Gold mine tailing soil media are characterized by low soil fertility and heavy metals toxicity. As an effort to improve the condition of gold mine tailing soil media, a revegetation experiment using Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) and soil media from gold mine tailing was conducted in the greenhouse. The objectives were to assess initial growth, P uptake and Pb reduction in Nauclea orientalis L. plants inoculated with indigenous AMF grown on gold mine tailing soil media. Three AMF fungi were used in this study, i.e. Glomus aggregatum, Glomus sp. and Acaulospora delicata. The experiment was conducted in Completely Randomized Design, having four treatments, i.e. control, G. aggregatum, Glomus sp. and A. delicata. The experiment was carried out for 3 months in a greenhouse scale. The results showed that local AMF inoculation significantly increased the height and stem diameter of lonkida by 181-213% and 284-443%, respectively, compared to control. The highest measurements of leaf's length and width of lonkida seedlings were obtained from Glomus sp. and A. delicata treatments. Glomus sp. and A. delicata each significantly increased P levels in roots and shoots. Inoculation with G. aggregatum reduced Pb in the root and shoots parts by 74-86% and 72-76%, respectively, compared to controls. Local AMFs are potential to be developed as biological fertilizers to support revegetation in degraded lands, such as in gold mine tailing areas.
Pemeliharaan atau perawatan berkala jarang ditemukan pada kegiatan pemanenan di hutan produksi. Padahal telah umum diketahui, bahwa kegiatan ini bermanfaat untuk peremajaan tanaman. Sebuah penelitian dilakukan untuk menganalisis struktur dan komposisi tegakan hutan alam pada hutan produksi di Maluku Utara. Pengamatan dilakukan pada Petak Ukur Permanen HPH PT. Mangtip III Pulau Taliabu, Maluku Utara. Metode yang digunakan adalah mengamati struktur pohon, tiang, sapihan dan semai pada petak ukur yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 61 jenis tingkat semai dan 45 jenis tingkat sapihan. Tingkat tiang dan pohon masing masing 36 dan 38 jenis. Riap diameter pada kawasan yang di rawat lebih baik dibandingkan dengan yang tidak dirawat. Penelitian ini merekomendasikan bahwa perawatan penting untuk menjaga pertumbuhan dan kualitas tegakan
Sayuran indigenous adalah sayuran asli suatu daerah di Indonesia yang berasal dari daerah atau ekosistem tertentu. Sayuran indigenous merupakan salah satu sumberdaya hayati yang kaya manfaat dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sayuran alternative. Studi ini menggunakan metode deskriptif dengan telaah informasi dan dokumentasi dari masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara terhadap masyarakat melalui Focus Group Disscusion (FGD) dan observasi lapangan. Jenis jenis sayuran indegenous yang penting dalam kehidupan budaya masyarakat di Kampung Sire Distrik Mare Timur Kabupaten Maybrat ditemukan sebanyak 10 (sepuluh) jenis antara lain Melinjo, Rebung, Paku, Pakis, Kecipir, Labu, Buah merah, Jamur, Gohi dan Gedi. Nilai penting sayuran indegenous berdasarkan nilai manfaat tertinggi ada pada jenis Melinjo (1,34), Paku (1,2) dan Gohi (1,2). Ini membuktikan bahwa jenis sayuran indegenous ketiga jenis tersebut sangan bermanfaat bagi kehidpan masyarakat di Kampung Sire sebagai pangan sayuran alternatif. Nilai Kepentingan Budaya (Index of Cultural Significanse / ICS) jenis sayuran indegenous yang teringgi ada pada jenis Melinjo yakni dengan nilai ICS sebesar 96, sehingga dapat dijelaskan bahwa jenis sayuran indegenous Melinjo tersebut memiliki nilai kepentingan budaya yang tinggi dalam hal nilai intensitas dan nilai eklusifitas bagi kehidupan masyarakat di Kampung Sire.
Abstrak: Kayu kuku (Pericopsis mooniana [Thw] Thw.) merupakan jenis dari famili Fabaceae. Kayu kuku dilaporkan termasuk dalam jenis kayu lokal sulawesi yang saat ini masuk kategori terancam punah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas benih kayu yang dipengaruhi pengikiran dan lama penyimpanan. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Asosiasi Mikoriza Indonesia (AMI) cabang Sulawesi Tenggara selama 1 bulan (Mei). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (Ral Faktorial) dengan tiga kali ulangan dan tiap unit 50 biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih tanpa skarifikasi memiliki nilai tertinggi pada peubah rata-rata waktu untuk berkecambah yaitu 10.58 hari. Penyimpanan benih 1 tahun mempunyai nilai tertinggi pada peubah persentase kecambah = 67,50%, daya kecambah = 66,50% dan rata-rata benih berkecambah perhari = 1,12 benih dan tidak berpengaruh signifikan terhadap perkecambahan benih. Perlakuan skarifikasi signifikan terhadap persen kecambah = 91.33%, daya kecambah = 91.00%, dan rata-rata benih berkecambah perhari = 1.52 benih. Benih kayu kuku perlu diskarifikasi sebelum dikecambahkan untuk mempercepat perkecambahan. Kata Kunci: kayu kuku, skarifikasi, perkecambahan The Effect of Scarification and Seed Storage Duration on The Viability of Kuku Wood Seeds (Pericopsis mooniana[Thw]Thw.)Abstract: Kayu kuku [Pericopsis mooniana (Thw) Thw.] is one of the species in the family Fabaceae. Kayu kuku is reportedly included in the local Sulawesi timber species which is currently in endangered category. This study aims to determine the viability of kayu kuku seeds which influences by scarification and the length of seed storage. This research carried out at the Indonesian Mycorrhiza Association greenhouse in the Southeast Sulawesi for one month (May 2019). This study used a completely randomized design on Factorial Ral with three replications and each unit of 50 seeds.The results showed that the seed without scarification had the highest value on the average time to germinate variable, which was 10.58 days. One year seed storage has the highest value on the variable percentage of germination = 67.50%, sprouts power = 66.50% and the average germination rate per day = 1.12 seeds and no significant effect on seed germination.Significant scarification treatment of sprout percent = 91.33%, germination power = 91.00%, and average germinating seeds per day = 1.52 seeds. The seed of Kayu Kuku needs to be clarified before germination to accelerate germination. Key words: Kayu kuku, scarification, Germination
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui indeks nilai penting vegetasi di Daerah Aliran Sungai (DAS), khususnya tingkat Pohon dan Tiang. Pengamatan di lakukan di DAS Air Besar di Desa Selagur Kota Kecamatan Siritaun wida Timur Kabupaten Seram Bagian Timur. Metode yang digunakan dalam pengukuran dan pengamatan vegetasi adalah menggunakan metode transek/jalur garis berpetak tunggal. Pengambilan sampel diambil pada masing–masing jenis vegetasi yang ditemukan dalam petak/areal dengan ukuran 20 x 20 m dan 10 x 10 m, masing-masing untuk kelas Pohon dan Tiang. Indeks nilai penting (INP) tanaman tingkat Pohon tertinggi adalah Sengon (Paraserianthes falcataria) (57,62) diikuti dengan Samama (Anthocephallus macrophyllus) (53,55). Sementara itu untuk tingkat tiang, INP tertinggi adalah Ebony (Dyospiros celebia) dan diikuti oleh Gofasa (Vitex sp.).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.