Desa Sindangpalay merupakan desa pertama yang dipilih untuk mendapatkan penyuluhan stunting oleh Puskesmas Karangpawitan, karena Desa tersebut memiliki angka stunting yang paling tinggi di Kecamatan Karangpawitan. Hal ini menjadi masalah urgen karena stunting dapat mempengaruhi seluruh pertumbuhan dan perkembangan pada anak sebagai penerus bangsa ini. Dalam upaya mencegah terjadinya stunting, Puskesmas Karangpawitan mengadakan sebuah kegiatan penyuluhan untuk menunjang perubahan wawasan masyarakat terkait pentingnya pencegahan stunting. Tujuan diadakan penyuluhan ini yaitu untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya tumbuh kembang anak, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penanganan dan pencegahan stunting pada anak sehingga dapat menurunkan presentase stunting di Desa Sindangpalay Kecamatan Karangpawitan. Metode pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini berupa ceramah dengan menggunakan media power point yang dilakukan oleh dokter dan bidan Puskesmas Karangpawitan serta melakukan sesi tanya jawab. Metode evaluasi hasil penyuluhan dilaksanakan bersama pihak puskesmas dan desa melalui observasi dan wawancara kepada masyarakat terkait hasil penyuluhan yang diberikan kepada kader. Hasil dari kegiatan penyuluhan mengenai pencegahan stunting terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan kader mengenai stunting serta informasi yang telah didapatkan oleh kader tentang pencegahan dan penanganan stunting telah disebarluaskan kepada masyarakat.

Female circumcision remains a social issue in Muslim society, along with the rise of gender-based violence cases in Indonesia. It has became rather a polemic after regional policy on that matter was issued inconsistently. This study aimed to determine the polemic of female circumcision in Garut Regency based on cultural and regional policy analysis. The study utilized qualitative method with an ethnographic approach. The data taken were based on primary data and secondary data. Data collection techniques used were interviews and literature that supports the research. The results obtained in this study are that the polemic about female circumcision occurs because of differences in views based on fatwa so that society constructs female circumcision subjectively. Differences in the belief in the concept of female circumcision, which has become a culture in society, and the different techniques or processes for implementing female circumcision have resulted in the development of perceptions of female circumcision. The inconsistency of the policies of the Minister of Health Regulations makes the community have a bias towards pros and cons by the paradigm of religious leaders, parents, gender activists, and health workers.

Realitas pelaksanaan upacara seba sebagai bentuk tradisi budaya yang dijalankan oleh masyarakat adat kabuyutan ciburuy memiliki pengaruh yang besar didalam kehidupan sebagai penyeimbang spiritual sehingga upacara seba masih dijalankan pada setiap generasi. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui nilai-nilai moral yang terkandung didalam upacara seba pada masyarakat adat kabuyutan ciburuy dalam meningkatkan spiritual. Metode penelitian yang digunakan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teori yang digunakan yaitu teori nilai moral. Data diperoleh melalui teknik pengumpulan datanya kepada para tokoh setempat, warga sekitar, pengunjung yang datang melalui proses wawancara dan observasi.  Hasil penelitian didapatkan bahwa prosesi upacara Seba yang dilaksanakan di Situs Kabuyutan Ciburuy ada tiga tahapan yaitu persiapan upacara, puncak upacara, dan penutupan upacara. Nilai-nilai moral yang terdapat dalam upacara seba meningkatkan spiritual masyarakat adat karena makna didalamnya yang dipegang teguh dalam kehidupan bermasyarakat.