The purpose of this research was to analyze the physical and chemical properties of sago starch edible film (Metroxylon sagu Rottb) as capsule shells material. The research was started with the extraction of the rumbia starch, and was followed with the production of edible film added with modified carrageenan concentrations (20% and 30% w/w) to the main compound. Organoleptic test showed that the color and odor of the films were normal. Water content of wet sago and dry sago was 12.55%, and 5.38%, respectively. Although the addition of carrageenan increased the water content but still corresponded with SNI gelatin quality standard with a maximum of water content of 16%. The ash content of fresh sago and dry sago was 0.36% and 1.09%, respectively, and the content increased significantly with the addition of carrageenan. The pH of all varied samples was 5.5 – 7.0, and the pH was in accordance with SNI. Meanwhile, the heavy metal content of the samples measured by means of AAS was negative. Based on viscosity testing withBrookfield method, high carrageenan concentration led to low viscosit. tensile strength test based on ASTM D 882-2002 gave positive results for dry sago (21.05 kg/cm2) whereas fresh sago with modified 20% and 30% carrageenan had tensile strength of 5.33 kg/cm2 and 18.18 kg/cm2, respectively. The results showed that sago starch had the potential as a raw material for producing soft capsules by modified composition to enhance physical and mechanical properties in order to meet the quality standard of edible film.
Bakso merupakan olahan pangan daging yang banyak disukai berbagai kalangan masyarakat karena rasa dan teksturnya yang kenyal. Umumnya adonan bakso diberi bahan tambahan pangan pengenyal berupa Sodium Tripolifosfat (STPP). Sementara itu, ada glukomannan yang merupakan salah satu hidrogel yang memiliki kemampuan menyerap air hingga lebih dari seratus kali beratnya yang banyak terkandung pada umbi porang. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan dan pengolahan tepung glukomanan umbi porang untuk produk olahan bakso sehingga berpotensi menggantikan pengenyal sintetis komersial seperti STTP. Metode isolasi glukomannan menggunakan metode kering dan metode basah yang diproses menjadi tepung glukomannan untuk membuat produk olahan bakso. Hasil pengukuran kualitas tepung dan produk bakso kemudian dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan berdasarkan SNI serta literatur dan hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi pemurnian glukomanan menggunakan metode basah lebih berhasil dibandingkan metode kering. Kadar glukomanan yang diperoleh berkisar antara 56,02 -57,17% dengan viskositas yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan glukomanan komersial yaitu antara 2.760 -2.800 cP tetapi solubilitas glukomanan relatif kecil dibanding dengan komersial yaitu antara 7,5 -12,125%. Hasil pembuatan bakso menunjukkan bahwa tepung glukomanan umbi porang dapat digunakan sebagai pengganti bahan kimia STPP untuk mengenyalkan produk bakso olahan. Hasil pengujian tepung glukomanan dan bakso secara keseluruhan telah memenuhi standar SNI tepung terigu dan SNI bakso Kata Kunci : Bakso, produk pangan, tepung glukomannan, umbi porang
Kulit kayu bangkal dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetika oleh penduduk lokal Kalimantan Selatan dan telah terbukti mempunyai aktivitas farmakologi yang baik sebagai antibakteri dan antiradikal. Senyawa fenolik merupakan salah satu golongan senyawa yang banyak ditemukan pada tanaman bangkal dan dapat digunakan sebagai marker untuk melakukan standarisasi dan mengetahui stabililitas ekstrak yang akan dikembangkan sebagai sediaan yang efektif dan aman. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan bahan aktif antibakteri dan antiradikal dari kayu bangkal yang stabil dan aman untuk aplikasi pada produk farmasi dan kosmetika. Bahan baku yang digunakan adalah kulit kayu bangkal asal Kota Kandangan, Kalimantan Selatan. Proses ekstraksi menggunakan metode perkolasi dengan pelarut akuades, selanjutnya distandardisasi sesuai acuan PPOMN dan diuji stabilitas menggunakan metode accelerated stability dengan marker total fenolik. Ekstrak diuji aktivitas antiradikal terhadap DPPH dan ditentukan nilai IC50, kemudian aktivitas antibakteri diuji terhadap P.acne dan S. aureus dengan metode difusi kertas cakram dan ditentukan MIC dan MBC. Hasil pengujian diperoleh bahwa ekstrak bangkal stabil selama pengujian pada suhu suhu 40°C dan RH 75%. Total fenolik berkisar antara 7,18 ± 0,31 - 7,43 ± 0,21 µg/mg. Penentuan aktivitas antiradikal dengan DPPH menunjukkan IC50 sebesar 3.158,3 μg/mL. Pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan nilai MIC dari ekstrak bangkal terhadap P.acne dan S. aureus sebesar ≥ 100.000 ppm dan 100.000 ppm. Hasil standardisasi ekstrak menunjukkan ekstrak kayu bangkal dengan metode perkolasi menggunakan pelarut akuades memenuhi baku mutu standar dan dapat digunakan sebagai bahan baku sediaan kosmetika.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.