ABSTRAKPinisi merupakan salah satu contoh perwujudan pengetahuan masyarakat lokal dalam beradaptasi dengan lingkungannya secara harmonis. Pengetahuan ini, mencakup dimensi unsur religi yang sarat akan sejumlah makna, nilai dan simbol yang menjadi landasan membentuk harmonisasi dirinya dengan alam. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dimensi religi dalam pembuatan pinisi serta dinamika yang menyertainya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam sebagai teknik pengambilan data dan deskriptif analitik sebagai metoda analisis. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 di Desa Ara dan Tanah Beru Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba Sulawesi Tenggara. Pinisi sebagai bagian dari suatu budaya sarat akan sejumlah makna, simbol, dan nilai yang tertuang dalam setiap prosesi pembuatannya. Perubahan kondisi sumber daya dan intervensi modernitas pada setiap aspek kehidupan menyebabkan perubahan dalam aktivitas unsur religi yang terkandung dalam pembuatan pinisi. Panrita lopisebagai tokoh kunci dalam menjaga tradisi tersebut tidak bisa mengelak dari tuntutan perubahan peradaban, namun melalui berbagai kebijaksanaannya, mereka mencoba mengeliminir perubahan agar tetap berada dalam sendi-sendi keseimbangan antara unsur makrokosmos dan mikrokosmos yang diyakini sebagai syarat agar kehidupan tetap terjaga. Sinergitas program pelestarian sumber daya antar Kementrian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Perindustrian dan Kepolisian dalam melestarikan sumber daya guna mendukung pelestarian pinisi merupakan langkah yang harus segera direalisasikan.Kata Kunci: Pinisi, Bontobahari, panrita lopi, religi ABSTRACT Pinisi is one example embodiment knowledge local people in adapting to the environment harmoniously. This knowledge, includes dimensions element religious laden will meaning, a number value and symbol as the basis form harmonizing himself with nature. Based on it, this study aimed to identify the religious dimension in manufacture and dynamics accompanying phinisi. The study was conducted with a qualitative approach through in-depth interviews as the data collection techniques and analytical description as a method of analysis. The study was conducted in July 2011 in Ara and
ABSTRAKMakalah ini bertujuan melihat kearifan lokal yang dibentuk oleh sebuah masyarakat nelayan dilihat dari perspektif psikologi lingkungan. Makalah ini merupakan studi literatur, dimana informasi diperoleh dengan cara mengkaji literatur yang terkait dengan teori-teori adaptasi lingkungan, kearifan lokal serta kehidupan masyarakat Lamalera. Kearifan lokal yang berkembang di masyarakat Lamalera mengenai norma berburu paus telah berusia ratusan tahun. Kearifan itu merupakan perbauran yang kental antara tradisi dan ajaran Katolik. Kearifan yang muncul tidak hanya menjaga kelestarian dan kesimbangan ekosistem laut namun juga menjaga keseimbangan dalam berhubungan dengan sesama warga masyarakat. Keseimbangan alam tersebut terancam ketika Pemerintah Daerah mengeluarkan ijin untuk penambangan emas. Kearifan lokal yang muncul sabagai reaksi dari adanya stimulus ini adalah penolakan terhadap penambangan emas di Lamalera dengan alasan akan merusak keseimbangan ekosistem yang mengakibatkan terputusnya ikatan mereka dengan para leluhur yang selama ini telah menjaganya.Kata kunci: kearifan lokal, Lamalera, paus, masyarakat pesisir PENDAHULUANKearifan lokal dalam beberapa dasawarsa terakhir ini mendapatkan perhatian besar dari berbagai kalangan terutama lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan pemerhati lingkungan. Beberapa pemerintah daerah pun mulai menggali kearifan lokal yang dimiliki daerahnya. Ketertarikan ini disebabkan karena semakin dominannya dampak dari modernisasi yang melahirkan konsekuensi-konsekuensi yang merugikan. Konsekuensi dari eksploitasi sumber daya alam yang tak terkendali akan mengakibatkan degradasi lingkungan hidup, tidak terkecuali lingkungan laut.Arus modernisasi dan globalisasi yang melanda setiap daerah sampai ke pelosok-pelosok negeri, menjadikan pembuat kebijakan dan para pemerhati lingkungan mencoba berbagai cara meminimalisasi kemungkinan dampak yang muncul. Salah satu harapan tertumpu pada kearifan-kearifan terhadap lingkungan yang dimiliki oleh masing-masing daerah.Kearifan lokal diharapkan dapat mengatasi ancaman degradasi lingkungan karena kearifan lokal merupakan dimensi budaya dan sosial yang lahir dalam kehidupan bermasyarakat yang telah berlangsung secara turun temurun. Kearifan lokal dapat menjelma dalam berbagai bentuk seperti ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan dalam ranah kebudayaan, sedangkan dalam kehidupan sosial dapat berupa sistem religius, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan peralatan (Koentjaraningrat, 1964).Identifikasi kearifan lokal masyarakat nelayan harus lebih difokuskan kepada permasalahan yang menyangkut isu global dan sekaligus mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi keberlangsungan hidup masyarakat local (Coremap, 2005). Salah satu contoh kearifan lokal yang berkaitan dengan dua hal tersebut adalah prosesi penangkapan paus yang dilakukan oleh masyarakat Lamalera. Di satu sisi paus merupakan mamalia yang termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi karena jumlahnya yang semakin menyu...
ABSTRAKPerilaku ekologis masyarakat di sekitar sungai merupakan sebuah modal mendasar bagi keberlangsungan sumberdaya ikan di kawasan sungai tersebut. Oleh karenanya, makalah ini bertujuan untuk menganalisis perilaku ekologis masyarakat lokal dalam memanfaatkan sumberdaya sungai. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2012 pada masyarakat Nagari Manggilang Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat yang menetap di daetah aliran sungai Batang Talagiri dan Batang Manggilang. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang menginterpretasikan secara logic hubungan antara faktor-faktor pendorong, implementasi serta implikasi perilaku ekologis tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perilaku ekologis masyarakat Nagari Manggilang dalam memperlakukan sungai didukung oleh beberapa hal yaitu kondisi geografis, pola kepemimpinan, hukum adat, dan sistem mata pencaharian masyarat. Keempat unsur ini turut andil dalam melestarikan perilaku ekologis tersebut. Perilaku ekologis masyakat Manggilang yang terwujud dalam lubuk larangan tidak hanya berimplikasi terhadap perilaku ekologi masyarakat secara kolektif, juga merubah perilaku sosial ekonomi masyarakat ke arah yang lebih produktif dan memiliki nilai moral yang tinggi.
ABSTRAKPeran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya perikanan dalam bentuk kearifan lokal merupakan wujud tanggung jawab mereka dalam melestarikan sumber daya sehingga dapat memberikan manfaat berkelanjutan.Kearifan lokal tersebut bernama Lilifuk, yaitu kawasan di laut berbentuk kolam yang tergenang saat surut sehingga ikan terperangkap di dalamnya.Tulisan ini mengkaji persepsi masyarakat mengenai keberlanjutan Lilifuk di Kabupaten Kupang. Penelitian dilaksanakan di Desa Bolok dan Desa Kuanheum, Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang pada Oktober 2012 dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode studi kasus dan triangulasi digunakan dalam penelitian ini. Wawancara mendalam dilakukan terhadaptetua adat, kepala desa, dan perwakilan lembaga swadaya masyarakat.Data persepsi masyarakat dikumpulkan dari 30 responden. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis persepsi menunjukkan bahwa sebesar 93,3% masyarakat mengetahui tentang keberadaan Lilifuk, 60% tahu sejarahnya, 93,3% tahu lokasinya dan 26,7% tahu batas-batasnya. Sebanyak 44% masyarakat menyatakan otoritas pengambilan keputusan pengelolaan Lilifuk adalah pemiliknya.Keterlibatan Masyarakat dalam Lilifuk hanya sebagai pemanfaat saat Lilifuk dibuka (63%). Manfaat Lilifukdapat diidentifikasikan sebagai berikut: menambah penghasilan, menjalin hubungan sosial, rekreasi, menjaga sumber daya ikan, menjaga lingkungan dan menjaga tradisi. Faktor-faktor yang mengancam keberlanjutan Lilifuk adalahlahan yang sempit, penurunan produksi ikan, pencemaran perairan dan tidak adanya penjagaan. Prioritas utama dalam menjaga keberlanjutan Lilifuk adalah (1) Menjaga dan melindungi serta memperbaiki kelestarian lingkungan; (2) Dukungan dan pengawasan pemerintah; (3) Menerapkan aturan dan sanksi hukum; (4) Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kelestarian, dan; (5) Menggunakan alat tangkap ramah lingkungan. Kata Kunci: Lilifuk, keberlanjutan, masyarakat lokal, persepsi ABSTRACT Community participation in the fish resources management in the form of local wisdom is a form of community responsibility to preserve the resources in order to
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.