Sex education is the provision of information about sex that aims to Keywords: Parent, sexual education, child AbstrakDefinisi pendidikan seks adalah pemberian informasi tentang seks yang bertujuan untuk mengurangi potensi risiko akibat perilaku seks yang negatif. Namun istilah tersebut masih asing di beberapa kalangan masyarakat, sehingga orangtua merasa ragu untuk memberikan pengajaran tentang seks kepada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi orangtua terhadap pendidikan seks yang diberikan kepada anak sejak dini. Penelitian ini dilakukan di Desa Jambesari, Poncokusumo, Malang dengan menggunakan pendekatan fenomenologi dan melibatkan 5 orangtua (ibu) sebagai subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua menganggap pendidikan seks sebagai hal yang tabu, vulgar dan tidak pantas untuk disampaikan kepada anak, sehingga berpengaruh terhadap keterlibatan dan bentuk pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anak.
Sexual harassment can occur everywhere, whether at work, in public places, or in the educational environment. This research aims to describe (1) the forms of sexual abuse experienced, (2) psychological effects, (3) the decision-making process of victims of sexual harassment, and (4) the expectations of victims of sexual abuse. This research used is qualitative research with phenomenology and in-depth interviews. The subjects in the study are the victims of sexual harassment as many as three women who are aged 21-25 years and who are active students in Malang. The subjects are divided into two categories. The results of the study are the The forms of sexual harrasment, the psychological effects on cognitive, affective, and behavior, the description about the process of decision making for the victims, and the victims hope that researcher describe on the discussion. ABSTRAKPelecehan seksual dapat terjadi di tempat kerja, di tempat umum, maupun di lingkungan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah (1) bentuk pelecehan seksual yang dialami, (2) dampak psikologis, (3) proses pengambilan keputusan korban pelecehan seksual,dan (4) harapan korban pelecehan seksual. Penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan teknik wawancara mendalam. Adapun subjek dalam penelitian merupakan korban pelecehan seksual sebanyak tiga orang perempuan berusia 21-25 tahun dan merupakan mahasiswa aktif di Malang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pelecehan seksual verbal dan non-verbal yang terjadi, dampak psikologis terkait dampak kognitif, afektif, psikomotorik dan perilaku, proses pengambilan keputusan korban yang melaporkan dan tidak melaporkan kasus, serta harapan korban yang dijabarkan dalam hasil dan pembahasan.
<p class="IABSTRAK"><strong>Abstract: </strong>Subjective well-being is people’s evaluation of they life. It includes evaluation about cognitive and affective. People have higher subjective well-being, they have a more positive affective or good feelings and satisfied with the life they have. Contrary, people who have lower subjective well-being tend to overcome negative feelings in him. Therefore, subjective well-being is very important in the life of every individual is no exception to the new students. There are many factors that influence the subjective well-being such as sex, religion, education, intelligence emotion regulation and self efficacy. This study focused on the influence of self efficacy and regulasi emosi toward subjective well-being. This study aims to look at the effects of self-efficacy and emotion regulation towards students’s subjective well-being. The study involved 107 new students majoring in engineering architecture that consists of 51 men and 56 women This study uses a quantitative approach which is measured using four scales that is Possitive and Negative Affect Schedule (PANAS) and Satisfaction with Life Scale (SWLS), General Self efficacy (GSE), and Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) to measure emotion regulation. The results show that there is the influence of self-efficacy and emotion regulation on subjective well-being. Simultanously, self-efficacy and regulation of emotions influence subjective well-being of 32.5% to the subjective well-being. But partialy, self efficacy more has contribute to subjective well-being, than emotion regulation.</p><div class="Section1"><p class="IABSTRAK"><strong>Abstrak:</strong> <em>Subjective well-being</em> merupakan evaluasi individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif dan afeksi. Individu dikatakan memiliki <em>subjective well-being</em> tinggi jika mengalami lebih banyak afeksi positif atau perasaan menyenangkan dan puas atas kehidupan yang dimiliki. Sebaliknya, orang yang memiliki <em>subjective well-being</em> rendah cenderung diliputi perasaan-perasaan negatif dalam dirinya. Oleh sebab itu, <em>subjective well-being</em> sangat penting dalam kehidupan setiap individu tidak terkecuali pada mahasiswa baru. Ada banyak faktor yang mempengaruhi <em>subjective well-being</em> antara lain jenis kelamin, religiusitas, pendidikan, kecerdasan, regulasi emosi dan <em>self efficacy</em>. Penelitian ini memfocuskan tentang pengaruh efikasi diri dan regulasi emosi terhadap <em>subjective well-being. </em>Penelitian ini melibatkan 107 orang mahasiswa baru jurusan teknik arsitektur yang terdiri dari 51 orang laki-laki dan 56 orang perempuan Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang diukur menggunakan empat skala yaitu <em>Possitive and Negative Affect Schedule</em> (PANAS), <em>Satisfaction with Life Scale</em> (SWLS), General <em>Self efficacy</em> (GSE) dan <em>Emotion Regulation Questionnaire</em> (ERQ). Analisis yang dilakukan adalah analisis deskripsi dan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh <em>self efficacy</em> dan regulasi emosi terhadap <em>subjective well-being</em>. Secara bersama-sama, <em>self efficacy</em> dan regulasi emosi mempengaruhi <em>subjective well-being</em> sebesar 32,5%terhadap <em>subjective well-being</em>. Secara terpisah, <em>self efficacy</em> memberikan sumbangan sebanyak 21,62% dan regulasi emosi sebanyak 3,53% terhadap <em>subjective well-being</em>.</p></div>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.