Pandemi CoronaVirus Disease-2019 yang terjadi sejak tahun 2019 lalu membawa dampak serius pada berbagai sektor ekonomi. Pandemi covid-19 juga berdampak negatif pada sektor bisnis termasuk bisnis komoditi pertanian dan perkebunan termasuk usahatani kelapa sawit rakyat. Akibat pandemi covid-19 kehidupan petani kelapa sawit rakyat turut terdampak yang ditandai dengan penurunan tingkat pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi usahatani kelapa sawit rakyat pada masa pandemi covid-19, mengetahui kesiapan petani dalam mengelola usahataninya di masa pandemi covid-19, merumuskan strategi pengelolaan usahatani kelapa sawit rakyat masa pandemi covid-19. Penelitian dilakukan di Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang yang dipilih secara sengaja. Jumlah sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus slovin dengan jumlah 96 responden. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan dan analisis SWOT. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan; kondisi pengelolaan usahatani kelapa sawit rakyat pada masa pandemi covid-19 berada pada kondisi yang tidak menguntungkan bagi petani, yang ditandai dengan terjadinya peningkatan biaya produksi, peningkatan biaya tenaga kerja; terjadi penurunan produksi, terjadi penurunan penerimaan dan pendapatan petani. Petani responden siap untuk mengembangkan usaha taninya pada masa pandemi covid-19 dengan strategi khusus. Strategi agresif merupakan strategi yang relevan untuk diimplementasikan dalam pengelolaan usahatani kelapa sawit rakyat pada masa pandemi covid-19.
Penelitian bertujuan mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap kondisi sosial ekonomi petani hortikultura di Kabupaten Karo. Metode analisis data dengan skala semantic differential dan deskriptif. Berdasarkan penelitian disimpulkan; a) erupsi menyebabkan memburukya fasilitas umum meliputi; akses terhadap air bersih, akses energi listrik, layanan kesehatan serta pelayanan rumah ibadah, anak-anak petani terkendala dalam melanjutkan pendidikan. b) petani mengalami keterbatasan dalam mengakses pinjaman untuk pembiayaan usahatani, c) mobilitas pengungsi yang tinggi mengakibatkan menurunnya penawaran tenaga kerja, d) erupsi menyebabkan terjadinya peningkatan rata-rata biaya produksi per petani; usahatani wortel naik 23,01%, usahatani cabai naik 63,60% dan tomat naik 79,86%, e) erupsi mengakibatkan penurunan rata-rata pendapatan per petani; usahatani kol turun 18,34%, usahatani tomat turun 36,31% dan usahatani cabai turun 44,21%. Berdasarkan penelitian disarankan; a) pemerintah harus membantu petani dalam penyediaan; bibit unggul bersertifikat, pupuk subsidi, bantuan modal usahatani dan sarana produksi, b) pemerintah harus melakukan pelatihan dan penyuluhan untuk mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi usahatani, c) pemerintah harus melakukan perbaikan fasilitas-fasilitas umum yang mendukung kegiatan usahatani seperti; saluran irigasi, jalan-jalan kesentra usahatani yang telah rusak, d) pemerintah harus melakukan perbaikan atas fasilitas sosial yang mengalami kerusakan seperti; sarana dan prasarana sekolah dan rumah ibadah.
Nelayan tradisional dicirikan dengan kualitas sumber daya manusia, keterampilan dan produktivititas yang rendah. Nelayan tradisional di Kabupaten Serdang Bedagai juga memiliki karakteristik aset dan teknologi alat tangkap terbatas, turut menyebabkan rendahnya produksi yang berdampak pada rendahnya pendapatan nelayan. Rendahnya pendapatan dan tidak adanya strategi peningkatan pendapatan nelayan menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pendapatan nelayan tradisional dan merumuskan strategi peningkatan pendapatannya. Penelitian dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan September - Desember 2020. Penelitian ini menggunaan data primer dan sekunder, yang dianalisis dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yaitu analisis pendapatan dan analisis SWOT. Berdasarkan penelitian disimpulkan: a) Pendapatan nelayan tradisional pada musim ikan rata-rata Rp65.398,00/hari atau Rp980.971,00/bulan. Pendapatan pada musim paceklik rata-rata Rp13.675,00/ hari, atau Rp205.121,00/bulan; b) Faktor kekuatan nelayan yang dominan adalah memiliki pengalaman dalam mengembangkan kelompok nelayan dan faktor kelemahan adalah waktu dan jangkauan melaut yang terbatas. c) Faktor peluang yang dominan adalah permintaan ikan yang sangat tinggi; d) Strategi peningkatan pendapatan nelayan adalah strategi agresif, dengan strategi prioritas; 1) pembentukan kelompok nelayan serta penggunaan alat tangkap modern, 2) Pelatihan dan penyuluhan nelayan, 3) Penggunaan teknologi informasi yang didukung pemerintah, 4) Pengembangan kerjasama dengan mitra. Berdasarkan penelitian direkomendasikan agar; a) Pemerintah memfasilitasi nelayan untuk membentuk kelompok untuk peningkatan kapasitas dan keterampilannya, b) Pemerintah memberikan dukungan dana untuk pengadaan sarana prasarana penangkapan ikan, c) Pemerintah rutin melakukan penyuluhan, pelatihan kepada nelayan untuk melakukan pengolahan ikan untuk meningkatkan nilai tambahnya serta cara melestarikan sumber daya laut dan pesisir yang berkelanjutan.Title: Analysis and Strategies to Increase Income of Traditional Fishers in Coastal Areas at District of Serdang Bedagai, North SumateraTraditional fishers are characterized by low of quality of human resources, lack of skills and low productivity. Traditional fishers in Serdang Bedagai are depicted as limited assets, technology and fishing gear, contributed to low production which impacted to low income of fishers. This study aims to determine the level of income and formulate strategies to increase fishers’s income. This study was conducted in September-December 2020, using primary and secondary data. Data were analyzed using qualitative and quantitative approaches with income analysis and SWOT analysis. The results conclude that average income of traditional fishers in fishing season is IDR65,398/day or IDR 980,971/month. The average income during the famine season is IDR13,675/day or IDR205,121/month. Furthermore, dominant factor of fishers strength is having experience in fishing groups. Dominant factor of opportunity is a high demand for fish. Some priority actions as aggressive strategies to increase income of fishers are needed such as forming groups of fishers and utilizing modern fishing gears, training and counseling for fishers, using information technology, and developing cooperation and network. Therefore, this paper suggests some recommendations: a) Governments need to facilitate fishers to form groups to increase their capacity and skills, b) Governments shall provide financial support to establish facilitates and infrastructure of fisheries activities, c) Governments should conduct assistance, guidance and training for fishers to implement fish processing to add values, and to sustain coastal resources.
The aim of this study are; a) to determine the efficiency level of citrus farming and conversion to coffee farming in Barusjahe District, b) to identify social, economic and technical factors affecting conversion of citrus farming to coffee farming in Barusjahe District, and this research uses descriptive data analysis method. The results of research are; a) average income level of citrus farming Rp. 14,867,110/ha/ year < average income of coffee farming Rp.17.675.996 /ha/ year, and efficiency of citrus farming (R/ C: 2.52) < efficiency of coffee farming (R/C: 4,43), b) Social factor that is public acknowledgment is the main reason of 33% of respondents to convert citrus farming to coffee farming. And the economic factor that is the price is the main reason 33.3% respondents, the conversion of citrus farming to coffee farming. As well as technical factors namely the maintenance process is the main reason for 56.67% of farmers respondents to convert citrus farming to coffee farming in Barusjahe District. Based on the research results suggested; a) for the government to conduct continuous counseling for farmers of coffee farming so that its production is increasing, b) so that citrus farmers do better maintenance and maintenance in order to optimize their production, c) so that farmers use pesticide in accordance with recommended dosage, to reduce the cost pesticides, d) for farmers to pay attention to the concept of sustainable agriculture in converting land from citrus farming to coffee farming in Barusjahe District so farmers' income can be sustainable.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani tanaman biofarmaka dan kontribusinya terhadap total pendapatan keluarga petani. Penelitian dilakukan di Kecamatan Dolok Masagal, Kabupaten Simalungun, pada Pebruari s/d Mei 2021. Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang mengelola usahatani biofarmaka pada 3 (tiga) desa dari 10 (sepuluh) desa di Kecamatan Dolok Masagal dengan populasi 436 kk. Sampel pada penelitian ditentukan secara sengaja dengan jumlah 30 respoden, dan didistribusikan secara proporsional pada tiga desa sebagai lokasi pengambilan data yaitu; Desa Dolok Huluan 16 responden, Desa Bangun Pane 12 responden dan Desa Bintang Mariah 2 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan; 1) rata-rata pendapatan usahatani tanaman biofarmaka adalah Rp74.504.744 per tahun, rata-rata pendapatan dari usahatani non-biofarmaka adalah Rp5.137.692 per tahun dan rata-rata pendapatan diluar usahatani sebesar Rp7.496.667 per tahun; 2) pendapatan usahatani tanaman biofarmaka memberikan kontribusi 84,1% terhadap total pendapatan keluarga petani dan pendapatan usahatani non-biofarmaka berkontribusi 5,9% serta pendapatan diluar usahatani memberikan kontribusi sebesar 10% terhadap total pendapaan keluarga petani. Berdasarkan penelitian disarankan; 1) agar petani membentuk kelompok tani dalam mengembangkan usahatani biofarmaka sehingga terbantu dalam mengakses bibit, pupuk, pestisida/ obat-obatan dengan harga yang relatif lebih murah; 2) agar Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Dolok Masagal aktif memberikan penyuluhan kepada petani dalam pengembangan usahatani biofarmaka; 3) agar pemerintahan bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan pengolahan tanaman obat-obatan, untuk menampung produksi usahatani biofarmaka masyarakat sehingga stabilitas harga terjamin terutama pada saat musim panen.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.