Media komunikasi, secara khusus dalam konteks ini adalah periklanan, mengalami perkembangan melalui hadirnya teknologi digital. Salah satu bentuk relasi keduanya hadir dalam bentuk digital video advertising berikut beragam isu konten yang dibawanya. Citra tubuh sendiri sebagai salah satu isu yang diangkay dalam iklan bukanlah suatu hal yang baru, namun tak banyak yang mengusung isu body positivity. Salah satu merek yang mengusung citra tubuh positif secara berkelanjutan adalah Dove melalui rangkaian iklan Campaign for Real Beauty, yakni Evolution, Real Beauty Sketch, dan #MyBeautyMySay. Rangkaian iklan ini akan dianalisis mengguunakan tiga konteks unit analisis, yaitu iklan video digital, femvertising, dan citra tubuh positif. Pendekatan kualitatif diaplikasikan dengan metode analisis isi pada tiap scene atau adegan dan mengkategorikannya ke dalam unit analisis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rangkaian iklan tersebut menampilkan isu yang serupa, yaitu tentang pendiktean standar tubuh, penampilan, dan kecantikan perempuan yang telah berlangsung lama dan meningkatkan kegelisahan perempuan akan tubuh yang dimilikinya.kegelisahan akan citra tubuh pun dihapuskan dalam akhir iklan dengan rasa nyaman dan percaya diri yang disampaikan dengan monolog secara langsung menghadap kameran yang merupakan reresentasi dari konsep femvertising.
Abstrak -Selebriti sebagai media person bukan merupakan hal baru dalam konteks objek kajian dalam ilmu komunikasi. Dalam beragam konteks, selebriti dimanfaatkan dengan nilai tambah popularitas yang dibawanya. Konstruksi nilai yang dibangun selebriti juga dikaji, terutama dengan perkembangan media baru, melalui dinamika teknologi komunikasi dan informasi yang memampukan transformasi atau kebaruan proses baik produksi sampai distribusi juga memberi insight atas perkembangan selebriti terkini. Terkait konsumsi selebriti, dalam perspektif fungsi kultural dalam media baru terdapat sejumlah kajian, salah satunya celebrity watchers. Bentuk konsumsi semacam itu makin bervariasi dan memerlukan identifikasi mendalam dalam kerangka kajian akademik, salah satunya adalah praktik konsumsi yang dipraktikkan dalam komunitas penggemar atau fandom. Tipologi penggemar dalam komunitas juga turut dikaji untuk melihat makna yang ditangkap oleh audiens atas pesan yang disampaikan oleh selebriti. Melalui studi kasus pada komunitas penggemar Agnez Monica (NIC) sebagai salah satu selebriti terpopuler di Indonesia dengan kekuatan fanbase yang dimilikinya, ditemukan beragam bentuk konsumsi selebriti mengikuti tipe penggemar dalam fanbase Agnez Monica tersebut, antara lain enthusiast, cultist, dan petty producer. Kata-kata kunci: konsumsi selebriti, NIC, celebrity watcher, fandom . Abstract -Celebrity as a media person is not a new thing on the context of communication studies. On some various contexts, celebrities are benefited with its added value on popularity. The construction of value that been built by celebrities are also studied, particularly in relation with new media development
Information dissemination in the media, specifically social media, is one of the critical channels of information related to the COVID-19 outbreak sought by the public. The information presented has been related to accurate and reliable situation reports and false information in various forms, not only text-based but also audio and visual. The chaos of data, coupled with a central response that seemed unprepared, shaped the Indonesian community’s perceptions of the COVID-19 outbreak. This fact related to the massive number of internet users in Indonesia is one aspect of the government’s decision, in this case BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana; officially National Disaster Management Authority), to engage strong social media influencers. The government collaborated with some influencers to enable public engagement through online social media platforms in the context of COVID-19—two of them being @dr.tirta and @rachelvennya. The platforms also gained more visibility after being appointed COVID-19 influencers. They updated information about COVID-19 on their social media accounts with picture posts and Instagram stories, either individually or in collaboration with others. This study aims to analyse the practice of the Indonesian government’s agency using micro-celebrity to deploy a risk communication frame and the delivery of the message by a celebrated person.
This research focuses on how to developing the institutional governance in Village-Owned Enterprises(known asBUM Desa)Mardi Gemi with one of its business units is Argo Wijil Ecological Market. The establishment of this ecological market is initiated by the Ministry of Environment and Forestry (KLHK) through the Directorate General of Pollution Control and Environmental Degradation (DG PPKL) to restore the location of former illegal limestone mines and minimize the natural disasters risk that may result from environmental damage. In doing this research, we used qualitative research methods and for collecting data, we used in-depth interviews, observations, and literature study. The results of this study showed that in developing of institutional governance, the Government of Gari Village, the Manager of BUM DesaMardi Gemi, and market traders need to synergize further to formulate Market Standard Operational Procedures (SOP)to serve as guidelines for implementation this ecological market. This market also can realize the practice to create an friendly environment market atmosphere, moreover it can be used toempower the community as well as toimprove the community welfare. So, Argo Wijil Ecological Market can have multiplier effect for all Gari Village community.[Riset ini memfokuskan pada pengembangan tata kelola kelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)Mardi Gemi dengan salah satu unit usahanya yaituPasar Ekologis Argo Wijil. Pembentukan pasar ekologis ini diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Ditjen PPKL) untuk memulihkan lokasi bekas tambang illegal batukapur (gamping)milik rakyat dan meminimalisir risiko bencana alam yang mungkin terjadi akibat kerusakan lingkungan. Untuk itu, dalam kajian ini penulismenggunakan metode penelitian kualitatif dengan penggumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, danstudi literatur.Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa dalam pengembangan tata kelola kelembagaan, Pemerintah Desa Gari, Pengelola BUM Desa, dan pedagang pasar perlu bersinergi lebih lanjut untuk merumuskan Standar Operasional Prosedur (SOP)Pasar agar menjadi pedoman pelaksanaan. Selain itu, pasar ini dapat merealisasikan praktik pasar dengan suasana yang ramah lingkungan sekaligus menjadi media pemberdayaan masyarakat guna mendorong peningkatan kesejahteraan warga. Dengan demikian, Pasar Ekologis Argo Wijil dapat memberikan multiplier effectbagi seluruh masyarakat Desa Gari.]
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.