Salah satu komponen yang sering terdapat dalam media kultur jaringan tanaman adalah Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), yang diperlukan untuk merangsang pertumbuhan kultur tanaman. Pemberian ZPT yang berlebihan dapat memberikan dampak abnormalitas pada tanaman klon hasil kultur jaringan. Diperlukan kajian untuk mengetahui pengaruh waktu paparan ZPT terhadap tingkat abnormalitas klon secara komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh total waktu paparan ZPT serta waktu paparan beberapa media dengan kandungan ZPT yang berbeda terhadap tingkat abnormalitas tanaman klon kelapa sawit di lapangan. Empat galur tanaman hasil kultur jaringan (klon) kelapa sawit yakni P, Q, R, dan S yang berumur 4 tahun digunakan untuk penelusuran waktu inkubasi kultur di laboratorium dan pengamatan tingkat abnormalitas di lapangan. Hubungan antara peubah dianalisis menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi linier berganda serta analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa total waktu paparan kultur pada media yang mengandung ZPT berpengaruh secara nyata pada tingkat abnormalitas klon di lapangan. Semakin lama waktu paparan (lebih dari 171 hari), semakin tinggi tingkat abnormalitas klon. Dari ketiga jenis media kultur yang mengandung ZPT, media yang mengandung 2,4-D dan 2,4,5-TCPP memiliki pengaruh yang signifikan dan hubungan positif yang sangat erat terhadap kejadian abnormalitas klon dibandingkan media yang mengandung 2,4-D dan BAP. Lama waktu paparan dengan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat abnormalitas klon di lapangan. Sebaliknya, total waktu inkubasi media kultur yang tidak mengandung ZPT tidak mempengaruhi tingkat abnormalitas klon di lapangan dan hubungannya negatif. Model linier dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat abnormalitas klon yang dihasilkan berdasarkan waktu paparan ZPT pada proses in vitro.
Hasil kalus merupakan tahapan penting dalam memperbanyak bahan tanam kelapa sawit melalui kultur jaringan karena merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan jumlah klon yang akan dihasilkan. Selain media tanam, hasil kalus juga dipengaruhi oleh organ dan latar belakang genetik ortet yang digunakan sebagai sumber eksplan, serta lamanya inkubasi di ruang pembudidayaan. Daun dari empat individu yang berasal dari dua persilangan tetua (DS029D x LM002T dan BJ126D x LM002T) digunakan sebagai sumber eksplan untuk mengetahui pengaruh genetik sumber ortet, urutan daun, dan lamanya inkubasi eksplan terhadap jumlah kalus yang dihasilkan. Daun yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pada lapisan pelepah ke-4,-5, -6, -7 dan -8. Adapun peubah yang diamati adalah hasil kalus masing-masing sumber ortet setiap bulannya. Hasil penelitian menunjukkan sumber ortet persilangan BJ126D x LM002T memberikan hasil kalus yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan persilangan DS029D x LM002T. Jumlah kalus paling tinggi dihasilkan dari persilangan BJ126D x LM002T (MK 3) pada daun -4 dan waktu inkubasi 0-6 bulan.
Kultur jaringan dimanfaatkan sebagai alat dalam program pemuliaan dan perbanyakan material komersial kelapa sawit. Untuk mengontrol proses kultur jaringan di laboratorium, analisis DNA dapat dilakukan dalam usaha menjamin kebenaran informasi identitas serta untuk mengetahui kestabilan genetik material pada tiap tahap proses kultur jaringan. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji ekstraksi DNA material kultur jaringan kelapa sawit serta sidik jari DNA pada material kultur pada tiap tahapan proses kultur jaringan, menggunakan 11 marka SSR dan 6 kombinasi primer selektif AFLP. Hasil menunjukkan bahwa protokol ekstraksi DNA yang dilakukan dapat digunakan untuk memperoleh DNA dengan kuantitas dan kualitas yang cukup untuk PCR-SSR dan PCR-AFLP. Profil SSR yang sama ditunjukkan pada semua cuplikan material yang dianalisis pada tiap tahap proses kultur jaringan. Terdapat variasi hasil sidik jari DNA menggunakan AFLP, dimana terdapat profil AFLP yang berbeda pada material yang sama pada tahap kalus dan eksplan, serta embrio dan ramet. Perbedaan profil DNA pada material yang sama pada tahap kultur yang berbeda tersebut menunjukkan adanya perubahan genetik material kultur yang mungkin disebabkan oleh pengaruh proses kultur jaringan. SSR dapat digunakan untuk identifikasi atau verifikasi identitas material kultur, sedangkan marka DNA yang menunjukkan ketidakstabilan genetik material kultur dapat digunakan untuk kajian lebih lanjut mengenai perubahan genetik material kultur dalam kaitannya dengan abnormalitas klon.
Perbanyakan kelapa sawit melalui teknik kultur jaringan diawali dengan proses sterilisasi eksplan. Sterilisasi merupakan tahapan yang krusial karena menentukan jumlah produksi tanaman kultur yang bebas mikroba. Konsentrasi dan durasi paparan sterilan harus ditentukan secara empiris agar diperoleh prosedur sterilisasi eksplan yang efektif namun tidak menyebabkan kematian eksplan. Penelitian ini bertujuan memperoleh protokol sterilisasi yang tepat untuk eksplan daun muda kelapa sawit menggunakan sterilan tunggal. Dua jenis sterilan yakni alkohol dan sodium hipoklorit pada konsentrasi dan durasi paparan tertentu digunakan dalam perlakuan sterilisasi. Perlakuan alkohol yang diberikan tidak menunjukkan perbedaan tingkat kontaminasi, browning, dan respon pertumbuhan eksplan yang signifikan melalui uji sidik ragam (ANOVA), begitupun perlakuan dengan sodium hipoklorit (NaOCl). Perlakuan terbaik ditunjukkan pada perlakuan alkohol 70% dengan durasi paparan selama 5 menit dan sodium hipoklorit 10% selama 10 menit. Perlakuan tersebut cukup efektif menekan kontaminasi eksplan dengan persentase eksplan yang mengalami browning paling rendah, serta respon pertumbuhan berupa pembengkakan jaringan paling baik. Alkohol dengan konsentrasi tinggi yaitu 80% dan 90% menyebabkan kematian jaringan, sedangkan penggunaan sodium hipoklorit dalam konsentrasi tinggi meningkatkan risiko eksplan browning. Jenis kontaminasi yang ditemukan dalam kultur adalah bakteri dan jamur. Dominasi kontaminan bakteri ditemukan pada perlakukan alkohol, sedangkan pada perlakuan sodium hipoklorit kontaminasi didominasi oleh jamur.
Salah satu metode perbanyakan bahan tanaman elit kelapa sawit yang dikenal sebagai tanaman bernilai ekonomis tinggi adalah melalui teknik kultur jaringan (klon). Kendala dalam perbanyakan klonal bahan tanaman kelapa sawit adalah rentang waktu proses kultur yang cukup lama. Berbagai faktor yang mempengaruhi kecepatan perkembangan kultur kelapa sawit di antaranya adalah respon genotipe, jenis dan konsentrasi hormon yang digunakan, tipe dan umur eksplan dan lain sebagainya. Faktor penting lainnya adalah intensitas cahaya dan penggunaan filter cahaya yang dipaparkan ke kultur yang dipelihara di ruang kultur. Hasil pengamatan pada nilai pertambahan tinggi, jumlah akar primer dan sekunder kultur menunjukkan bahwa perlakuan intensitas dan filter cahaya tidak berpengaruh pada pertumbuhan kultur yang ditanam di media dengan penambahan NAA. Jumlah daun dipengaruhi oleh kedua perlakuan, meskipun hasilnya tidak nyata. NAA tampaknya memiliki pengaruh yang lebih kuat dalam meregulasi pertumbuhan kultur. Sedangkan pada kultur yang ditanam di media tanpa NAA, intensitas dan filter cahaya berpengaruh terhadap jumlah daun, jumlah akar primer dan akar sekunder, terutama perlakuan 2 lampu tanpa filter. Intensitas cahaya sebesar 2800 lux (≈27 photosynthetic photon flux density (PPFD)) optimum terhadap pertumbuhan kultur kelapa sawit. Kata kunci: filter cahaya, intensitas cahaya, kelapa sawit, kultur in vitro, NAA
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.