Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keberadaan corpus luteum (CL) pada ovarium kerbau terhadap kualitas oosit dan tingkat maturasi oosit secara in vitro. Sebanyak 30 ovarium yang berasal dari RPH kemudian dikelompokkan berdasarkan keberadaan CL. Setelah itu oosit dikoleksi secara slicing, oosit yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan kekompakan sel kumulus dan status sitoplasma. Maturasi pada medium Tissue Culture Medium-199 (TCM-199) yang ditambahkan Penstrep, Pregnant Mare Serum Gonadotrophin (PMSG), Hormone Chorionic Gonadotrophin (hCG) dan 3% BSA. Maturasi in vitro dilakukan pada suhu 38,5 o C selama 24 jam di dalam inkubator dengan konsentrasi CO 2 5%. Evaluasi tingkat kematangan inti diklasifikasikan menjadi germinal vesicle (GV), germinal vesicle break down (GVBD), metafase I (MI), Anafase/telophase (A/T) dan metafase II (MII). Hasil penelitian menujukkan status reproduksi tidak signifikan (P>0,05) mempengaruhi kualias oosit kerbau. Persentase oosit berkualitas baik (Grade A dan B) pada masing-masing kelompok adalah 53,76% dan 50,19%. Selanjutnya hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata (P>0,05) pada tingkat maturasi di antara kedua kelompok ovarium. Persentase oosit yang mencapai tahap MII adalah sebesar 61,22% dan 62,62% pada masing-masing kelompok. Dari penelitian ini dapat disimpulkan kualitas oosit dan tingkat maturasi oosit yang mampu mencapai tahap MII tidak signifikan dipengaruhi oleh status reproduksi ovarium.