INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar hormon testosteron, libido, dan kualitas sperma kambing Bligon, Kejobong, dan Peranakan Etawah (PE). Sampel terdiri dari 3 ekor kambing Bligon, 3 ekor kambing Kejobong, dan 3 ekor kambing PE jantan. Kadar testosteron diukur menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Tingkat libido diketahui dengan pengamatan waktu pertama mencumbu betina, menaiki betina, sampai ejakulasi. Penampungan sperma menggunakan metode vagina buatan. Data yang diperoleh kemudian ditentukan nilai korelasi antara kadar testosteron dengan libido dan kualitas sperma. Hasil menunjukkan testosteron pagi kambing Bligon berkorelasi terhadap waktu mencumbu betina (R= -0,79 dan Y= 20,91-6,52X), menaiki betina (R= -0,80 dan Y= 20,28-7,16X), ejakulasi (R= -0,81 dan Y= 14,03-7,56X), volume sperma (R= 0,65 dan Y= -0,78+0,03X), dan motilitas spermatozoa (R= 0,70 dan Y= -73,83+1,43X) (P<0,01). Testosteron pagi kambing Kejobong berkorelasi terhadap waktu mencumbu betina (R= -0,75 dan Y= 14,96-0,68X), menaiki betina (R= -0,69 dan Y= 21,59-0,86X), ejakulasi (R= -0,66 dan Y= 28,51-0,83X), dan konsentrasi spermatozoa (R= 0,59 dan Y= 430,73+12,75X) (P<0,01), sedangkan testosteron sore berkorelasi terhadap waktu mencumbu betina (R= -0,90 dan Y= 21,50-1,06X), menaiki betina (R= -0,90 dan Y= 24,89-1,16X), dan ejakulasi (R= -0,84 dan Y= 34,27-1,14X) (P<0,01). Testosteron sore kambing PE berkorelasi terhadap waktu mencumbu betina (R= -0,72 dan Y= 12,83-7,31X), menaiki betina (R= -0,72 dan Y= 9,11-7,67X), ejakulasi (R= -0,69 dan Y= 2,02-8,25X), viabilitas spermatozoa (R= 0,77 dan Y= -90,99+2,20X) dan konsentrasi spermatozoa (R= 0,72 dan Y= -452,10+9,56X) (P<0,01). Disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara kadar hormon testosteron dengan tingkat libido dan kualitas sperma, serta terdapat variasi korelasi diantara bangsa kambing.(Kata kunci: Korelasi, Testosteron, Libido, Kualitas sperma, Kambing) (R= -0.79 and Y= 20.91-6.52X), to mount (R= -0.80 and Y= 20.28-7.16X), to ejaculation (R= -0.81 and Y= 14.03-7.56X), sperm volume (R= 0.65 and Y= -0.78+0.03X) and motility of spermatozoa (R= 0.70 and Y= -73.83+1.43X) (P<0.01). Kejobong's testosterone in the morning was correlated with the first time to sniff (R= -0.75 and Y= 14.96-0.68X), to mount (R= -0.69 and Y= 21.59-0.86X), to ejaculate (R= -0.66 and Y= 28.51-0.83X) and concentration of spermatozoa (R= 0.59 and Y= 430.73+12.75X) (P<0.01), whereas Kejobong's testosterone in the afternoon was correlated with the first time to sniff (R= -0.90 and Y= 21.50-1.06X), to mount (R= -0,90 and Y= 24.89-1.16X) and to ejaculate (R= -0.84 and Y= 34.27-1.14X) (P<0.01). Testosterone in the afternoon of PE was correlated with the first time to sniff (R= -0.72 and Y= 12.83-7.31X), to mount (R= -0.72 and Y= 9.11-7.67X) and to ejaculation (R= -0.69 and Y= 2.02-8.25X) (P<0.01), spermatozoa viability (R= 0.77 and Y= -90.99+2.20X) and spermatozoa concentration (R= 0.72 and Y= -452.10+9.56X) (P<0.01). It could be concluded that testosterone l...
INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan produksi dan komposisi susu kambing daerah dataran tinggi dan dataran rendah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kambing yang digunakan dalam penelitian adalah 10 induk laktasi kambing Peranakan Ettawa di masing-masing lokasi yaitu Kabupaten Kulon Progo dan Bantul. Data yang diambil terdiri dari kondisi lingkungan, konsumsi pakan, produksi dan komposisi susu yang terdiri dari kadar lemak, kadar protein, dan berat jenis. Pengukuran dilakukan dalam 3 ulangan, dengan tiap ulangan selama 7 hari, pada awal, pertengahan dan akhir periode. Konsumsi pakan diukur selama 21 hari. Produksi susu diukur dari hasil pemerahan pagi dan sore. Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan analisis One way-Anova. Konsumsi nutrisi kambing di Kabupaten Kulon Progo lebih besar daripada Bantul (P<0,05). Rerata konsumsi bahan kering, protein kasar, serat kasar, dan total digestible nutrient kambing di Kulon Progo berturut-turut adalah 95,98 g; 14,26 g; 14,26 g, dan 0,06 kg/kg BB 0,75 sedangkan di Bantul 86,96 g; 10,87 g; 19,23 g, dan 0,05/kg BB 0,75 . Rerata produksi susu, kadar lemak, kadar protein, dan total bahan padat susu kambing di Kulon Progo adalah 501,71 g/hari; 4,84%, 4,41%, dan 13,26% sedangkan di Bantul 419,62±197,08 g/hari; 6,30%; 3,97%, dan 14,69%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kondisi lingkungan menyebabkan perbedaan produksi dan komposisi susu kambing Peranakan Ettawa salah satunya diakibatkan oleh perbedaan komposisi pakan dan konsumsi nutrien, sebagaimana hasil yang diperoleh di Kulon Progo dan Bantul.(Kata kunci: Dataran rendah, Dataran tinggi, Kambing Peranakan Ettawa, Komposisi susu, Produksi) ABSTRACT The objective of this study was to determine the differences of milk production and compotition of Ettawa Crossbred goats in highland and lowland area of Yogyakarta. The study used ten lactating Ettawa
Abstract. Hartatik T., Fathoni A, Bintara S., Ismaya, Panjono, Widyobroto B.P, Agus A, Budisatria I.G.S, Leroy P. 2020. Short communication: The genotype of growth hormone gene that affects the birth weight and average daily gain in crossbred beef cattle. Biodiversitas 21: 941-945. Growth Hormone gene has been proposed to direct search for quantitative trait loci, and polymorphisms at these loci have been associated with several production traits in bovine. This research aimed to investigate the association of the genotype of partial growth hormone gene with birth weight and average daily gain in crossbred beef cattle. The materials of this research consist of 47 samples from four different breeds. Birth weight was measured just after calving delivery from the mother. The average daily gain was calculated from the period since birth weight to the second weight (90 days). Genotyping of the growth hormone gene was determined by the sequencing and PCR-RFLP method with the AluI restriction enzyme. The association between genotype and growth traits data was analyzed using analysis of variance (ANOVA) by RStudio version 1.1.383. The results showed the significantly different (P<0.001) in birth weight and average daily gain according to the different breed. Friesian Holstein breed showed the highest birth weight, followed by Belgian Blue Bull cross and others. The genotype valine/valine only occurs in Belgian blue bull cross and Wagyu bull cross cattle and showed moderate birth weight. Genotype affects birth weight significantly (P<0.001). The birth weight for genotype leucine/leucine, leucine/valine, and valine/valine was 34.82±18.13, 25.31±13.10, and 29.35±13.65, respectively. There was no significant difference in average daily genes according to the different genotypes. In conclusion, the growth hormone gene was probably one of the molecular genetics markers for excellent growth traits in different crossbred beef cattle.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi terbaik dalam pengenceran sperma domba Garut terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa yang disimpan pada temperatur 5°C. Terdapat empat perlakuan pengenceran: 1) P0= air kelapa + 0% kuning telur itik; 2) P1 = air kelapa + 10% kuning telur itik; 3) P2 = air kelapa + 20% kuning telur itik; 4) P3 = air kelapa + 30% kuning telur itik. Setiap perlakuan disimpan pada suhu 5°C dan diamati pada lima tingkatan waktu penyimpanan yaitu: hari ke-0, ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4. Data dianalisis statistik dengan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 4x5 dan dilanjutkan dengan uji Duncan's new Multiple Range Test untuk data dengan perbedaan yang nyata. Interaksi antara perlakuan dan lama penyimpanan memiliki pengaruh yang sangat signifikan (P<0,01) terhadap motilitas spermatozoa (perlakuan P3 dengan penyimpanan sampai hari ke-2: 46,67±15,28%), namun tidak terdapat efek yang nyata terhadap viabilitas spermatozoa. Rerata viabilitas tertinggi selama penyimpanan terdapat pada perlakuan P3 (84,42±4,63%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengenceran dengan air kelapa ditambah 30% kuning telur itik memberikan persentase motilitas dan viabilitas spermatozoa lebih baik pada penyimpanan suhu 5°C dengan waktu penyimpanan dapat dilakukan sampai hari kedua.
INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis sperma untuk Inseminasi Buatan (IB) pada ayam kampung terhadap fertilitas telurnya. Dosis IB ini berguna untuk mengetahui perbandingan jantan dan betina yang paling efisien dalam suatu pemeliharaan. Sperma ditampung dan dicampur dari 5 ekor ayam Pelung jantan yang berumur sekitar 52 minggu. Sperma yang telah diketahui konsentrasinya kemudian dibagi menjadi 3 bagian dan masing-masing diencerkan dengan NaCl fisiologis sehingga diperoleh dosis akhir yaitu 25x10 6 /0,1 ml (dosis 1); 75x10 6 /0,1 ml (dosis 2); dan 150x10 6 /0,1 ml (dosis 3). Sembilan ekor ayam kampung betina diinseminasi untuk mengetahui pengaruh dosis terhadap fertilitas telur. Ayam betina yang digunakan adalah ayam kampung yang berumur sekitar 30 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis sperma tidak berpengaruh pada fertilitas telur ayam kampung. Fertilitas telur untuk masing-masing perlakuan dosis 1, 2, dan 3 adalah 44,13±20,84; 66,67±23,57; dan 58,75±14,36%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dosis sperma tidak berpengaruh pada fertilitas telur ayam kampung.(Kata kunci: Ayam kampung, Dosis sperma, Inseminasi buatan) ABSTRACT The aim of the present experiment was to study the effect of insemination doses on eggs fertility of native chicken. The insemination doses were used to measured the most comparison efficiency of male and female in one flock. Semen was collected and pooled from 5 cockerels aged 52 weeks. Sperm was diluted with physiological NaCl and divided into 3 parts of final doses. Three treatment doses were 25x106 /0.1 ml; 75x10 6 /0.1 ml and 150x10 6 /0.1 ml. A total of 9 hens of native chicken aged 30 weeks used for artificial insemination with 3 treatment doses for eggs fertility trials. The result of the study indicated no significant effect of insemination doses treatment on eggs fertility. Eggs fertility for dose 1, dose 2 and dose 3 were 44.13±20.84; 66.67±23.57 and 58.75±14.36%. In conclusion, insemination doses have no effect to fertility of chicken eggs.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.