Pengembangan fisik motorik merupakan salah satu pengembangan dasar bagi anak usia dini karena melalui kemampuan ini anak dapat mengembangkan berbagai keterampilan gerak tubuh yang akan mendukung anak dalam melakukan berbagai aktivitas. Keterampilan motorik halus merupakan kemampuan fisik anak dalam melakukan dan menggendalikan otot-otot halus melalui koordinasi gerak tangan dan mata. Upaya meningkatkan motorik halus pada anak dapat dilakukan melalui berbagai macam kegiatan. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan yaitu melalui kegiatan kolase berbantuan bahan alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motorik halus anak Kelompok B melalui kegiatan kolase di PAUD Aisyiyah Dalung. Subjek penelitian adalah anak Kelompok B di PAUD Aisyiyah Dalung yang berjumlah 15 anak terdiri dari siswa perempuan 7 anak dan siswa laki-laki 8 anak. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil observasi awal sebelum dilakukan tindakan menunjukkan ada 1 anak yang memenuhi kriteria ketuntasan 6.67% setelah diberikan kegiatan kolase berbantuan bahan alam, pada Siklus I mengalami peningkatan sebesar 33.33% dan pada Siklus II mencapai ketuntasan sebesar 86.67%. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa kegiatan kolase berbantuan bahan alam mampu meningkatkan motorik halus pada 15 anak Kelompok B di PAUD Aisyiyah Dalung.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki tahapan dan prinsip yang selaras dengan pendekatan pembelajaran saintifik. Pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada anak, terdiri dari proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Penelitian ini untuk menganalisis kendala-kendala yang dihadapi serta efektitivitas dalam penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing yang diaplikasikan oleh guru PAUD. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metide pengumpulan data berupa oberservasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitian ditemukan persentase guru yang telah menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebesar 53,3%, kendala yang ditemukan dalam penerapan disebabkan karena Kemampuan anak tidak merata (86,7%). Dan Efektifitas penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing diketahui dari rata-rata perkembangan kemampuan anak yang menunjukan 4,4% berkembang sangat baik, 68,9% sudah berkembang sesuai harapan, 26,7% mulai berkembang dan tidak anak-anak yang belum mengalami perkembangan.
ABSTRAKAlat Peraga/Permainan Edukatif (APE) bagi anak usia dini memegang peranan penting sebagai media stimulasi, pembelajaran dan permainan, sedangkan bagi guru merupakan sarana yang membantu dalam penyampaian pembelajaran. Keterbatasan pengadaan atau penggunaan APE lebih dikarenakan ketidakmampuan guru dalam memanfaatkan secara optimal APE yang sudah ada, sedangkan keterbatasan pengadaannya disebabkan oleh keengganan untuk membuat sendiri. Diperlukan sedikit kreativitas dari guru PAUD untuk dapat membuat APE sendiri, karena banyak bahan bahkan bahan bekas dapat dijadikan sebagai alternatif pembuatan APE. Maka Program Studi PG-PAUD yang landasan ilmunya dalam bidang pendidikan, mengabdikan potensi dan kapasitasnya di tengah masyarakat, secara khusus pada lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dengan sasaran utama pendidik dan anak usia dini melalui program Pengabdian kepada Masyarakat memberi pelatihan pengetahuan dan keterampilan membuat APE (Alat Peraga Edukatif) dan (APE) Alat Permainan Edukatif yang kreatif sesuai dengan usia anak, materi dan tujuan pembelajaran.Kata kunci: Alat Peraga Edukatif (APE), Pembelajaran, Anak Usia DiniABSTRACTEducational Teaching Aids (APE) for early childhood plays an important role as a medium for stimulation, learning and games, while for teachers is a tool that helps in the delivery of learning. The limitations of procurement or use of APE are more due to the inability of teachers to make optimal use of the existing APE, while the limitations of procurement are caused by reluctance to make their own. A little creativity is needed from PAUD teachers to be able to make APE itself, because many ingredients and even used materials can be used as an alternative to making APE. So the PG-PAUD Study Program, whose foundation is in the field of education, devotes its potential and capacity in the community, specifically to Early Childhood Education institutions with the main goal of educators and early childhood through the Community Service program providing training in knowledge and skills to make APE (Educational Teaching Aids) and (APE) Creative Educational Game Tools according to the age of the child, material and learning objectives.Keywords: Educational Teaching Aids (APE), Learning, Early Childhood
The COVID-19 pandemic has become a stressor for individuals today which results in the emergence of various psychological problems such as anxiety, fear, and stress. So that psychological problems are not experienced, it is necessary to make efforts to develop individual resilience. Resilience is the individual's ability to survive and rise from the problems that are happening in his life. Efforts to develop individual resilience during the COVID-19 pandemic can be done by utilizing Islamic Art Therapy. This paper uses a literature study approach using content analysis. Through the use of Islamic Art Therapy it can effectively develop individual resilience during the COVID-19 pandemic.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.