ABSTRAKMakanan jajanan adalah makanan yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang di jalanan dan di tempat umum yang langsung dimakan tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi akan mengancam kesehatan anak. Sebanyak 48% jajanan anak di sekolah tidak memenuhi syarat keamanan pangan karena mengandung bahan kimia yang berbahaya. Hal ini bisa menjadi ancaman bagi kesehatan anak bila tidak dilakukan penanggulangannya. Selain itu, hal ini dapat juga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap anak usia sekolah akhir (10-12 tahun) tentang makanan jajanan. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah seluruh anak sekolah dasar kelas 4-6 yang bersekolah di SDN II Tagog Apu yang berjumlah 112 siswa/i, dan sampel 88 siswa/i dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan analisis data melalui dua tahapan, yaitu univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan bivariat untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel (chi-square). Hasil penelitian diketahui tingkat pengetahuan anak tentang makanan jajanan sebagian besar (65,9%) berpengetahuan baik dan hampir seluruh dari responden (89,8%) bersikap positif. Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap anak usia sekolah akhir (10-12 tahun) tentang makanan jajanan (nilai p value = 0,065 > 0,05). Saran bagi pihak sekolah untuk merencanakan penyediaan fasilitas kantin sekolah yang menyediakan makanan jajanan sehat dan dipantau secara berkala.
ABSTRAK Sibling rivalry merupakan persaingan antar saudara untuk memperebutkan perhatian dan kasih sayang orang tua dimana persaingan tersebut terjadi setelah kehadiran adik baru. Permasalahan yang terjadi dalam sibling rivalry adalah kurangnya waktu dan perhatian yang dimiliki oleh suatu keluarga. Angka kekerasan pada anak yang dilakukan oleh saudara kandungnya sendiri yaitu sebesar 26,2%.Pengetahuan ibu tentang sibling rivalry merupakan hal yang sangat penting karena jika tidak ditangani dengan baik anak-anak akan terus bersaing dan saling mendengki dan bisa berkelanjutan sepanjang hidup anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang sibling rivalry pada anak. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriftif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 5-11 tahun yang memiliki adik dengan jarak yang berdekatan dengan jumlah 55 orang dan besar sampel 48 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada referensi yang sesuai. Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang sibling rivalry hampir setengahnya dari responden memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 18 orang (37,5%). Hampir setengahnya dari responden memiliki latar belakang pendidikan SD yaitu sebanyak 23 orang (47,9%), dan sebagian besar berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 35 orang (72,9%). Saran bagi puskesmas yang diharapakan dapat memberikan penyuluhan dan sosialisasi tentang sibling rivalry pada anak secara rutin dan berkesinambungan. ABSTRACT Sibling rivalry is a competition for the attention and affection of parents where such competition occurred after the arrival of the new baby. The problems that occurred in the sibling rivalry is the lack of time and attention that is owned by a family. Child abuse committed by his own brother in the amount of 26.2 %. To the knowledge of mothers about sibling rivalry is very important because if it is not handled well the children will continue to compete and jealous of one another and can be continuous throughout life the child. This research aims to describe mother’s knowledge of sibling rivalry in children. The research design used is descriptive quantitative. The population in this research are all mothers have a children aged 5-11 years who has a younger brother with closely spaced and the total is 55 people and the samples of this research is 48 people by using purposive sampling technique. Data was collected by using a questionnaire designed by the researchers with reference to the appropriate reference. The result showed that the level of knowledge of mothers about sibling rivalry almost half of the respondents have sufficient knowledge as many as 18 people (37.5 %). Almost half of the respondents have a background in elementary education as many as 23 people (47.9 %), and mostly aged 20-35 years as many as 35 people (72.9 %). Advice for health centers is expected to provide counseling and socialization of sibling rivalry in children regularly and continuously.
ABSTRAK Pendahuluan: Sectio saecarea merupakan metode melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histeretomi). Salah satu komplikasi sectio caesaria adalah nyeri pada daerah insisi. Strategi penatalaksanaan nyeri metode untuk mengatasi nyeri secara non-farmakologis adalah terapi relaksasi autogenik. Tujuan: Tujuan dari penelitian adalah mengidentifikasi pengaruh relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada Ibu post operasi Sectio Caesarea di Ruang Perawatan V/VI RS. TK.II Dustira Cimahi. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan One Group Pretest Posttest Design dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 75 ibu post sectio caesarea dalam waktu 1 bulan dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan Non Probability Sampling berupa tehnik Purposive Sampling. Hasil: Skala nyeri post operasi SC sebelum dilakukan intervensi 64% responden mengalami nyeri luka post operasi dengan rentang skala 4-6 (nyeri sedang). Sedangkan skala nyeri post operasi SC setelah dilakukan intervensi 73,3% responden mengalami nyeri dengan rentang skala 4-6 (nyeri sedang).Terdapat pengaruh yang signifikan antara relaksasi autogenik dengan penurunan skala nyeri. Hasil uji t menunjukkan 0,0001 artinya ada perbedaan skala nyeri antara sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi autogenik dengan nilai mean = 1,080 yaitu terjadi kecenderungan penurunan skala nyeri sesudah perlakuan dengan rata-rata penurunan skala nyerinya 1,080. Kata Kunci: Sectio caesarea,Relaksasi Autogenik, Nyeri  ABSTRACT Introduction: Sectio Caesarea is defined as the delivery method of a fetus through surgical incisions which made in the abdominal wall (laparotomy) and the uterine wall (hysterotomy). One of the complications of sectio caesarea is pain in the incision area. A non-pharmacological pain management strategies to overcome pain is autogenic relaxation therapy. Objective: The aim of the research was to evaluate the effect of autogenic relaxation to decrease pain scale on postoperative mother undergoing Sectio Caesarea (SC) in the V/VI ward Tk.II Dustira Cimahi Hospital. Method: Research design used was experimental research with One Group Pretest Posttest Design involving 75 post sectio caesarea mother within 1 month. Sampling technique used was Non Probability Sampling namely Purposive Sampling techniques. Result: Postoperative pain scale before the intervention 64% of respondents experienced a post-operative incision pain with range scale of 4-6 (moderate pain), while post-operative pain scale after the intervention 73.3% of respondents experienced pain with range scale of 4-6 (moderate pain). There is a significant effect of autogenic relaxation with decreased pain scale. T-test results showed 0.0001 means that there are differences between the pain scale before and after autogenic relaxation with a mean = 1,080 ie the pain scale tendentiously decreased after treatment with an average reduction in pain scale is 1,080. Keywords: Sectio caesarea, Autogenic Relaxation, Pain Full printable version: PDF
Integrated Health Post for Child Center/Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) is a form of community-based health program carried out by, from, and along with the community to empower and provide facilities for the community to obtain health services for mothers, babies, and toddlers. Posyandu activities include: KIA, family planning, immunization, nutrition, diarrhea prevention. Posyandu in Indonesia still faced several problems. This study aimed at investigating the problems that affect the implementation of Posyandu program and actions to improve Posyandu program services. The method used in this study was literature review. The literatures used in this study were the search results through national and international journals. National includes google scholar [https://scholar.google.co.id/] and international includes Pubmed [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed] with the keyword “Problems and Posyandu Program” published in 2016-2020. Based on the search results, 8 national and 2 international articles related to the topic and in accordance with the inclusion and exclusion criteria were found. The results of 10 literature reviews show there are several fundamental problems of Posyandu program in Indonesia, namely: 1) the low role of Posyandu cadres; 2) the lack of understanding on the benefit of Posyandu program; 3) The lack of participation in Posyandu activities; 4) The lack of facilities and infrastructure for Posyandu activities; and 5) the lack of cross-program and cross-sector cooperation. In addition, there are 5 actions needed to solve the problems. The first action is to conduct a training program for Posyandu cadres. The second one is to conduct regular outreach at Posyandu for mothers and families by trained cadres. The third one is to improve the facilities and infrastructure in Posyandu. The fourth one is to provide both material and immaterial incentives for an active Posyandu’s cadre. Lastly, the fifth action is to increase advocacy efforts to related parties. Posyandu program are still facing problems affecting its implementation. Therefore, the posyandu revitalization actions are needed. The main key lies in increasing cadres' capacity through training.
AbstrakAnak bukan dewasa kecil, anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usianya. Toilet training perlu dilakukan selama anak berada dalam periode optimal untuk menghindari efek jangka panjang seperti inkontinensia dan infeksi saluran kemih (ISK). Anak yang terbiasa memakai diaper sejak kecil akan mengalami keterlambatan dalam toilet training. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan toilet training pada anak usia 4-5 tahun (prasekolah). Jenis penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah 60 responden. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan analisis regresi logistik ganda. Jumlah responden yang berhasil dalam toilet training sebanyak 36 responden (60%). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang, menerapkan pola asuh anak campuran, hampir seluruh responden mempunyai lingkungan baik dan sebagian besar anaknya berhasil dalam toilet training, terdapat hubungan antara pengetahuan, lingkungan dengan keberhasilan toilet training pada anak usia prasekolah. Sedangkan pola asuh tidak menunjukkan hubungan dengan keberhasilan toilet training. Faktor yang paling dominan memengaruhi keberhasilan toilet training adalah faktor lingkungan dengan nilai OR 29,615 dan p value 0.005. Perawat sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat menjadi edukator kepada orangtua tentang pentingnya toilet training pada anak dengan memerhatikan aspek lingkungan baik fisik maupun psikologis dalam menunjang proses toilet training.Kata kunci: Keberhasilan toilet training, lingkungan, pola asuh, pengetahuan, toilet training. Analysis of Factors Related to Toilet Training in Preschool Age Children AbstractChildren are not early adult, they describe their growth and development as their age. Toilet training is one of development tasks in preschooler whom needed to be given to the children for avoid problem in urinating such as incontinence urine infection in urinary tract. The children are used diaper early they must be done toilet training. The aim of the research is to identify and test factors that interrelates with the success of toilet training arrange 4 to 5 years old (preschooler). This research used quantitative descriptive with cross sectional design, and used purposive sampling technique. Data were collected using quesioner and analized with double logistic regression. This research using sample are 60 mothers with children age 4-5 years old who came to pediatric policlinic of Dustira`s hospital. It 's has result indicates that most respondents have lacked of knowledge,used mix parental style, most of the sample has good environment considered their succeed in toilet training. There are related between knowledge, environment and succeed in toilet training for children age 4-5 years old. Dominant factor influenced the success of toilet training is environmental factor with score 29,615 and p value 0.005....
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.