Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan dan kebanyakan diakibatkan kecelakaan lalulintas. Kasus fraktur di Indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki pravelensi yang paling tinggi terjadinya cedera yaitu fraktur fraktur tibia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian fraktur tibia berdasarkan usia, jenis kelamin dan klasifikasi fraktur berdasarkan mekanisme trauma di RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek. Jenis penelitian deskriptif, rancangan penelitian retraspektifyang dilakukan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung yang berlangsung pada bulan Desember 2021 sampai Februari 2022. Populasi adalah seluruh pasien fraktur tibia di RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek tahun 2017 - 2020. Pengambilan sampel dengan cara total sampling. Data diperoleh dari data sekunder yang diperoleh dari rekam medis. Penyajian data dengan table distribusi frekuensi. Pasien fraktur tibia berdasarkan usia lebih banyak terjadi pada usia 20 – 60 tahun (81,7%) dengan mayoritas terjadi pada laki – laki (67,0%) dengan lokasi yang sering terjadi pada bagian medial (48,7%) dan yang paling sering luka terbuka (50,4%) yang terjadi karena mekanisme trauma high energy (89,6%). Fraktur tibia lebih banyak terjadi pada usia 20 – 60 tahun dengan mayoritas terjadi pada laki – laki dengan lokasi yang paling sering dibagian medial yang paling sering luka terbuka yang terjadi karena mekanisme trauma high energy.
Di Indonesia, menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2014 terdapat 43,3% kasus baru dengan persentase kematian sebesar 12,9%. Kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%). Untuk Provinsi Lampung, dari data Rumah Sakit Urip Sumoharjo dan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek menemukan bahwa jumlah pasien kanker payudara rawat inap mencapai 2.602 pasien pada tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketepatan hasil pemeriksaan USG dan Mammograf pada neoplasma mammae di Instalasi Radiologi di RSUD Dr.H. Abdul Moelek Tahun 2017-2018. Desain penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross-sectional, dimana penelitian ini membandingkan data hasil pemeriksaan terhadap neoplasma mammae menggunakan USG dan Mammograf yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan patologi anatomi. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji fisher test dengan tabel 2X2 dilakukan tabulasi silang dan koding. Analisa data menggunakan rumus untuk menghitung validitas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pemeriksaan USG mammae terhadap neoplasma mammae memberikan hasil seperti sensitifitas : 84%, spesifitas : 81%, NPP : 88%, NPN : 75%, LLR+ : 4.42 dan LLR- : 0.19 dan hasil validitas pemeriksaan mammografi terhadap neoplasma mammae memberikan hasil sensitifitas : 73.3%, spesifitas : 80%, NPP : 78%, NPN : 75%, LLR+ : 3.66 dan LLR - : 0.33). Secara umum ultrasonografi dan mammografi memiliki ketepatan yang hampir sama unggul untuk mendiagnosis neoplasma mammae (jinak/ganas).
Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik yang ditandai dengan adanya kelainan sintesis rantai globin. Terjadi hemakromatosis dan hipoksia jaringan akibat anemia itu merupakan faktor hormonal akibat menumpuknya zat besi pada kelenjar endokrin. Masalah dikelenjar endokrin dan kondisi anemia dapat mengganggu pertumbuhan seperti postur tubuh yang pendek. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar serum feritin dengan kejadian stunting pada anak thalasemia beta mayor di rumah sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek dalam penelitian berjumlah 60 pasien. Instrumen yang digunakan adalah Data rekam medis. Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara kadar feritin dengan kejadian Stunting pada pasien Thalasemia β Mayor anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2019 (p value 0,018. OR 4,67). Terdapat hubungan antara kadar feritin dengan kejadian Stunting pada pasien Thalasemia β Mayor anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2019.
Latar Belakang: Diagnosis diferensial definitif antara Thalassemia dan anemia defisiensi besi didasarkan pada hasil HbA₂ elektroforesis, kadar zat besi serum, dan perhitungan feritin. Tujuan menggunakan indeks untuk membedakan dan mendeteksi subyek yang memiliki probabilitas tinggi yang memerlukan tindak lanjut yang tepat dan untuk mengurangi biaya investigasi yang tidak perlu. Tujuan: Mengetahui perbedaan nilai Indeks Green & King antara pasien Anemia Defisiensi Besi dengan pasien Thalassemia di RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan uji komparatif dengan mengambil data sekunder. Dengan jumlah sampel menggunakan perbandingan 1:1 sehingga didapatkan 152 orang penderita anemia defisiensi besi dan 152 orang penderita Thalasssemia. Hasil: Hasil analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney U test menunjukan p-value untuk perbandingan nilai indeks Green & King antara pasien anemia defisiensi besi dengan pasien thalassemia sebesar 0,000 (p<0,05). Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai indeks Green & King antara pasien anemia defisiensi besi dengan pasien thalassemia di RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik yang ditandai dengan adanya kelainan sintesis rantai globin. Transfusi secara terus menerus pada pasien thalassemia bisa menyebabkan terjadi penumpukan atau penimbunan zat besi sehingga kadar ferritin meningkat dalam tubuh terutama pada hati, jantung, dan organ endokrin. Masalah di kelenjar endokrin dan kondisi anemia dapat mengganggu pertumbuhan anak sehingga menyebabkan penurunan nafsu makan dan menyebabkan kurangnya asupan gizi kedalam tubuh. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kadar ferritin dengan status gizi pada pasien Thalasemia β Mayor anak. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek dalam penelitian berjumlah 60 pasien. Instrumen yang digunakan adalah Data rekam medis. Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan p-value sebesar 0,02 (p-value < 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan antara kadar ferritin dengan status gizi pada pasien Thalasemia β Mayor anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2019 . Terdapat hubungan antara kadar ferritin dengan status gizi pada pasien Thalasemia β Mayor anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2019
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.