Media digital berbayar hadir sebagai salah satu upaya media mendapatkan pemasukan di luar dari iklan, yakni melalui biaya iuran pelanggan. Perkembangan media digital berbayar turut didorong jengahnya masyarakat dengan kebanyakan media daring saat ini, mulai dari keberadaan iklan digital yang mengganggu hingga kualitas konten yang ada. Kompas.id merupakan salah satu media yang menerapkan konsep media digital berbayar di Indonesia. Kompas.id tidak menampilkan iklan digital dan mengklaim memiliki konten yang lebih berkualitas. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui motif para pengguna yang rela membayar dalam menggunakan Kompas.id sementara informasi serupa sebenarnya bisa didapat secara gratis. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data primer penelitian ini didapatkan dari hasil keusioner yang disebarkan ke 348 responden dengan teknik sampling acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 65.80% responden memiliki motif berlangganan Kompas.id yang tinggi. Motif utama pelanggan berbayar berlangganan Kompas.id didorong kuat oleh motif navigability. Motif modality kemudian menjadi motif kedua yang mendorong pelanggan berlangganan. Sementara motif interactivity dan agency tidak cukup kuat mendorong pengguna untuk berlangganan Kompas.id.
ABSTRAKAsosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) adalah organisasi nirlaba yang mengampanyekan pemberian ASI eksklusif dan mendukung kegiatan menyusui yang bertumpu pada pemanfaatan perkembangan TIK dan media sosial. Hal tersebut cukup unik sehingga peneliti merasa perlu untuk mempelajari lebih lanjut proses membangun dan menggerakkan aktivisme komunitas yang dilakukan AIMI melalui akun-akun media sosialnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konstruksi pemaknaan pengurus AIMI tentang pemanfaatan media sosial dan menjelaskan proses pembangunan dan penggerakkan aktivisme komunitasnya. Dinamika proses ini diteliti dengan metode studi kasus dari Stake dengan menggunakan kerangka Teori Difusi Inovasi yang dikembangkan Everett M. Rogers. Hasil penelitian menunjukkan konstruksi makna pengurus AIMI tentang TIK dan media sosial ditanslasikan dalam pemanfaatan yang berhasil membesarkan AIMI. Pengurus memiliki karakteristik yang termasuk kategori early adopters. Prosesnya tergambar dalam tahapan innovation-decision process yang terdiri dari langkah mengoptimalisasi pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi dan konfirmasi. Semua tahapan ini berlangsung terus menerus dan timbal balik sebagai upaya merespon kebutuhan komunitas sekaligus mendorong efektivitas dan efisiensi dalam interaksi komunitas. Dari hasil tersebut, disarankan agar AIMI harus dapat terus memanfaatkan karakteristik pengurus untuk menjangkau kalangan late adopters dan laggard yang belum terjangkau oleh kampanye online dan offline. AIMI juga perlu mengoptimalisasi jejaringnya agar tujuan aktivisme sosialnya tercapai.Kata-kata Kunci: AIMI, aktivisme sosial, difusi inovasi, kampanye kesehatan, media sosial SOCIAL ACTIVISM THROUGH THE USE OF SOCIAL MEDIA: A CASE STUDY INDONESIAN ASSOCIATION OF NURSING MOTHERS (AIMI) ABSTRACT Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) is a non-profit organization which aims to promote and support breastfeeding in Indonesia. The formation and development of the organization is heavily relied on the utilization of ICT and social media. It is important to study how AIMI successfully benefited from the advancement of the technology in developing and generating its own kind of community activism. The objectives of this study are to find out the construction of meaning of the AIMI founders and board members towards the utilization of the social media and to explain the process of developing the community activism. The dynamics in such process is dicussed by using
The development of social media in Indonesia seems to encourage the emergence of some opinion leaders. Since the rise of social debates on social media, several figures become new influencers in the community. These figures are not famous persons like artists or public officials. Instead, they are ordinary people that appear because of their ability to manage netizens' interest through social media accounts. This phenomenon happens to Boy BNR, a Facebook account. In the range of July-September 2018, Boy BNR's popularity surged because of various posts containing protests over the existence of singing birds in the Regulation of Minister of Environment and Forestry No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018. This regulation categorized some plants and animals as protected subjects. In its development, Boy BNR emerged as an opinion leader in the #tolakpermen20 movement that created by Kicaumania Singing Bird Community to protest the P.20 regulation. In Kicaumania's perspective, Boy BNR was a hero. By observing social media activities on Boy BNR's Facebook account, focus group discussions within Kicaumania community members, and an interview with the Head of the Regional Natural Resources Conservation Agency (BKSDA) Ciamis III, this study maps Boy BNR's role as the leader of virtual opinion in the #tolakpermen20 movement. The analysis was done by using Marshall Scott's Poole adaptive structuring theory. This article describes the existence of Boy BNR as the leader of the #tolakpermen20 movement and defines the message conveyed through Facebook. Along with the influence that has been developed through social media, the #tolakpermen20 movement succeeded in forcing the Minister to exclude five singing birds from the list of protected plants and animals.
ABSTRAKIni adalah artikel ilmiah yang membahas kualitas dan sistem seleksi jurnalis pemula di media massa Indonesia saat ini. Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilatarbelakangi kenyataan bahwa banyak jurnalis muda yang melakukan pelanggaran etika maupun teknis ketika sedang meliput. Penelitian yang mendasari artikel ini dilakukan terhadap beberapa media massa cetak, elektronik, dan online di Indonesia. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang melibatkan observasi serta wawancara mendalam. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa pendidikan ilmu jurnalistik secara umum tidak menjadi pritoritas utama dalam perekrutan jurnalis di media massa yang menjadi objek penelitian kali ini. Hal ini disebabkan media massa tidak merasa bahwa pendidikan jurnalistik dapat menjamin kualitas jurnalis. Hampir di semua media massa, skill jurnalistik yang sesuai dengan karakter media masing-masing dirasakan dapat dilatih secara internal. Kualifikasi yang paling utama adalah adanya passion, loyalty, dan determination dari para kandidiat untuk menjadi jurnalis. Hal-hal itu dinilai dapat diperoleh dari latar belakang pendidikan apapun. Namun demikian semua media sepakat, pendidikan jurnalistik harus menjadi standar bagi kompetensi jurnalis. Maka berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar pendidikan jurnalistik mengembangkan kurikulumnya sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan media massa akan jurnalis yang berkualitas, terutama dalam hal praktis. Kata-kata kunci:
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.