The aims of this experiment was to study the inhibition effect of betel leaf meal (BLM) addition into concentrate diet on mastitis causing bacteria and on rumen fermentation condition. The study consisted of five dietary treatments of BLM level in concentrate feed, i.e., 0%, 2%, 4%, 6%, and 8% and four replicates of each treatment. The treatment diets together with napier grass in ratio of 40 : 60 were fermented using rumen liquor. All treatments were examined their antibacterial activity before and after fermentation. After four hours fermentation, supernatant of each samples were analyzed for VFA, NH3, number of bacteria and protozoa. Dry matter (DM) and organic matter (OM) digestibility were analyzed after 48 h fermentation. The results showed that before fermentation, 8% BLM addition caused the bigest (P<0.05) inhibition diameter of Staphylococcus spp. growth compared to other lower levels. However after fermentation there were no significant differences among the addition levels of BLM. Two per cent of BLM addition produced higher VFA (P<0.05) than the other addition levels. Ammonia concentration, dry matter (DM) and organic matter (OM) digestibility were not different among the treatments. Addition of BLM significantly (P<0.01) decreased protozoa number, but did not affect bacterial count. It is concluded that the addition of 2% BLM in concentrate feed can be used effectively to inhibit the growth of mastitis causing bacteria (Staphylococcus spp.) and does not disturb rumen fermentation condition
Rice bran is one of important ingredients in chicken diet as protein and energy sources. It accounts for 15 – 30% in chicken diet. Rice bran has great potential to be used as feed ingredient in tropical country. However, the data of rice bran potential in many areas are not available yet. The aim of this study was to observe the potential of rice bran in Sidenreng Rappang regency as local feed ingredient. This study used descriptive method and analyzed by simple statistical analysis. The sampling locations were five rice milling units according to production capacity. Production capacity, milling process, quantity of end and by-product were observed in this study to obtain the data of rice bran production as primary data. Harvested area and rice grain production were obtained from BPS (Statistics Indonesia) as secondary data. The results showed that milling process of rice grain was producing 60.35% of rice, 0.004% of broken rice, 6.54% of rice bran, and 33.09% of husk. Based on the data of rice grain production (667,523 ton), it could be estimated that rice bran production was 43,656 ton in Sidenreng Rappang. The highest rice bran production was in Pitu Riawa district (6,553.21 ton) and the lowest rice bran production was in Tellu Limpoe (2,071.47 ton).
Pengeringan merupakan suatu cara untuk menghilangkan sebagian besar air dari bahan dengan menggunakan energi panas. Penggunaan alat pengering buatan digunakan untuk menghindari kelemahan yang diakibatkan oleh metode pengeringan alami (penjemuran). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja mesin vertical dryer dalam proses pengeringan jagung sebagai bahan pakan. Tahapan penelitian yaitu pengambilan sampel, pengukuran kadar air awal, kerapatan tumptukan awal, proses pengeringan dan kerapatan tumpukan akhir. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jagung yang mengandung kadar air 18.9% dibutuhkan waktu 97 menit dalam pengeringan dengan persentase penurunan kadar air sebesar 1.3% setiap 30 menit dan efiseinsi kinerja mesin sebesar 33%. Pada kadar air 22.1% waktu yang dibutuhkan adalah 170 menit dengan persentase penurunan kadar air sebanyak 1.4% setiap 30 menit dan efisiensi mesin sebanyak 36%. Kadar air awal 28.2% waktu yang butuhkan adalah 305 menit dengan persentase penurunan kadar air sebanyak 1.3% setiap 30 menit dan efisiensi mesin sebanyak 24%. Kesimpulan bahwa pengaruh kinerja mesin vertical dryer dalam proses pengeringan jagung sangat berpengaruh dengan persentase sebesar 94% hubungannya dengan waktu pengeringan dan kadar air, sedangkan total rata-rata penurunan setiap 30 menit yaitu 1,3% dengan efisiensi mesin yaitu 31%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ketersediaan jerami padi sebagai sumber pakan sapi potong di kelompok tani penerima bantuan alat pengolahan pakan di kabupaten Sidenreng Rappang. Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok tani dengan metode pengumpulan data melalui data profil kelompok tani untuk memperoleh data populasi ternak dan luas panen tanaman padi kepada peternak yang tergabung dalam enam kelompok tani penerima bantuan pengolahan pakan. Data dianalisis untuk menghitung populasi ternak berdasarkan satuan ternak, produksi dan daya dukung jerami padi sebagai sumber pakan sapi potong. Data populasi, struktur populasi, produksi dan daya dukung jerami padi dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap untuk mengetahui perbedaan potensi di setiap kelompok tani. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) di antara kelompok terhadap struktur populasi, produksi dan daya dukung jerami padi. Populasi sapi potong tertinggi berdasarkan satuan ternak berada pada kelompok tani Pitu Walie (59,13 ST) dan terendah pada kelompok Pada Idi (22,18 ST). Produksi dan daya dukung jerami padi tertinggi berada di kelompok Pada Idi (238,79 ton BK/104, 73 ST) dan terendah pada kelomok tani Mandiri (83,16 ton BK/36,47 ST). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jerami padi berpeluang sebagai sumber pakan sapi potong di kelompok tani di kabupaten Sidenreng Rappang.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi pakan asal limbah tanaman pangan dan daya dukungnya terhadap populasi ternak sapi potong di wilayah kabupaten Sidenreng Rappang. Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data dari Badan Pusat Statistik serta Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Indonesia. Data diperoleh diolah untuk menghitung populasi ternak berdasarkan satuan ternak (ST), produksi limbah tanaman pangan (BK), dan daya dukung limbah tanaman pangan sebagai pakan sapi porong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi limbah tanaman pangan di seluruh wilayah kabupaten Sidenreng sebesar 610.690,80 ton BK dengan produksi terbesar adalah jerami padi (90,43%) diikuti oleh jagung (9,5%), ubi kayi (0.06%), ubi jalar (0,01%), kacang tanah (0,009%) dan kacang hijau (0,0008%). Produksi limbah tanaman pangan (BK) dapat menampung 267.842,50 ST sehingga dengan populasi saat ini sebesar 35.552,46 ST dan masih berpeluang besar dalam peningkatan populasi ternak sapi potong sebesar 232.290,01 ST atau 86,7%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.