Asap tempurung kelapa merupakan salah satu metode pengawetan secara tradisional, akan tetapi masih memiliki resiko bahaya. Potensi bahaya tersebut dapat dicegah dengan mengubah asap tempurung kelapa menjadi asap cair dengan metode pirolisis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi konsentrasi dan lama waktu perendaman asap cair tempurung kelapa terhadap daya tahan daging sapi. Daya tahan daging sapi dianalisis menggunakan analisis TPC. Variasi konsentrasi asap cair tempurung kelapa yang digunakan adalah 1%; 1,5%; 2%; dan 2,5% v/v, sedangkan variasi lama perendaman yang digunakan yaitu 10, 20, 30 dan 40 menit. Hasil penelitian menunjukan bahwa penentuan konsentrasi asap cair optimal dilakukan dengan merendam daging sapi dalam asap cair tempurung kelapa selama 20 menit. Analisis kadar air, kadar lemak dan kadar protein dilakukan terhadap produk hasil pengawetan dan dibandingkan dengan daging sapi yang masih segar. Konsentrasi asap cair yang optimal untuk mengawetkan daging sapi diperoleh 1,5%, dengan hasil analisis kadar air, lemak dan protein secara berturut-turut sebesar 21,79%; 7,45%; dan 28,48%. Asap cair dengan konsentrasi 1,5% dibuat variasi lama waktu perendaman selama 10, 20, 30 dan 40 menit. Analisis kadar air menunjukkan lama waktu perendaman optimal adalah 20 menit dengan kadar air sebesar 21,79%, sedangkan untuk kadar lemak dan protein sebesar 7,45% dan 28,48%. Analisis total plate count (TPC) pada daging sapi yang direndam dalam asap cair dengan konsentrasi 1,5% selama 20 menit menunjukkan bahwa daging sapi layak dikonsumsi sampai hari ketiga penyimpanan pada suhu kamar.
Tumbuhan kirinyuh (Chromolaena odorata L.) telah dikenal masyarakat sebagai gulma yang digunakan untuk obat tradisional. Tumbuhan dari famili Asteraceae ini mengandung terpenoid dan steroid yang bersifat larvasida. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam tumbuhan kirinyuh (Chromolaena odorata L.) diduga dapat memberikan efek larvasida terhadap Aedes aegypti, sehingga dilakukan ekstraksi dan fraksinasi terhadap daun kirinyuh (Chromolaena odorata L.) untuk pengujian larvasida. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi menggunakan n-heksana, ekstrak yang didapat difraksinasi menggunakan metode KVC, KKG, KLT dan hasil fraksinasi (B2-G3) diidentifikasi dengan FTIR. Pengujian larvasida terhadap Aedes aegypti dilakukan pada hasil ekstraksi (Crude) dan fraksi B2-G3 sebagai sampel uji. Data mortalitas Aedes aegypti dianalisis probit dengan SPSS 16,00 untuk menentukan nilai LC50 selama 72 jam. Sampel uji dikategorikan toksik jika menunjukkan nilai LC50< 1000 ppm. Hasil analisis probit menunjukkan nilai LC50 fraksi B2-G3 adalah 738,938 ppm yang menunjukkan fraksi tersebut berpotensi sebagai larvasida terhadap Aedes aegypti. Sedangkan nilai LC50 dari ekstrak n-heksana (Crude) adalah 16358,825 ppm yang menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana dari daun kirinyuh (Chromolaena odorata L.) tidak berpotensi sebagai larvasida terhadap Aedes aegypti.
ABSTRAKAmilase merupakan enzim yang mampu menghidrolisis ikatan glikosidik dalam molekul pati. Amilase berasal dari berbagai sumber yaitu, mikroorganisme, tumbuhan, dan manusia. Penggunaan biji durian sebagai sumber amilase merupakan bentuk pemanfaatan limbah. Biji durian dipilih sebagai sumber amilase karena mengandung amilum. Karbohidrat yang terdapat pada biji durian memungkinkan adanya amilase. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi amilase dari biji durian. Amilase diekstraksi dengan buffer fosfat 50 mM (pH 7,5). Amilase difraksinasi dengan metode salting out menggunakan (NH4)2SO4 dan dimurnikan dengan metode didialisis. Aktivitas amilase dari biji durian (Durio sp.) ditentukan dengan menggunakan metode Fuwa dan konsentrasi protein diukur dengan metode Bradford. Aktivitas spesifik yang paling tinggi diperoleh pada tingkat kejenuhan 60% sebesar 1959,75 U/mg. pH optimum amilase berada pada pH 6 sedangkan suhu optimumnya berada pada suhu 40 ºC.
Banana is a favorite fruit of the Indonesian people. So far, only the fruit is consumed, while the peel, hump and others are useless and become waste. The banana peel and banana humps contain high nutritional value. So that it has the potential to be processed as a food product, such as “sale” of banana peels, abon and banana hump jerky. This product can be an added income for woman’s, the members of the Taklim (MT) assembly of An Nur. MT consists of woman’s from various professional backgrounds. Most of them are ordinary housewives who are also agent of Posyandu RW 03 Cileunyi Kulon Village, Kec. Cileunyi Kab. Bandung. Some of them are teachers and entrepreneurs. Training on making food made from banana humps and peel was carried out for two months. Consisting of counseling on nutritional content, the practice of making “Sale”, shredded meat and beef jerky, and marketing strategies. The obstacle faced is the limitation of banana humps, because banana only found when bananas are harvested. While the processing of banana peels produces products that have less attractive colors because of the browning process that is common in processing bananas so that dyes are needed. Marketing using online media is not suitable for members of MT An Nur, where only a few members have social media and smart phones. In the future, this skill is expected to be the provision of mothers to improve their nutritional status and family economy and can be disseminated through their own MT programs and posyandu programs at the RW, village and sub-district levels.
Besi merupakan logam yang paling banyak sekali ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Kandungan besi berlebihan di dalam air dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin dan dalam jumlah yang tinggi dapat bersifat sebagai racun bagi tubuh. Pada penelitian ini dipelajari potensi penggunaan tempurung kelapa sebagai adsorben ion logam Fe(III). Adsorben dari bahan tempurung kelapa disiapkan pada berbagai metode perlakuan awal, yaitu (1) tanpa perlakuan; (2) tanpa lignin (delignisasi); (3) diarangkan; (4) dikalsinasi pada suhu 400°C; dan (5) dikalsinasi pada suhu 600°C. Selanjutnya dari masing-masing perlakuan dibagi menjadi dua bagian untuk diaktivasi dan tidak diaktivasi dengan aktivator yang digunakan yaitu NaOH. Konsentrasi ion logam Fe(III) setelah adsorpsi dianalisis menggunakan AAS. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan yang paling efektif dalam menurunkan konsentrasi logam yaitu pada suhu 600oC, tanpa aktivasi dengan efisiensi 100% dan kapasitas adsorpsi sebesar 0,93 mg/g. Berdasarkan hasil penelitian tempurung kelapa efektif digunakan sebagai adsorben untuk penurunan logam besi pada larutan Fe(III) dari konsentrasi awal sebesar 10 ppm menjadi 0 ppm maka ion logam Fe pada larutan Fe(III) 10 ppm sudah terserap oleh adsorben tempurung kelapa.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.