Shorea selanica is one promising meranti species for commercial plantation, forest rehabilitation and reforestation purposes. Caused optimum light intensity for the seedling at nursery is unknown, the research effect some shading intensity on the seedling growth is necessary to be done. This research used completely randomized design of 4 treatments are : N0 = no shading (0%), N1 = shading intensity 55%, N2 = shading intensity 65% and N3 = shading intensity 75%. Each two seedling of S. selanica planted at mini plot (60 cm x 100 cm size) that closed with shading net above them. Each treatment consist 3 replication. The parameter are height and stem diameter, sum of leaf, rate of photosynthesis rapid, fresh and dry weight. Measurement was carried out in each one week, except for fresh and dry weight just carried at the end of this research (six week after planting). This results showed that application with shading intensity 65% gave the best influence for S. selanica seedling growth. The effect is very significant for height and diameter growth, fresh weight and dry weight of S. selanica seedling, with each average are 10,85 cm; 1,113 mm; 12,558 g and 3,463 g. Application sgading intensity 75% showed bad effect for seedling growth, less than no shading application or shading intensity 55%. Its suggested that S. selanica seedling were more tolerant with full sunlight and under storey condition with light intensity about 35%, but light intensity less than 35% will make their growth become slowly.
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa kondisi lingkungan tempat tumbuh Shorea johorensis Foxw., seperti: persentase intensitas cahaya matahari yang masuk, pH tanah dan ketinggian tempat di areal HPH PT. Aya Yayang Indonesia (PT. AYI). Inventarisasi permudaan S. johorensis dilakukan pada plot pengamatan berukuran 50 m x 50 m yang dibagi menjadi 5 blok/ ulangan (10 m x 50 m) dan di dalamnya terdapat 5 petak (10 m x 10 m). Pada masing-masing petak dibuat petak-petak yang lebih kecil untuk pengamatan permudaan tingkat tiang (10 m x 10 m), pancang (5 m x 5 m) dan semai (2 m x 2 m). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di lokasi pengamatan (PT. AYI), jumlah semai S. johorensis cukup banyak yaitu 28 batang (2.800 anakan/ha), sedangkan pancang 29 batang (464 ha) dan tiang 19 batang (76 batang/ha) atau tergolong sangat miskin. Intensitas cahaya di sekitar permudaan tingkat semai, pancang dan tiang berturut-turut antara 22%-30%, 22%-31% dan 29%-36%. Perbedaan yang tidak jauh antara intensitas cahaya di sekitar semai, pancang dan tiang menunjukkan bahwa penutupan tajuk bagian atas cukup rapat sehingga sedikit sekali sinar matahari yang masuk, baik pada lapisan tengah sampai lapisan bawah hutan. Kondisi tersebut diduga menjadi penghambat pertumbuhan permudaan S. johorensis, yang ditunjukkan jumlah semai yang berlimpah ternyata tidak diimbangi dengan stok permudaan tingkat tiang dan pancang. Diduga keterbatasan intensitas cahaya yang masuk menghambat pertumbuhan pancang dan tiang sehingga menjadi stagnan 11 dan mati. pH tanah di lokasi penelitian berkisar antara 4,18 -4,2 (sangat asam). Pada kondisi demikian S. johorensis masih dapat tumbuh. Permudaan S. johorensis pada lokasi penelitian ditemukan pada ketinggian 300 m dpl.Kata Kunci : Shorea johorensis, kondisi lingkungan tempat tumbuh, intensitas cahaya, pH tanah, tinggi tempat, HPH PT. Aya Yayang Indonesia. I. PENDAHULUANShorea johorensis Foxw merupakan salah satu pohon penghasil kayu meranti merah yang cukup komersial di Indonesia serta mempunyai riap yang tinggi (Sukotjo, 2009). Hasil uji jenis di PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah dan PT. ITCI Kalimantan Timur menunjukkan bahwa S. johorensis termasuk salah satu jenis dengan pertumbuhan tercepat selain S. leprosula dan S. parvifolia (Hardiyanto, 2006). Saat ini S. johorensis termasuk dalam salah satu dari 7 jenis target yang menjadi unggulan dalam teknik silvikultur intensif (SILIN) karena mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan dalam hutan tanaman meranti di Indonesia. Shorea johorensis di Kalimantan dikenal dengan nama kenuar, kenuwar, majau, langko, merampu dan pelepak. Sedangkan di Sumatera dikenal dengan nama merkuyong (Sukotjo, 2009). Daerah penyebaran jenis ini meliputi Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera hanya terdapat di pantai timur, mulai dari Sumatera Utara sampai Palembang, sedangkan di Kalimantan terdapat di seluruh pulau (Sukotjo, 2009). Sejak terjadi eksploitasi yang cukup intensif terhadap hutan tropis di Kalimantan, maka jumlah dan keberadaan...
The Indonesia production forest have changed into logger-over areas due to logging with TPTI system; the remaining were logged-over stands, gaps and skidding trails. Banjarbaru Reforestation Institute since 1985 (Banjarbaru Forestry Research Institute at present) ABSTRAKHutan produksi Indonesia sebagian besar telah berubah menjadi areal bekas tebangan akibat pembalakan dengan sistem silvikultur TPTI, sehingga merupakan sempalan-sempalan tegakan sisa, rumpang-rumpang, jalan sarad dan tempat terbuka. Dari hasil ujicoba Balai Teknologi Reboisasi Banjarbaru sejak tahun 1985 (saat ini berubah nama menjadi Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru) di stasion Penelitian (KHDTK) Kintap dimana sistem tebang rumpang ("Gap Cutting System") merupakan salah satu sistem silvikultur yang memberikan hasil positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan permudaan alam dan mengetahui keanekaragaman jenis yang terdapat pada rumpang tebangan umur 16 tahun, 5 tahun dan 3 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah pada rumpang 16 tahun (tingkat pohon), pengambilan sampel dilakukan dengan intensitas 100 %, sedangkan pada tingkat pancang dan tingkat semai dilakukan secara acak bertahap (Stratified random) yaitu 4 kwadrat ukuran 5 x 5 m untuk tingkat pancang dan 4 kwadrat ukuran 2 x 2 m untuk tingkat semai. Hasil penelitian menunjukkan pada rumpang 16 tahun luas bidang dasar tingkat pohon 12,5 m 2 /ha. Pada rotasi 70 tahun dengan riap rataan tersebut diperoleh luas idang dasar 54.6 m 2 /ha. Pada rumpang 16 tahun diameter maksimum tingkat pancang sebesar 9,5 cm, pada rumpang 5 tahun 8,2 cm dan pada rumpang 3 tahun 6.5 cm. Permudaan alam tingkat pancang pada rumpang 5 tahun dan 16 tahun ditemukan masingmasing 38 jenis, 37 jenis dan 60 jenis. Hal ini membuktikan bahwa komposisi jenis dan struktur tegakan pada kelas umur rumpang tersebut tidak sama antara satu dengan lainnya. Jenis permudaan yang mendominasi pada tingkat pohon di rumpang 16 tahun dan 5 tahun adalah Shorea johorensis dan Shorea parvifolia, sedangkan pada tingkat pancang pada rumpang 16 tahun, 5 tahun dan 3 tahun masing-masing didominasi oleh Shorea parvistipulata, Shorea parvifolia dan Hopea sangal.
Good germination of rattan seed (DaemonoropsdracoBlume) will increase the germination rate, germination rate, and germination rate. However, to germinate undergoes any obstacles because the seed of jernangrattan has a period of dormancy. The immersion in cold water or at normal temperature (28o - 32o C) is one way that can be used to break the dormancy period of the seed. This study aims to determine the long immersion to the value of germination of rattan seed jernang (D. dracoBlume). This study used 3 treatments and 1 replication. The treatment in this research is soaking time without immersion (control), soaking for 24 hours, and 48 hours. The result research is that the long immersion has the effect on germination of rattan seed jernang (D. dracoBlume). The results showed that the best percentage of rattan seed germination (D.dracoBlume) got the preliminary treatment with water immersion for 24 hours with a percentage of 80%. The best seed germination rate is at 48 hours of water immersion treatment at 33.89% / day. The highest germination rate was found in seeds treated by water immersion for 48 hours with an average of 0.0122% / day.Keywords : germination capacity; rotan jernangPerkecambahan benih rotan jernang (Daemonorops draco Blume) yang baik akan meningkatkan daya kecambah, laju perkecambahan,dan nilai perkecambahan. Namun demikian untuk mengecambahkan masih terdapat kendala, karena benih rotan jernang memiliki masa dormansi. Perendam dalam air dingin atau pada suhu normal (28o - 32o C) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mematahkan masa dormansi benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama perendaman terhadap nilai perkecambahan benih rotan jernang (D. draco Blume ). Penelitian menggunakan 3 perlakuan dan 1 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah waktu perendaman yaitu tanpa perendaman (kontrol), perendaman selama 24 jam, dan 48 jam. Hasil penelitian yang didapat adalah lama perendaman berpengaruh terhadap perkecambahan benih rotan jernang ( D. draco Blume ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perkecambahan benih rotan jernan ( D.draco Blume ) yang terbaik yaitu yang diberikan perlakuan pendahuluan dengan perendaman air selama 24 jam dengan persentase sebesar 80%. Laju perkecambahan benih yang terbaik adalah pada perlakuan perendaman air selama 48 jam yaitu sebesar 33.89 %/hari. Nilai perkecambahan tertinggi terdapat pada benih yang diberikan perlakuan perendaman air selama 48 jam dengan rata – rata sebesar 0.0122 %/hari.Kata kunci : daya perkecambahan; rotan jernang
ABSTRAKTebang rumpang merupakan salah satu sistem silvikultur alternatif yang berlandaskan pemudaan alam dengan unit perlakuan tegakan terkecil berupa rumpang-rumpang yang tersusun dalam unit jalan sarad. Sistem tersebut belum teruji secara menyeluruh, termasuk dalam hal pemeliharaan tegakan muda di dalam rumpang. Penelitian dilakukan di KHDTK Kintap, Kalimantan Selatan, dengan tujuan mengetahui pengaruh interaksi pemeliharaan antara lebar pembebasan pohon dengan lama waktu pembebasan terhadap pertumbuhan tanaman Shorea leprosula, anakan alam S. parvistipulata, dan Croton graffithii di dalam rumpang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh interaksi pemeliharaan antara lebar pembebasan dengan waktu pembebasan terhadap pertumbuhan tanaman dan permudaan alam di dalam rumpang secara statistik tidak nyata. Demikian juga pengaruh tunggal dari lebar pembebasan dan frekuensi pembebasan terhadap pertumbuhan tinggi, diameter batang dan tutupan tajuk, secara statistik tidak nyata. Dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan khususnya pembebasan tanaman dari gulma tidak mempengaruhi pertumbuhan permudaan. Pertumbuhan tersebut mungkin lebih dipengaruhi oleh kesuburan tanah, intensitas cahaya, temperatur, dan kelembaban di dalam lingkungan rumpang. Kegiatan pemeliharaan 24 bulan setelah rumpang dibuat tidak disarankan.Kata kunci : sistem silvikultur, rumpang, pemeliharaan, tanaman, anakan alam ABSTRACT Gap cutting is one of alternative silvicultural systems that applied based on natural regeneration, which uses gaps formatted in skid trails as smallest treatment unit in tree stands. This system has not been comprehensively studied, including the effects of silvicultural treatments in young stands. This study was conducted in KHDTK Kintap South Kalimantan, aiming at knowing the effects of interaction between the width of gap and duration of treatment on the growth of planted S. leprosula and natural seedlings of S. parvistipulata, as well as Croton graffithii that grow within the gaps. The results showed that the interaction between the width of gap and duration of treatment on plant growth and natural regeneration is not statistically significant. Likewise, the effect of gap width and gap frequency on height and diameter growth, and the width of canopy cover is not statistically significant. In conclusion, silvicultural treatments, especially weeds exemption does not affect the growth of seedlings. The growth may be more influenced by soil fertility, light intensity, temperature, and humidity in the gaps. Silvicultural treatments 24 months after creating gaps are not recommended.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.