Bahan baja tahan karat (stainless steel) banyak digunakan dalam industri rumah tangga maupun industri militer, dan juga dalam industri nuklir. Bahan baja dibagi menjadi lima tipe yaitu austenite, ferite, martensite, duplex dan precipitation hardening. Baja tahan karat feritik merupakan alternatif yang menarik dalam produksi kendaraan karena sifat ketahanan terhadap laju korosi. Logam yang tidak sejenis mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga proses pengelasan logam yang tidak sejenis memerlukan beberapa teknik tertentu. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kekuatan tarik lasan pada pengelasan bimetal antara plat baja karbon rendah dengan plat stainless steel dan mengetahui kekerasan lasan pada pengelasan bimetal antara plat baja karbon rendah dengan plat stainless steel menggunakan las GTAW. Metode Penelitian yang digunakan: penelitian ini merupakan bagian dari pengujian bahan teknik yang dilakukan dengan metoda destructive test dengan katagori pengembangan IPTEK bidang Teknik Mesin. Terjadi trend peningkatan kekuatan tarik, kekuatan yield dan kekerasan dari pengelasan bimetal plat baja karbon rendah dan plat stainless steel menggunakan las GTAW, bahwa semakin besar ampere pengelasan akan meningkatkan kekuatan tarik, kekuatan yield dan kekerasan. Kekuatan tarik tertinggi sebesar 41,18 Kg/mm2 dan kekuatan yield tertinggi sebesar 41,16 Kgf/mm2 pada 60 ampere dan kekerasan tertinggi sebesar 571,01 BHN pada 55 ampere dengan range ampere sesuai dari tabel penggunaan 45 – 65 ampere. Pada daerah HAZ jika dibandingkan terhadap material induk, kekerasan daerah HAZ kekerasannya lebih tinggi dari material induk dan lebih rendah dari filler las.
Abstrak: Saat ini kebutuhan jagung dunia semakin meningkat, dengan pemanfaatan yang luas seperti konsumsi manusia, pakan ternak, hingga kebutuhan industri. Menurut data Kementerian Pertanian, Kabupaten Malang merupakan salah satu sentra produksi tanaman palawija khususnya jagung di Indonesia. Namun saat ini berdasarkan data BPS, hasil produksi jagung di Kabupaten Malang mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena kapasitas kerja pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani Desa Pulungdowo tidak maksimal dikarenakan usia petani yang sudah tidak produktif untuk melakukan pengolahan tanah. Untuk meningkatkan hasil produksi jagung perlu dilakukan peningkatan SDM dan mekanisasi pertanian. Kebutuhan mekanisasi pertanian di Desa Pulungdowo merupakan sebuah alat pengolahan tanah cultivator yang dapat dimanfaatkan sebagai alat penyiang rumput yang juga dapat dimanfaatkan untuk menggemburkan tanah pada lahan kering. Dengan mekanisasi ini mutu pekerjaan pengolahan tanah menjadi lebih baik, selain itu lebih efisien dalam waktu dan biaya yang dikeluarkan. Kegiatan ini melibatkan petani jagung Desa Pulungdowo dan pemateri yang memberikan penyuluhan mengenai pembibitan tanaman jagung yang dilakukan secara persilangan. Metode yang digunakan pada kegiatan PKM ini adalah dengan melibatkan masyarakat dan memberikan solusi substitusi IPTEK berupa mekanisasi pertanian. Tahapan pelaksanaan kegiatan ini adalah rembug desa yang merupakan bentuk dari survei lapangan, pengadaan alat, penyuluhan mekanisasi pertanian dan pembibitan tanaman jagung, penyerahan alat dan pelatihan operasional perawatan mesin, serta evaluasi untuk mengetahui efektivitas alat. Kegiatan ini menghasilkan evaluasi yang menunjukkan bahwa petani jagung Desa Pulungdowo mampu mengoperasikan alat cultivator setelah dilakukan pelatihan penggunaan dan perawatan mesin, sehingga proses pengolahan tanah pertanian jagung yang dilakukan petani Desa Pulungdowo menjadi lebih efisien.Abstract: Currently, the world's need for corn is increasing, with wide use of such as human consumption, animal feed, to industrial needs. According to data from the Ministry of Agriculture, Malang Regency is one of the production centers for secondary crops, especially maize in Indonesia. However, currently based on BPS data, corn production in Malang Regency has decreased. This happens because the working capacity of land cultivation carried out by the farmers in Pulungdowo Village is not optimal due to the age of the farmers who are not productive enough to cultivate the land. To increase the yield of maize production, it is necessary to increase human resources and agricultural mechanization. The need for agricultural mechanization in Pulungdowo Village is a tool for cultivating land for cultivators that can be used as a tool for weeding which can also be used to loosen the soil on dry land. With this mechanization, the quality of soil processing work will be better, besides that it is more efficient in terms of time and costs. This activity involved corn farmers in Pulungdowo Village and presenters who provided counseling on the breeding of corn which was carried out by crosses. The method used in this PKM activity is to involve the community and provide solutions to substitute science and technology in the form of agricultural mechanization. The stages of the implementation of this activity are village consultations which are a form of field survey, procurement of tools, counseling on agricultural mechanization and corn plant nurseries, delivery of tools and training on machine maintenance operations, and evaluation to determine the effectiveness of the tools. This activity resulted in an evaluation showing that the corn farmers in Pulungdowo Village were able to operate the cultivators after training on the use and maintenance of the machines so that the processing of corn farmland carried out by the farmers in Pulungdowo Village became more efficient
Alat peraga merupakan salah satu bentuk media ajar yang mempunyai peran penting dalam metode pembelajaran. Fasilitas pembelajaran di MI Mambaul Hidayah masih tergolong minim sehingga perlu adanya penyediaan alat peraga. Pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk menyediakan dan melatih penggunaan alat peraga khususnya pada mata pelajaran sains dan matematika di MI Mambaul Hidayah Kabupaten Malang. Tahapan pengabdian meliputi survei, koordinasi, penyediaan, pelatihan dan simulasi pengajaran, serta evaluasi dan serah terima alat peraga. Hasil kegiatan pengabdian setelah simulasi pengajaran dengan menggunakan alat peraga sains dan matematika menunjukkan guru semakin mudah untuk menjelaskan materi dengan berbagai contoh yang aplikatif. Siswa juga semakin antusias praktik menggunakan alat peraga dan lebih mudah untuk mengerti dan memahami materi.
Pandemi COVID 19 berdampak pada melemahnya kemampuan ekonomi masyarakat yang tergabung dalam Poklahsar Citara Singosari Malang yang mengembangkan budidaya ikan lele pada kolam bio floc. Masalahnya, kemampuan ekonomi yang rendah menyebabkan mereka hanya mampu mengembangkan 4 unit kolam, sehingga hasilnya belum optimal. Untuk mengatasinya, dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat ini. Metode pengabdian adalah metode difusi Ipteks untuk menghasilkan kolam biofloc bertenaga surya. Tahapan kegiatan meliputi: menyiapkan lokasi, mendesain, membuat dan memasang kolam biofloc bertenaga surya. Karya utama berupa 4 unit kolam biofloc bertenaga surya, berdiameter @ 2 m dengan kapasitas 3.000 ekor ikan/kolam. Pompa air kolam digerakkan oleh panel surya berkapasitas 500 WP dan mampu menyala 24 jam/hari. Dampak dan manfaat yaitu terjadi pemberdayaan masyarakat dan lingkungan yang cukup signifikan. Masyarakat mampu mengubah lahan kosong yang tidak produktif menjadi lahan produktif untuk pengembangan budidaya lele biofloc. Jumlah kolam yang semula hanya 4 unit dan berukuran kecil, diameter @ 1,5 m, berkembang menjadi 10 unit berukuran besar, diameter @ 2-4 m, yang semuanya digerakkan oleh pompa air bertenaga surya, sehingga kebutuhan listrik menjadi zero (nol). Perhitungan kapasitas produksi dan omzet budidaya lele naik mencapai 4 kali lipat dari sebelumnya. Kolam biofloc bertenaga surya ini sangat penting untuk meningkatkan kapasitas produksi budidaya lele dan ketahanan pangan masyarakat di masa pandemi, sehingga potensial dikembangkan lagi di kemudian hari.
Steel has good mechanical properties compared with the other materials, that is strength, hardness, rigidity, etc. Specially the steel hardness can be increased by heat treatment (Hardening). The purpose of this research is to obtain information about hardness of S45C steel after hardening by variation of cooling media. This research were used Ø 25 mm x 10 mm S45C steel, Hardened by variation of cooling media and then they were tested by Rockwell Harness Test. The result showed that the hardness of S45C steel after hardening increased from about 15 HRC (before hardening) to 71.89 HRC (Brane quenching), 68.22 HRC (Water quenching), 64.67 HRC (Water + Soluble oil quenching) and 56.89 HRC (Oil quenching), but for the range were opposite to 3.84 HRC (Brane quenching), 4.24 HRC ( Water quenching), 4.22 HRC (Water + Soluble oil quenching) and 5.65 HRC (Oil quenching)
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.