Kopi robusta mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kafein dan fenol. Senyawa fenol pada kopi memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Biji kopi robusta yang ditanam di daerah Bandung, Bogor dan Garut, Jawa Barat dikenal memiliki ciri dan citarasa berbeda yang khas dan unik. Perbedaan jumlah kandungan senyawa kimia dari suatu tumbuhan disebabkan oleh perbedaan agroekologi (iklim dan ketinggian tempat). Daerah Pangalengan (Bandung) memiliki ketinggian 817 mdpl, Cariu (Bogor) memiliki ketinggian 680 mdpl dan Cikeris (Garut) memiliki ketinggian 900 mdpl. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan karakteristik fitokimia dan aktivitas antioksidan pada biji kopi robusta roasting yang ditanam di ketiga daerah tersebut. Karakteristik fitokimia dilakukan secara kualitatif dan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Hasil uji karakteristik fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak biji kopi robusta Bandung, Bogor dan Garut mengandung senyawa alkaloid, flavanoid, saponin dan tanin. Ekstrak kopi robusta Bandung, Bogor dan Garut menunjukkan aktifitas antioksidan yang berbeda nyata berdasarkan hasil uji statistik analisis variansi dengan nilai IC50 masing-masing dicapai pada konsentrasi 55,13 ppm, 56,48 ppm, dan 54,14 ppm. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak kopi robusta dari Garut memiliki kadar antioksidan paling tinggi dibandingkan dengan aktifitas antioksidan dari kopi robusta Bandung dan Bogor.
Tanaman iler merupakan tanaman yang berfungsi sebagai tanaman obat tradisional. Senyawa flavonoid pada tanaman iler memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Kadar flavonoid pada ekstrak salah satunya dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode ekstraksi yang terbaik untuk menghasilkan kadar flavonoid tertinggi dalam ekstrak etanol 70% daun iler. Metode ekstraksi yang digunakan meliputi Maserasi, Refluks, Microwave Assisted Extraction (MAE), dan Ultrasound-Assisted Extraction (UAE). Penetapan kadar flavonoid ekstrak etanol 70% daun iler dilakukan secara spektrofotometri UV-Vis menggunakan pereaksi AlCl3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ekstraksi yang terbaik untuk menghasilkan kadar flavonoid tertinggi dalam ekstrak etanol 70% daun iler yaitu metode Microwave Assisted Extraction. Kadar flavonoid dengan metode maserasi, refluks, Microwave Assisted Extraction dan Ultrasound Assisted Extraction berturut-turut sebesar 0,41%, 0,45%, 0,75%, dan 0,62%.
Kayu manis (Cinnamomum burmannii) merupakan salah satu tanaman dari famili Lauraceae yang mempunyai potensisebagai antijamur penyebab kandidiasis seperti C.albicans dan C.tropicalis, hal ini disebabkan kulit batang kayu manis mengandung minyak atsiri, flavonoid, polifenol, saponin, dan tannin. Tujuan penelitian adalah mendapatkan obat alternatif untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh jamur C.albicans dan C.tropicalis. Metode esktraksi yang digunakan adalah refluks, menggunakan pelarut yang kepolaran berbeda yaitu n-Heksan (non polar), etil asetat (semi polar), dan etanol 96% (polar). Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dilakukan skrining kualitatif untuk kandungan flavanoid, alkaloid, tanin, polifenol dan saponin, diuji daya antioksidanya dan dilakukan penetapan kadar polifenol. Pengujian aktivitas antijamur dilakukan dengan menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dengan metode dilusi agar dan pengujian Lebar Daerah Hambat (LDH) menggunakan metode difusi kertas cakram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarut etanol 96% menunjukan kadar polifenol tertinggi yaitu 3,89% dan aktivitas antioksidan terbaik yaitu 66,29 mg/L, kstrak n-heksan mempunyai nilai KHM terbaik 2% dan LDH terbaik pada konsentrasi 8% dengan nilai rata-rata 16.30 mm±0.28 terhadap pertumbuhan C.albicans dan 15.66 mm ± 0.28 terhadap C.tropicalis.
Binahong (Anredera scandens (L.) Moq.) leaves are one of the plants that empirically can be used for wound healing and contain flavonoids which have antibacterial and antioxidant activities. Determination of the optimum conditions of the Binahong leaf extraction process needs to be done to ensure the extraction quality of the Binahong leaves associated with the given activity. Microwave Assisted Extraction (MAE) is an extraction that utilizes microwave radiation to heat the solvent quickly and efficiently. This study aims to determine the most effective binahong leaf extraction conditions that produce optimal levels of flavonoids and antioxidant activity. The extraction process was carried out using the Microwave assisted extraction (MAE) method. Determination of optimum conditions is done based on Response Surface Method (RSM) with variable ethanol concentration (70%, 80% and 90%), extraction time (4, 12 and 20 minutes) and power (450, 600, and 800 watts) using Box- Behnken Design (BBD) with Design Expert 7.0 software. The extract quality parameters measured were total flavonoid levels and antioxidant activity. The results showed the optimum conditions with the BBD method were obtained at an ethanol concentration of 81.49%, extraction time of 13.84 minutes, and power of 626.19 watts with flavonoid levels of 3.8561% and antioxidant activity (IC50) of 95.51834 ppm with active categories.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.