The southern region of Indonesia is one of the places where tropical cyclones grow in the southern hemisphere. During 1983-2017 there were 51 tropical cyclones occurring in the region. This study aims to understand the characteristic of tropical cyclones in southern Indonesia and their variations, both spatially and temporally, and their effect on extreme rain events in Indonesia. Historical data analysis results show that tropical cyclones in southern Indonesia generally occur in November-April with a lifetime of 7-8 days. The result of data analysis shows that the central pressure value of tropical cyclone in latitude 0°-10°S is more than 960 hPa. The value tends to be higher than the central value pressure of tropical cyclone in latitude 10°S-20°S, which has the range of values about 920-960 hPa. This study also explains that there are 9 tropical cyclones in 35 years back that grow or move closer to the Indonesian archipelago in latitude 0°-10°S. The event of tropical cyclone Dahlia at the end of 2017 also affect the enormously increase of rainfall in Gunungkidul, Yogyakarta region with the increase of rain reaches 750% from the historical average.
IntisariTanaman Kelapa Sawit (Elais sp) adalah sumber utama minyak nabati sesudah kelapa di Indonesia. Tanaman tersebut merupakan komoditi andalan ekonomi Indonesia karena selain merupakan penghasil devisa, kelapa sawit merupakan salah satu alternatif upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembukaan lapangan pekerjaan dan lapangan usaha. Distribusi tanaman kelapa sawit di Indonesia dapat dijumpai di setiap pulau seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Jawa. Pada tahun 2013, dari total luas perkebunan kelapa sawit sebesar 9,14 juta hektar, sekitar 65% berada di pulau Sumatera, disusul Kalimantan (31%), Sulawesi (3%), kemudian Jawa dan Papua di bawah satu persen. Tanaman kelapa sawit tergolong ke dalam tanaman xerophyte yang dapat beradaptasi dengan kondisi air yang kurang, walaupun demikian tanaman tetap akan mengalami gejala stres air pada saat musim kemarau yang berkepanjangan. Salah satu upaya untuk mengantisipasi musim kemarau panjang dan kebakaran lahan yaitu dengan melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Penerapan TMC di Indonesia sudah dilakukan sejak tahun 1979 dengan berbagai tujuan, yaitu menambah curah hujan untuk mengatasi kekeringan, pengisian air waduk untuk irigasi dan PLTA; mengurangi curah hujan untuk mengatasi banjir; longsor; dan mengurangi kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Simulasi proyeksi curah hujan dengan skenario pelaksanaan TMC 120 hari dilakukan di wilayah Riau, Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara sebagai daerah dengan luas perkebunan sawit terbesar di Indonesia. Hasil dari simulasi tersebut adalah menghitung besarnya jumlah curah hujan tahunan yang dapat dihasilkan apabila dilakukan TMC 120 hari pada bulan April-Mei 2014 dan Agustus-September 2014 dengan asumsi tingkat pertambahan hujan ketika berada pada periode penyemaian awan sebesar 30%. Berdasarkan hasil simulasi curah hujan dengan skenario pelaksanaan TMC 120 hari, untuk wilayah Riau akan didapatkan penambahan curah hujan sebesar 198 mm/tahun, wilayah Kalimantan Tengah sebesar 254 mm/tahun dan wilayah Sumatera Utara sebesar 233 mm/tahun. Abstract Palm (Elais sp) is the main source of vegetable oil after coco in Indonesia. This plant is mainstay commodity of Indonesia because in addition to foreign exchange earner, palm oil is one alternative efforts to improve the welfare of society through the opening of employment and business field. Distribution of palm oil plantations in Indonesia can be found in every island like Sumatra, Kalimantan, Sulawesi and Java. In 2013, total area of palm oil plantations amounted to 9.14 million hectares, approximately 65% were on the island of Sumatra, Kalimantan followed (31%), Sulawesi (3%), then Java and Papua under one percent. Palm oil plants belonging to the plant xerophyte that can adapt to conditions that are less water, however the plant will continue to experience symptoms of water stress during the long dry season. One effort to anticipate the long dry season and forest fires by performing the Weather Modification Technology. Application of this technology in Indonesia have been carried out since 1979 with a variety of purposes, namely to rain enhancement to overcome drought, filling water reservoirs for irrigation and hydropower; reduce rainfall to overcome floods; landslides; and reduce smog from forest fires and land. Simulation of rainfall projection with applying weather modification technology for 120 days in Riau, Central Kalimantan, and North Sumatra as the area with the largest palm oil plantations in Indonesia. Result of this simulation is to calculate the amount of annual rainfall if weather modification for 120 days applied in April-May 2014 and AugustSeptember 2014, assuming growth rate when cloud seeding period is 30%. Based on this simulation resulted for Riau regoin will get additional rainfall 198 mm/year, Central Kalimantan Region 254 mm/year and North Sumatra Region 233 mm/year
IntisariRadar Dual Polarisasi digunakan pada kegiatan Intensive Observation Periode (IOP) yang dilaksanakan pada tanggal 18 Januari - 16 Februari 2016 di Puspiptek Serpong. Berdasarkan data hujan dari satelit TRMM tanggal 14 Februari 2016 terpantau kejadian hujan di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan dengan intensitas 30–40 mm/h pada siang hingga sore hari. Kejadian hujan ini menyebabkan adanya genangan di beberapa titik di wilayah tersebut. Jika dilihat dari parameter keluaran radar, pada saat terjadi hujan maka nilai untuk setiap parameter sebagai berikut; untuk parameter rain terukur sebesar 20–30 mm/h. Parameter reflektivitas (Zh) berkisar 25-35 dBz yang menunjukkan bahwa hujan yang terjadi adalah hujan dengan sifat moderate, parameter Zdr berkisar 2–2,5 menunjukkan ukuran butir droplet hujan (D) > 2 mm , parameter beda perambatan fase (fdp) berkisar 200–250 dan nilai beda spesifik fase (Kdp) berkisar 0.4–2 yang membuktikan bahwa konsentrasi droplet hujan di wilayah tersebut cukup tinggi, serta nilai parameter koefisien korelasi (rhv) sebesar 0.85–1 yang menandakan bahwa partikel yang tertangkap radar adalah partikel hidrometeorologi. Parameter terakhir, kecepatan (V) bernilai positif 0–10 m/s yang menandakan partikel bergerak menjauhi radar dengan kecepatan yang tidak terlalu besar. AbstractDual Polarization Radar is used on Intensive Observation Period (IOP) activities that was held on Januari 18 – Februari 16, 2016 at Puspiptek Serpong. Based on TRMM satellite data on February 14 2016, rainfall event is observed in East Jakarta and South Jakarta with the intensity of 30-40 mm/h in the afternoon. This rainfall caused inundation at some point in the region. When viewed from the radar output parameter during rain, the values for each parameter as follows; Rain ranges from 20-30 mm/h. Reflectivity (Zh) ranges from 25-35 DBZ which showed that the rain occurred was the rain with moderate nature, ZDR ranges from 2-2.5 indicates the grain size droplet of rain (D)> 2 mm, different propagation phase (fdp) ranges from 200-250 and the specific value of the phase difference (KDP) ranges from 0.4-2, which proves that the droplet concentration of precipitation in the region is quite high, and the value of the correlation coefficient (rhv) of 0.85-1 indicating that the particles which is captured by radar are hydrometeorology particles. Last parameter, velocity (V) is positive 0-10 m/s which indicates that the particles moves away from the radar at a not too large pace.
IntisariPada 27 September 2017 beberapa wilayah di DKI Jakarta dilanda hujan dengan intensitas lebat yang memicu genangan di beberapa wilayah. Wilayah DKI Jakarta pada bulan September masih dalam periode transisi dari musim kemarau menuju musim hujan, sehingga potensi kejadian hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang cukup tinggi, meski umumnya masih bersifat sporadis. Dengan menggunakan data reanalysis model diketahui bahwa pada saat kejadian terdapat anomali pola angin di lapisan 850 hPa dibandingkan dengan klimatologisnya, serta didentifikasi adanya anomali kelembapan udara di lapisan bawah hingga 500 hPa yang lebih basah dibandingkan dengan klimatologisnya. Pertumbuhan awan hujan tipe Nimbustratus yang optimal pada saat kejadian dipicu oleh daerah konvergensi yang terbentuk di wilayah Banten, DKI Jakarta, hingga Jawa Barat, serta kondisi atmosfer yang basah hingga di lapisan menengah. AbstractOn September 27, 2017, several areas in DKI Jakarta were surge by heavy rain that triggered inundations in some areas. DKI Jakarta area in September is still in the transition period from the dry season to the rainy season, so the potential for the occurance of rain with mild to light intensity accompanied by thunder/lightning and strong winds is still quite high, although generally still sporadic. Using the reanalysis data model it is known that at the time of the event there was wind pattern anomaly in layer 850 hPa compared with its climatology, and also been identified an anomaly of air humidity in the lower layer of the atmosphere up to 500 hPa wetter than its climatology. The optimum growth of Nimbustratus cloud at the time of the incident was triggered by the convergence area formed in Banten, DKI Jakarta, and West Java, as well as the wet atmospheric conditions up to the middle layer.
Intisari Selama ini Jakarta dikenal dengan kota berpolusi dengan indeks pencemaran udara yang cukup tinggi. Salah satu penyebab pencemaran udara adalah polutan partikulat (PM2.5) dan gas CO yang berasal dari pembakaran tidak sempurna. Pada masa pandemi Covid-19, pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk menekan jumlah penularan virus Covid-19. Jakarta Pusat sebagai salah satu kota yang melaksanakan kebijakan PPKM mewajibkan perkantoran yang ada untuk menerapkan Work From Home (WFH). Jumlah konsentrasi polusi udara PM2.5 pada periode WFH Maret 2020 tidak jauh berbeda dibandingkan lima tahun sebelumnya. Sedangkan konsentrasi CO pada periode yang sama mengalami penurunan dibandingkan lima tahun sebelumnya. Hasil analisis hubungan antara pengaruh parameter cuaca dengan konsentrasi polutan menunjukkan pengaruh parameter cuaca kurang signifikan terhadap konsentrasi PM2.5 dan gas CO. Nilai R-Square adj antara beberapa parameter cuaca terhadap konsentrasi PM2.5 dan konsentrasi CO cukup kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pengurangan nilai konsentrasi PM2.5 dan gas CO bukan dipengaruhi oleh parameter cuaca. Faktor lain yang diduga memengaruhi konsentrasi PM2.5 dan gas CO adalah kegiatan manusia seperti WFH sehingga terjadi pengurangan aktivitas masyarakat untuk pergi ke kantor. Abstract Jakarta is known as a polluted city with a high air pollution index. One of the air pollution causes is particulate pollutants (PM2.5) and CO from incomplete combustion. During the Covid-19 pandemic, the government implemented a policy of Community Activity Restrictions, known as PPKM, to reduce the number of transmissions of the Covid-19. As one of the cities implementing the PPKM policy, Central Jakarta requires offices to implement Work From Home (WFH). The total PM2.5 air pollution concentration in the March 2020 WFH period was not much different from the previous five years. However, the CO concentration in the same period decreased compared to the last five years. Relationship analysis between the influence of weather parameters and pollutant concentrations shows that weather parameters are less significant on PM2.5 and CO concentration. The R-Square adj between several weather parameters on the concentration of PM2.5 and the concentration of CO is small. It means that weather parameters do not influence the reduction in the concentration of PM2.5 and CO. It is assumed that the PM2.5 and CO concentrations decreased due to fewer human activities in the office and public areas.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.