Bundung plants (Actinuscirpus Grossus) are widely spread in Borneo and used by society empirically as antimicrobials. Nevertheless, the use of Bundung plants as traditional medicine has not been equipped with convincing data, because there is no research that is related to the plants. In order to the use of the plants accountable, it is necessary to conduct research about phytochemical screening studies and tests the antimicrobial activity of ethanol extract of Bundung plants to staphylococcus aureusandEschericia Coli bacteria. Moreover, extraction does with maceration method. Secondary metabolite groups which are contained in the ethanol extract of Bundung plants were determined qualitatively using several of phytochemical reagents. The result of phytochemical screening test showed that ethanol extract of Bundung plants contains a group of secondary metabolites; namely flavonoid, tannin, saponin, phenolic, steroid and terpenoid. The method that was used to test antimicrobial activity to Staphylococcus aureusandEschericia Coli bacteria was a liquid dilution method with variations in extract concentration of 0,5%, 1%, 2%, 4% and 8% by considering at the clarity of each sample. The result of antimicrobial activity of liquid dilution to bacteria had inhibition at all concentrations and the biggest inhibitory activity was shown at concentration 8% with the clearest level and the MIC grade of the test is at a concentration of 1%. Based on the findings, it can be concluded that ethanol extract of Bundung plants has the potential of activities of an antimicrobial, especially from secondary flavonoid metabolites.
Latar Belakang : Covid-19 menyerang saluran pernapasan yang muncul pertama kali pada bulan Desember 2019 di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. World Health Organization (WHO) menyatakan sebagai pandemi global sejak 11 Maret 2020. Program vaksinasi covid-19 di Indonesia telah dimulai pada 13 Januari 2021. Vaskinasi covid-19 dapat menyebabkan terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dapat ditandai dengan gejala ringan hingga berat. Tujuan : Mengetahui bagaimana Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada masyarakat Banjarmasin selatan setelah melakukan vaksinasi Covid-19. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan jenis penelitian deskriptif, penelitian ini hanya mendeskripsikan suatu objek penelitian, maka data penelitian yang diperoleh berupa angka akan dikualitatifkan sehingga hasil yang diperoleh dapat dideskriptifkan. Penelitian ini dilakukan menggunakan algoritma naranjo yang dibagikan kepada masyarakat dan di input melalui Google Form. Hasil : Penelitian ini menunjukan sebanyak 37 responden dengan persentasi laki-laki 51% dan perempuan 49% diperoleh hasil skor 4-8 yaitu “kemungkinan Besar Terjasi ROM” yaitu dengan jumlah 13 responden, yang menggunakan vaksin sinovac pada 11 responden dan ada sebanyak 2 moderna responden. kemudian dengan skor 1-3 yaitu “Kemungkinan terjadi ROM” dengan jumlah 23 responden yang menggunakan vaksin sinovac. Kemudian dengan skor 0 yaitu “diragukan terjadi ROM” ada sebanyak 1 responden denan vaksin sinovac. Dari kedua vaksin tersebut yaitu pada vaksin Sinovac memiliki efektivitas sebesar 56-65% sedangkan Vaksin Moderna memiliki efektivitas 94,1%. Adapun efek samping umum pada vaksin sinovac seperti nyeri suntikan, demam, kelelahan, sedangkan efek samping pada vaksin moderna paling umum terjadi adalah demam, nyeri pada suntikan, sakit kepala, dan mual. Simpulan : Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) responden yang melakukan vaksinasi covid-19 sebanyak 23 reponden kategori Possible, 13 responden kategori Probable, dan 1 responden kategori Doubtful.
Latar Belakang: Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia tahun 2018 mendapatkan data bahwa masyarakat Indonesia 30,4% mengkonsumsi jamu tradisional baik dalam bentuk ramuan jadi maupun ramuan buatan sendiri . Pemerintah Indonesia mendorong pemakaian herbal karena bahan baku obat jadi masih diperoleh dari luar negeri ( Dani Pratama, 2020). Tujuan penelitian ini untuk melihat kemungkinan adanya efek samping terhadap penggunaan obat herbal masyarakat kota Banjarmasin dengan metode Naranjo. Metode penelitian ini observasional deskriptif dengan rancangan cross secsional dengan pengambilan sampel Purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklsusi yang ditetapkan peneliti wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara. Analisis data menggunakan Naranjo. Hasil penelitian dari data karakteristik umur yang dominan umur 31-50 tahun sebanyak 13 (42%), jenis kelamin mayoritas perempuan 22 (71%), status pekerjaan mayoritas wiraswasta 19 (61 %), status pendidikan mayoritas SMA 15 (48 %), status pendapatan mayoritas diatas dua juta 10 (32 %). Masyarakat mayoritas menggunakan obat herbal 27 (87 %), sumber informasi obat herbal dari keluarga 20 (65 %), obat herbal mayoritas dari toko obat tradisional 11 ( 35 %), mayoritas obat herbal diseduh 11 (35%). Dari analisis kausalitas menggunakan algoritma Naranjo diketahui bahwa pasien yang menggunakan obat herbal pada kejadian efek samping sebanyak 6 subyek dengan kategori possible. Simpulan: Kejadian efek samping penggunaan obat herbal dengan kategori Possible. Kata Kunci: obat herbal, Naranjo, Possible
Lupus Eritematosus Sistemik merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya, memiliki variasi gambaran klinis yang luas dan tampilan perjalanan penyakit yang beragam. Penggunaan obat-obatan off label seperti kortikosteroid untuk pengobatan SLE dapat mengakibatkan potensi efek samping yang besar terhadap pasien Lupus. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui gambarankejadian efek samping pada penggunaan obat-obatan off label pasien lupus. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian observasional deskriptif dengan carasurveymenggunakan intrumen Algoritma Naranjodengan responden pada penelitian ini berjumlah 28 responden. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkanhasil bahwaefek samping penggunaan obat-obatan off label menunjukkan sebanyak 12 responden atau 43% mengalami klasifikasi Probable (kemungkinanbesarterjadi ROM. IO). Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan obat-obatan off label pada terapi lupus dapat memunculkan resiko kemungkinan besar terjadinya reaksi obat merugikan (ROM).
The spread of the Coronavirus that causes the COVID-19 pandemic in the world has not subsided. Even recently, the Omicron variant has spread in many countries and caused a spike in cases. Meanwhile, cases of COVID-19 in Indonesia are also increasingly worrying. This can be seen from active cases and the death rate is still increasing. The commitment to seriously implement the health protocols as the first step in overcoming the COVID-19 pandemic must continue to be voiced and become a shared commitment. Protecting the people from the pandemic threat, including implementing a free vaccination program for the community, must be a priority for the country. When vaccination is started, it is possible that an unwanted reaction to the vaccine will occur, which is why this proposal was written. The incidence of unwanted drug reactions is related to Pharmacovigilance, a science and activity related to detecting, assessing, understanding, and preventing adverse effects.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.