Indonesia memiliki kasus terbanyak ke-2 didunia. Sebanyak 32% kasus TBC tercatat sebagai un-reach atau detected but un-notified. Berdasarkan kegiatan pemberdayaan investigasi kontak masih ada sekitar 54% terduga TBC yang tidak melakukan pemeriksaan TBC di fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) setelah dirujuk. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pemeriksaan ke fasyankes adalah karakteristik individu terduga TBC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan karakteristik individu yang mempengaruhi perilaku pemeriksaan ke fasyankes pada terduga TBC. Penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik dengan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 426 responden. Sampel dalam penelitian ini bersifat probability sampling. Dengan teknik pengambilan sampel proportional random sampling. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner online dengan google form Analisis yang digunakan adalah analisis chi-square dan multiple logistik berganda dengan nilai siginifikansi 95 %. Hasil penelitian menunjukan terdapat 56,6 % terduga TBC yang belum melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan (fasyankes). Sebagian besar terduga yang tidak melakukan pemeriksaan yaitu memiliki latar belakang pendidikan SMP (30,3 %) dan tidak bekerja (47,7%). Faktor dominan yang mempengaruhi perilaku pemeriksaan TBC ke fasyankes adalah pendidikan (OR: 1,981; 95 % CI: 1,181-3,325; p 0,010), pekerjaan (OR: 1,738; 95 % CI: 1,1140-2,681; p 0,010), dan suku (OR: 0,382; 95 % CI: 0,159-0,916; p 0,031). Faktor dominan yang mempengaruhi perilaku pemeriksaan pada terduga TBC adalah pendidikan, pekerjaan dan suku. Oleh karena itu, dalam program penemuan kasus perlu difokuskan pada masyarakat yang berlatar belakang pendidikan rendah, masyarakat yang tidak bekerja dan masyarakat yang berasal dari suku jawa.
Kesehatan Ibu dan Anak dan Kesehatan Reproduksi menjadi fokus pembangunan kesehatan terutama terkait dengan 1000 hari pertama kelahiran (HPK) yang menjadi fokus pemerintah dalam pencegahan stunting. Data KIA-KR di Kecamatan Selajambe sudah tersedia berdasarkan hasil Survei Dasar Kesehatan Masyarakat (SDKM) tahun 2019 dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Desa Ciberung. Belum dilakukan analisis dan kajian terhadap hasil SDKM bidang KIA-KR di Desa Ciberung. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan epidemiologi deskriptif dengan variabel distribusi berdasarkan tempat persalinan, waktu pemeriksaan ANC, karakteristik orang yaitu usia ibu, bayi baru lahir, ASI eksklusif, MP ASI dan penggunaan alat kontrasepsi. Jenis data sekunder yang diambil dari Profil Kesehatan Desa Ciberung tahun 2019. Analisis data deskriptif menggunakan persentase yang disajikan dalam diagram pie dan histogram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan waktu pemeriksaan ANC yaitu 85,83% rutin, tempat persalinan sebagian 26,77% di Puskesmas, 60,63% usia 21-35 tahun, 88,98% waktu kehamilan >9 bulan, 90% Berat Bayi Lahir >2500 gr, 81% ASI eksklusif, dari yang tidak ASI eksklusif diberikan makanan tambahan 58% dengan susu formula dan 62,24% wanita menikah usia 15-54 tahun mengikuti program KB. Aspek pelayanan KIA-KR berdasarkan studi epidemiologi deskriptif menunjukan capaian yang baik. Saran bagi Puskesmas Selajambe dan Desa Ciberung perlu meningkatkan kualitas program melalui kerjasama dengan berbagai pihak.
Contact Dermatitis is reported as the most common occupational skin disease. Itis a pathological event in non-infectious skin that occurs because workers have contact with irritants or allergens. This study aimed to determine analysis Pesonal Protective Equipment and Personal Determinants associated with symptoms of contact dermatitis in tofu industry workers in Kuningan, Indonesia. This study was an observational analytic study with cross sectional design. The study was conducted in Kuningan District Indonesia in July 2019. Study population was all informal tofu industry workers in Kuningan District Indonesia with a total sample of 149 workers taken using proportionate stratified random sampling. The independent variables were use of Personal Protective Equipment (PPE), personal determinants (working periode, contact duration, personal hygiene practices, history of skin disease) and the dependent variable were symptoms of contact dermatitis. Interviewed and observation were done using structured questionnaires. Analysis of the data used was the Chi-square test using Prevalence Ratio (PR). The Result of this study showed that workers who experienced symptoms of contact dermatitis were 95 workers (63,8%). Data analysis obtained use of PPE (PR = 4.285; 95% CI = 2,097-8,757; p = 0.001) and personal determinants were working period (PR = 2,733; 95% CI = 1,364-5,436; p = 0.004), contact duration (PR = 2,322; 95% CI = 1,088-4,958; p = 0.027), personal hygiene (PR = 5,146; 95% CI = 2,488-10,645; p=0.001), history of skin diseases (PR = 3,518; 95% CI = 1,621-7,637; p = 0.001). There is a relationship between the use of PPE and personal determinants were working period, contact duration, personal hygiene, and history of skin disease with the symptoms of contact dermatitis among informal workers in the tofu industry in Kuningan District, Indonesia. Improvement on awareness as well as practices on personal hygiene and occupational health need to be concerned by related sectors.
Pernikahan dini pada remaja akan berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi diantaranya abortus, persalinan premature, anemia kehamilan, berat badan lahir rendah, kelainan bawaan, mudah terjadi infeksi dan kematian pada ibu. Data Kementrian Agama Kabupaten Kuningan pada tahun 2019 dari 32 kecamatan jumlah remaja yang melakukan pernikahan di usia kurang dari 19 tahun yaitu 74 orang terdiri dari remaja laki-laki dengan jumlah 31 orang dan remaja putri dengan jumlah 43 orang. Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang resiko pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi di SMAN 1 Cibingbin kabupaten kuningan tahun 2020. Jenis penelitian adalah penelitian analitik dan rancangan penelitian crossectional. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian menggunakan teknik purposive, yaitu remaja putri kelas XII di SMAN 1 Cibingbin yang berjumlah 65 orang. Analsis data menggunakan analisis bivariat dan instrument yang digunakan dengan menggunakan kuesioner on line. Hasil analisis univariat diketahui bahwa dari 65 remaja putri sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 49,23%, sebagian besar remaja putri memiliki mendapatkan informasi langsung melalui guru sebanyak 53,84%, dan sebagian besar memiliki pengetahuan dari sumber informasi tidak langsung internet sebanyak 55,39%. Hasil analisis bivariate terdapat hubungan antara sumber informasi langsung dengan pengetahuan remaja dengan nilai p=0,007 dan tidak ada hubungan antara sumber informasi langsung dengan pengetahuan remaja dengan nilai p=0,624. Saran kepada SMAN 1 Cibingin agar dapat memberikan lebih banyak lagi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja putri lebih paham tentang resiko pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi dan dapat menunda pernikahan diusia muda
Pelayanan kesehatan dalam Pelaksanaan JKN di Indonesia terdiri dari Promotif, Preventif, kuratif dan rehablitiatif, namun pada pelaksanaannya pelayanan promotive dan preventif oleh FKTP belum dilaksanakan secara optimal, salah satunya disebakan karena tidak tersedia Tenaga Kesehatan Masyarakat. Tenaga Kesehatan Masyarakat atau Sarjana Keshatan Masyarakat (SKM) dapat bermitra dengan FKTP untuk melaksanakan upaya promotive dan preventif dengan persyatakan tenaga kesehatan masyarakat harus siap melaksanakan kemitraan sebagai implementasi prakatik kesehatan masyarakat. Sampai dengan saat ini tidak tersedia data tentang kesiapan tenaga kesehatan masyarakat untuk bermitra dengan FKTP. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran kesiapan Tenaga Kesehatan Masyarakat/SKM yang mandiri untuk bermitra dengan FKTP di Kab. Kuningan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 80% responden tidak memiliki STR, sebanyak 85% belum menjadi anggota IAKMI, 90% tidak memiliki pengalaman bermitra dengan FKTP. Sebanyak 100 persen SKM siap bermita dengan FKTP dan memiliki kepercayaan diri atas kompetensinya. Simpulan bahwa sebagain besar tidak memiliki STR, bukan anggota IAKMI, pengetahuan baik, tidak memiliki pengalaman bermitra dan memiliki kepercayaan diri. Saran diharapkan SKM meningkatkan kompetensi untuk mendapatkan STR dan tergabung dalam orgnisasi profesi IAKMI dan bagi IAKMI dan AIPTKMI harus menyusun panduan praktik kesehatan masyarakat dan kemitraan dengan FKTP sebagai bagian dari praktik mandiri kesehatan masyarakat.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.