Recently, the main problem of the rice stock and distribution in Indonesia is the quality degradation as indicated in unpleasant odor (smelly), stained, yellowness, and high percentage of broken rice. This is due to the low of paddy quality dried by from either direct
Kitosan adalah hasil proses deasetilasi dari senyawa kitin yang banyak terdapat dalam kulit luar hewan golongan Crustaceae seperti udang dan kepiting. Bila dikonsumsi di dalam tubuh manusia Kitosan bisa berfungsi menyerap lemak. Kemampuan Kitosan untuk menyerap lemak tergantung pada derajat deasetilasinya. Percobaan dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pembuatan Kitosan dari kulit udang, dengan variasi konsentrasi NaOH masing-masing 20, 30, 40 dan 50% (% berat). Kitosan yang dihasilkan dari proses ini dianalisis derajat deasetilasinya dengan FTIR. Tahap kedua adalah proses penyerapan lemak menggunakan Kitosan dengan derajad deasetilasi paling besar. Variabel penelitian adalah ekstrasi masing-masing 10, 30, 45, 60 menit. massa lemak yang ditambahkan ke dalam 50 ml lemak masing-masing 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 gr. Lemak kemudian dianalisis kadar kolesterolnya dengan Spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat deasetilasi Kitosan paling tinggi adalah 82,98% yang didapat dari proses deasetilasi menggunakan konsentrasi NaOH 50%, sedangkan kondisi yang efektif proses penyerapani lemak adalah pada konsentrasi (g/ml) berat Kitosan 5 gr di dalam 50 ml lemak serta waktu penyerapani lemak 60 menit menunjukkan derajad penyerapan kolesterol sebesar 45,46%
Starch is a potential substrate for this purpose, but the extra cost is needed to hydrolyze it into reducing sugar. As an alternative to the expensive and energy demanding conventional hydrolysis process, the low-temperature hydrolysis is being studied. Granular Starch Hydrolysing Enzyme (GSHE) was used in the process to degrade starch into reducing sugar at 30°C and pH 4. The substrates included bitter cassava flour, sweet cassava starch, and gadung flour. Starch concentrations studied were 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350, and 400 g/L, respectively, while concentration of enzyme was 1.5 % (w/w). The optimum condition of the process was hydrolysis using 200 g/L of substrate concentration and enzyme concentration of 1.5% for 12 h. It was found that the reducing sugar was 49.3 g/L and the productivity of reducing sugar (Qrs) was 4.11 (gL-1 h-1). Lineweaver-Burk plot of Michaelis-Menten equation was used to study the inhibition kinetics. The Michaelis-Menten constants (Km) for these three substrates were determined as 141.64 g/L, 137,64 g/L and 140.84 g/L for bitter cassava flour, sweet cassava starch, and gadung flour, respectively. The value of Vm/Km, which denotes the affinity of the enzyme to the substrate, were determined and compared, and the result showed that the affinity (Vm) to the enzyme to this substrate followed the order of sweet cassava starch˃ bitter cassava flour˃ gadung flour, and all are non-competitive inhibitor, while the Ki value was 0.022 h -1.
Bioetanol adalah nama lain etanol yang dapat dibuat dari bahan baku biomasa. Tanaman Uwi (Discorea alata) mudah tumbuh di lereng-lereng gunung, hutan sebagai tanaman liar, namun tanaman ini ada yang sengaja ditanam orang. Tanaman Uwi mengandung karbohidrat cukup tinggi (32,64%) sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Pada penelitian ini umbi Uwi terlebih dulu dibuat pati agar memudahkan terjadinya proses hidrolisis dan fermentasi. Proses pembuatan pati Uwi adalah dengan mengekstrak bubur (hasil parutan) Uwi menggunakan air. Proses hidrolisis dan fermentasi dilakukan secara serentak atau Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF). Konsentrasi pati Uwi 200 g/L, konsentrasi enzim (Stargen TM 002) 1,5% (w/w), konsentrasi yeast 1,10% (w/w) dan pada suhu 30°C. Hasil proses SSF adalah konsentrasi bioetanol kadar rendah, sehingga agar kemurnian bioetanol meningkat perlu dilakukan distilasi. Proses distilasi menggunakan distilasi 2 tahap, terdiri dari 2 kolom, meliputi kolom 1 tanpa bahan isian dilengkapi pipa pendingin yang berbentuk spiral, sedangkan kolom 2 berisi bahan isian yaitu packing. Proses distilasi 2 tahap masing-masing ini dioperasikan pada suhu 78°C. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh waktu SSF terhadap konsentrasi bioetanol dan mempelajari waktu distilasi tahap 1 dan 2 terhadap konsentrasi bioetanol. Proses SSF dilakukan selama 90 jam. Hasil terbaik proses SSF dicapai selama 72 jam yang menghasilkan konsentrasi bioetanol 12,30%. Proses distilasi 1 dan 2 dilakukan masing-masing selama 105 menit. Hasil terbaik dari distilasi tahap 1 dan tahap 2dicapai selama waktu masing-masing 90 menit, yaitu konsentrasi bioetanol 27,93% dan 85,30%. Perancangan alat distilasi 2 tahap ini layak digunakan sebagai alat pemunian bioetanol hasil SSF.
Abstrak Khitosan adalah hasil proses deasetilasi dari senyawa khitin yang banyak terdapat dalam kulit luar hewan golongan Crustaceae seperti udang dan kepiting. Elektron nitrogen pada gugus amino yang dimiliki khitosan dapat mengikat ion-ion logam PendahuluanPerairan Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dengan berbagai jenis invertebrata. Salah satu komoditi yang menjadi primadona adalah udang. Di Indonesia udang mengalami proses "cold storage" dimana bagian kepala, ekor, dan kulit dibuang sebagai limbah. Limbah udang ini dapat mencemari lingkungan di sekitar pabrik sehingga perlu dimanfaatkan. Selama ini kulit udang hanya dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kerupuk, terasi, dan suplemen bahan makanan ternak. Padahal 20-30% limbah tersebut mengandung senyawa khitin yang dapat diubah menjadi khitosan.Khitosan adalah hasil proses deasetilasi dari senyawa khitin yang banyak terdapat dalam kulit luar hewan golongan Crustaceae seperti udang dan kepiting. Khitin dan khitosan keduanya tidak bersifat toksik, berbentuk serbuk berwarna putih dan semi transparan. Oleh karena sifatnya yang tidak larut dalam beberapa jenis asam mineral dan air, maka sangat menguntungkan apabila difungsikan sebagai adsorbent (Suhardi, 1992).Adsorbsi adalah peristiwa penjerapan unsur atau senyawa di permukaan oleh suatu adsorben. Adsorbsi terjadi karena adsorben memiliki gayaVan der Waals pada molekul-molekulnya, dimana gaya tersebut menyebabkan molekul-molekul dari zat yang diadsorbsi terikat pada permukaan adsorben. Apabila adsorbate dan permukaan adsorben hanya terikat oleh gaya van der waals saja maka dinamakan adsorbsi fisis atau adsorbsi van der waals. Molekul yang teradsorbsi terikat pada permukaan secara lemah dan panas adsorbsinya rendah (Forster, 1983
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.