Pola pikir dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar sepatutnya dimulai dari pendidik untuk meningkatkan literasi sains siswa sekolah dasar. Berkaitan dengan hal tersebut, tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui penyebab rendahnya literasi sains siswa sekolah dasar, 2) untuk mendeskripsikan alternatif solusi peningkatan literasi sains siswa sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan berupa studi kepustakaan. Hasil dari analisis yang dilakukan didapatkan bahwa faktor penyebab rendahnya literasi sains siswa adalah: a) penggunaan buku ajar yang belum tepat, b) miskonsepsi siswa, c) pembelajaran yang tidak kontekstual, d) rendahnya kemampuan membaca, e) lingkungan dan iklim belajar, f) infrastruktur sekolah, g) sumber daya manusia, h) manajemen sekolah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemangku kebijakan dalam proses perbaikan literasi sains siswa untuk menjawab tantangan dari survey PISA dan TIMSS, begitu pun pada peningkatan hasil belajar IPA siswa. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah sebagai solusi dalam meningkatkan hasil belajar IPA antara lain sebagai berikut: a) gerakan literasi sekolah, b) memberikan dana bantuan operasional sekolah, c) transformasi kepemimpinan sekolah, d) meningkatkan kompetensi guru, e) memperbaiki kurikulum, f) memperbaiki buku ajar, g) mengadakan asesmen kompetensi minimum, h) penggunaan platform digital.
Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi mahasiswa melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media edmodo, 2) untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media edomodo, 3) untuk mendeskripsikan respon mahasiswa terkait penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media edomodo. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian ini seluruh mahasiswa semester IV program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja sebanyak 20 orang mahasiswa. Obyek penelitian adalah motivasi belajar mahasiswa dan kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran IPA SD. Metode analisis dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) terjadi peningkatkan motivasi belajar mahasiswa dari 66,27% pada siklus I menjadi 82,25% pada siklus II, atau peningkatan sebesar 15,98% berada pada kategori baik, 2) terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dari 69,50% pada siklus I menjadi 84,40% pada sisklus II atau peningkatan sebesar 15% berada pada kategori baik, 3) persentase rerata respon mahasiswa terhadap proses pembelajaran sebesar 80,10% berada pada kategori baik.
<p>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan berpikir kritis dan karakter pada siswa kelas V sekolah dasar antara siswa yang mengikuti siklus belajar <em>tri pramana</em> dalam pembelajaran IPA bermuatan kearifan lokal dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah <em>pretest</em>-<em>posttest nonequivalent control group design </em>dengan rancangan faktorial 2 x 2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik analisis multivarians (MANOVA) dengan menggunakan nilai <em>N gain</em>. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis dan karakter pada siswa kelas V sekolah dasar antara siswa yang mengikuti siklus belajar <em>tri pramana</em> dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPA bermuatan kearifan lokal. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil statistik dengan bantuan <em>SPSS 17 for windows</em> didapatkan hasil F untuk <em>Wilks lambda </em>memiliki signifikansi lebih kecil dari 0,05. (2) Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas V sekolah dasar antara siswa yang mengikuti siklus belajar <em>tri pramana</em> dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPA bermuatan kearifan lokal dengan nilai statistik statistik 4.666 dengan taraf signifikansi < 0,05. (3) Terdapat perbedaan karakter pada siswa kelas V sekolah dasar antara siswa yang mengikuti siklus belajar <em>tri pramana</em> dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPA bermuatan kearifan lokal dengan nilai statistik F = 4,214 dengan taraf signifikansi < 0,05.</p>
This research aims to: 1) know the difference in interest in learning mathematics between students who follow the problem-based learning model with students who follow conventional learning models, 2) know the difference in mathematics learning outcomes between students who follow the problem-based learning model and students who follow conventional learning models, 3) simultaneously know the differences in learning interests and learning outcomes of mathematics between students who follow the problem-based learning model and students who follow conventional learning models. This study is a quasi-experiment with randomized post-test only control group design. The population of this study is all students in grade V elementary school, cluster XV, Buleleng district. There were 182 students, while the study sample comprised 60 students, comprising 30 students as a control group and 30 students in an experimental group. The research instrument uses questionnaires to measure interest and tests to measure students learning outcomes, which are further analyzed using one-way manova. the results showed: 1) there was a significant difference in the learning interests of students who followed the problem-based learning model with conventional learning, 2) there are significant differences in math learning outcomes that follow problem-based learning models compared to conventional learning, 3) there are differences in learning interests and math learning outcomes of students who follow problem-based learning models and conventional learning. The results of data analysis show that the application of problem-based learning models has a significant influence on students nterests and learning outcomes.
<p><em>This classroom action research aims to improve the fine motoric development of children in group A TK Weda Purana Pemaron, through finger painting activities. The subjects of this classroom action research were group A children of TK Weda Purana Pemaron, totaling 5 children. This classroom action research was conducted in two cycles. Each cycle goes through the planning, implementation, observation and reflection stages. Methods of data collection are done through performance, observation, and documentation. Data analysis in this study used a qualitative descriptive analysis. Based on the results of the pre-cycle before classroom action research, it shows that the child’s fine motoric development has not yet reached optimal results, which only reached a percentage of 50% or the category began to develop. So that action is taken in the first cycle to achieve results with a percentage of 70% or developing categories as expected, while in cycle II achieve results with a percentage of 90% or very well developed categories. With these results indicate that the indicators of success have been achieved.</em></p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.