasi 2, 4, 6, 8, dan 10 minggu. Hasil riset menunjukkan bahwa ekstrak kasar kapang MFW 26-08 hasil kultivasi 2 minggu dalam medium MFM, pada konsentrasi 30 µg/mL, mampu menghambat 89% pertumbuhan sel kanker payudara T47D. Sedangkan pada konsentrasi 100 µg/mL ekstrak kapang yang dikultivasi dalam medium MEB selama 6 minggu, mampu menghambat pembentukan radikal bebas sampai 56%. Hasil identifikasi berdasarkan sifat-sifat morfologi dan molekuler menggunakan 18S rRNA, ITS1, dan ITS4 menunjukkan bahwa isolat MFW 26-08 memiliki kemiripan dengan Aspergillus ustussebesar 99%
Mikroba laut, khususnya fungi, banyak digunakan sebagai sumber senyawa bioaktif baru. Banyak dari senyawa ini digunakan sebagai senyawa pemandu dalam pencarian obat-obatan baru antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik ekstrak fungi MFW -01-08. Fungi diisolasi dari ascidia laut Aplidium longithoraxyang diambil dari Taman Nasional Laut Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Fungi MFW-01-08 diisolasi dengan menggunakan media malt extract agar (MEA) kemudian dikultivasi selama 5 minggu (statis) pada suhu 27–29oC dalam media SWS yang mengandung pepton soya (0,1%), pati larut air (2,0%), dan air laut buatan (1 L). Uji sitotoksik dilakukan menggunakan sel lestari T47D (kanker payudara) berdasarkan metode MTT assay. Senyawa metabolit sekunder dari miselium fungi diekstraksi dengan campuran diklorometan – metanol 1 : 1 sedangkan media kultur fungi diekstraksi dengan etil asetat. Hasil uji MTT memperlihatkan bahwa ekstrak media kultur memiliki aktivitas sitotoksik medium (IC50= 92,6 µg/mL) dan ekstrak miselium tidak menunjukkan aktivitas sitotoksik (IC50183,6µg/mL) terhadap sel T47D. Oleh karena itu penelitian lanjutan akan difokuskan pada ekstrak media kultur.
The margin obtained at the upstream in the Indonesian commercial seaweed supply chain is generally small and makes the motivation for business development low. The research aimed to identify the opportunities to overcome these problems. The research conducted with the Kaizen analysis approach that seven upstream business nodes were chosen at three locations: two Gracilaria sp. farmers and one Gracilaria sp. trader in Brebes, one Eucheumatoid farmer and one intermediary trader in Serang, also two Eucheumatoid farmers in Sumenep. The results show some inefficiency in several loci in the business lines of intermediate farmers and traders. These include a gap on moisture content (Gracilaria of 2 % and Eucheumatoid of 4 %), productivity of Gracilaria pond 0.6 t ha–1 yr–1 and its by-product is 50 %, while the productivity of Eucheumatoids was 10 %. The quality of dry Gracilaria is one grade only. All result loss of potential margin. Root problem analysis found several external factors outside the Kaizen domain and other internal aspects can be corrected through intervention. The Kaizen analysis determined some simple interventions including improvement of cultivation embankments and extension of maintenance periods, use of monofilament net to dry seaweed, optimization of cultivation spacing, and use of moisture checker.
Production of bioactive compounds from marine benthic organisms is suggested to relate ecologically with environment. However, anthropogenic pressures cause a considerable damage to coral reefs environment. This research aimed to define the pattern sponges biopotential values at the increasing of anthropogenic pressures to coral reef environment. Three representative sponges were selected (Theonella sp., Hyrtios sp., and Niphates sp.) and study had been conducted in Hoga Island, Indonesia, to define the relationship between seawater variables (DO, pH, phosphate, and ammonia ions), sponges spatial competition, and their bioactivity level (Brine Shrimp Lethality Test). The study showed anthropogenic pressures affect the reef environment, as abiotic cover was increased and eutrophication was detected at the site closer to the run-off domesticated area. Statistical multivariate analyses revealed sponges spatial competition was significantly different (P < 0.05) between groups of high, moderate, and low bioactivity level. Abiotic cover was detected as the major factor (36.19%) contributed to the differences and also the most discriminant factor distinguishing sponges spatial competition in the groups of bioactivity level (93.91%). These results showed the increasing anthropogenic pressures may result in a higher abiotic area and may directly be a consequence to the lower production of bioactive compounds in sponges.
Penelitian ini merupakan sebagian dari rangkaian penelitian mengenai eksplorasi enzimenzim kitinolitik mikroba dan aplikasinya untuk pembuatan oligomer kitosan (kitooligosakarida) serta uji bioaktivitasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kemampuan antibakteri kitooligosakarida yang diproduksi dari kitosan dengan menggunakan enzim selulase non spesifik komersial dari Trichoderma reesei. Enzim ini ditentukan terlebih dahulu suhu dan pH optimumnya sebagai kitosanase, kemudian digunakan untuk menghidrolisis kitosan dengan konsentrasi 10, 13, dan 15 U/g kitosan, masing-masing selama 1, 2, dan 3 jam. Kitooligosakarida yang dihasilkan kemudian diidentifikasi dengan menggunakan khromatografi lapis tipis, dan diuji bioaktivitasnya sebagai antibakteri. Kitooligosakarida terpilih berdasarkan aktivitas antibakterinya kemudian diproduksi lagi untuk penentuan viskositas dan bobot molekulnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim selulase ini bekerja optimal sebagai enzim kitosanase pada suhu 60ºC dan pH 6. Identifikasi dengan menggunakan khromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa kitooligosakarida yang dihasilkan dari semua perlakuan mengandung dimer, trimer, tetramer, dan pentamer. Kitooligosakarida tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sampai dengan 84%, Salmonella typhosa sampai dengan 26%, Bacillus subtilis sampai dengan 15%, dan Escherichia coli sampai dengan 5,6%. Kitooligosakarida yang dihasilkan dari hidrolisis menggunakan enzim ini pada 10 U/g kitosan selama 1 jam memiliki viskositas 2,15 cPs dan bobot molekul 323,76 Da.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.